Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Keluarga, Awal Kebangkitan Moral Bangsa

Keluarga, Awal Kebangkitan Moral Bangsa

Allah SWT berfiman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (Al Quran surat At Tahrim: 6)

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci bersih. Kedua orang tuanyalah yang menyebabkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (Hadis Riwayat Bukhari dari Adam Abi Dza’b dario Zuhri dari Abi Salamah ibn Abd. Rahman dari Abi Hurairah r.a.)

Sebagai bangsa, kita saat ini sedang menghadapi masalah dekadensi moral yang luar biasa. Anak sulit sekali patuh kepada orang tua. Susah kita temui anak yang membungkukkan badannya ketika lewat di depan orang tuanya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya yang lebih tua. Apalagi adegan cium tangan orang tua sebagai tanda hormat kaum muda kepada yang lebih tua. Amat sangat susah kita temukan saat ini.

Demikian juga siswa hingga mahasiswa. Mereka sukar sekali menghormati guru atau dosennya. Mereka anggap pengajar itu sebagai teman. Bahkan, ada yang menganggapnya sebagai musuh sehingga berani menghajar sang guru. Itu belum termasuk pergaulan muda-mudi yang sudah bebas bablas dalam bergaul. Tak ada rasa malu di hati mereka bila bermesraan di depan umum. Sampai-sampai ada yang bilang, “Siapa yang malu? Yang bermaksiat atau yang melihat? ”Na’uudzubillaah.

Keadaan demikian tentu tidak bisa kita biarkan berlarut-larut. Apa jadinya bangsa kita bila kemaksiatan dalam bentuk penurunan kualitas moral itu terus menggerus? Bukankah bila kemaksiatan telah merajalela menjadi alasan kuat bagi Allah untuk mengazab bangsa kita? Kita pasti tak mau itu terjadi, bukan? Lalu, bagaimana kita seharusnya mengatasi masalah kemerosotan moral bangsa?

Solusi yang tepat secara islami adalah kita kembali kepada tuntunan Allah dan rasul-Nya. Salah satu bentuknya adalah memahami dan mengamalkan kedua dalil naqli di awal tulisan ini. Di situ, Allah telah memberikan pemecah masalah tersebut. Pertama, kita sebagai orang yang beriman kepada Allah harus menyelamatkan diri sendiri dari api neraka. Artinya, secara individual, kita wajib berusaha maksimal agar tak terjerumus ke dalam perbuatan kotor yang membuat kita memenuhi syarat mendapat siksa neraka. Kita jauhkan diri dari laku maksiat.

Bila sebagai pribadi melaksanakannya, berarti kita tidak menambah orang yang berbuat dosa di Indonesia tercinta. Malah, kita mencatatkan diri sebagai warga negara yang meningkatkan kualitas moral bangsa melalui penyucian diri dari hal yang hina dina.

Itu saja belum cukup, tentu saja. Kita masih harus meneruskannya dengan membentengi keluarga kita dari sesuatu yang menuruti hawa nafsu. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak itu harus kita proteksi sedini mungkin agar tak terjilat lidah api neraka di akhirat nanti. Caranya, dengan mengajak, membimbing, dan mengingatkan keluarga kita masing-masing secara bijak tentang sikap yang benar dalam menghadapi perintah dan larangan Allah. Kita tak boleh bosan berdakwah kepada keluarga agar tetap berada dalam shiraathal mustaqiim. Dengan demikian, keluarga kita tak tercatat sebagai penghuni neraka kelak.

Di antara anggota keluarga itu, ibulah yang memegang peranan penting bagi pendidikan anak. Sebab, ibu yang paling dominan dalam mengasuh anak. Sejak di dalam kandungan, pada saat lahir, hingga pasca lahir, ibulah yang paling dekat dengan anak. Maka, dari ibulah tumpuan baik-buruknya anak.

Bagaimana peran ayah? Ayah memang juga punya andil dalam membina keluarga, yaitu sebagai kepala keluarga yang tugas utamanya adalah memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun, ibu jauh lebih menentukan baik tidaknya moral sang anak karena ibulah yang paling banyak dan paling lama berinteraksi dengan anak dalam keseharian.

Mulai sekarang, mari kita sadari bahwa keluarga adalah pilar pendidikan pertama dan utama bagi tiap pribadi. Jika keluarga itu sudah sakiinah, maka masyarakat pun akan jadi mawaddah wa rahmah. Akhirnya, negeri kita pun menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur. Maka, mari pula kita tata apik-apik diri pribadi, kemudian keluarga kita masing-masing. Karena, itulah yang menjadi awal kebangkitan moral bangsa kita.

Semoga Alllah berkenan mengabulkan keinginan kita yang tulus dan luhur itu. Aamin, aamin, yaa rabbal ‘aalamiin.


Pengirim: Syaiful Asyhad
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger