Syaikh Mahfudz Termas dalam kitab
Hasyiahnya mengatakan, “keutamaan menuliskan shalawat berdasarkan hadits nabi yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhary ra. Bersabda Rasulullah saw;
مَنْ
صَلَى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لمَ ْتَزَلْ الْمَلآئِمَكَةُ تُصَلِّيَ عَلَيْهِ مَادَامَ
اسْمِيْ فِيْ هَذِهِ الْكِتَابِ
“siapa yang bershalawat kepadaku lewat tulisan, maka tiada
henti-hentinya para Malaikat bershalawat kepadanya, selagi namaku berada pada
tulisan tersebut.”
Beliau juga mengatakan, bahwa hadits ini
juga diriwayatkan oleh At-thabary dalam kitab Al-Awsath, diriwayatkan juga
bapak dari guru saya (mushanif kitab I’anatuthThalibin; Syaikh Muhammad Syatha) dalam kitab Ats-Tsawab, dan
syaikh Al-Mustaghfiry dalam Ad-Da’awat.
Secara dzahir (tekstual) hadits, yang dimaksud adalah menuliskan
lafal shalawat, karena orang yang menuliskan shalawat menjadikan kelanggengan
para Malaikat mendokan kebaikan (bershalawat kepadanya), sebagaimana yang
dituliskan Al-Fasy dalam kitab Dalailush-shalawat (Hal. 36).
Selain itu, Syaikh Al-Kurdy (mushanif kitab
Al-Mawahib Al-Madaniyah) juga mengatakan, As-Sakhawy dalam kitab SyarhAl-Fiyah
Ibn Malik, hal. 111. Mengatakan sebagaiman hadits nabi Muhammad saw yang
diriwayatkan Abu Hurairah ra.
مَنْ
كَتَبَ فِيْ كِتَابِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لَمْ تَزَلْ الْمَلآئِكَةُ
تَسْتَغْفِرُ لَهُ مَادَامَ فِيْ كِتَابِهِ
“siapa yang menulis dalam tulisannya lafal “shallallahu ‘alaihiwasallam”, maka tiada
henti-hentinya para Malaikat memohonkan ampunan kepadanya selagi lafal tersebut
masih ada pada tulisannya.”
Demikian penjelasan menuliskan shalawat
nabi, sedangkan keterangan keutamaan melafalkan shalawat sudah sangat banyak,
bahkan jarang sekali seseorang yang tidak mengetahuinya (dlaruratul-‘ilm),
baikhhadits nabi atau keterangannya. Wallahua’lam.
Ust. Ulinnuha Asnawi
Posting Komentar