Untuk menutupi aurat yang terbuka saat
sholat boleh menggunakan apa saja hingga tangannya sendiri asalkan tidak sampai
membuat gerakan yang dapat membatalkan sholat (tiga kali secara terus menerus)
Syafi'iyyah. Bila terbukanya saat duduk, dianggap cukup
tertutupnya aurat oleh tanah/alas sholat.
Dianggap cukup memakai benda yang mampu
menutup aurat dalam sholat walaupun masih menampakkan lekuk tubuhnya hanya saja
bagi laki-laki hukumnya Khilaaf aula (tabu), bagi wanita dan banci hukumnya
makruh. [ Iaanah at-Thoolibiin I/113 ].
Kewajiban menutup aurat dalam sholat itu Min
A'laa Wa Jawaanib 'dari sisi atas dan seputarnya kanan, kiri, depan dan
belakang' tidak dari sisi bawah sehingga bila terlihat dari bawah semisal
sholat ditempat tinggi (dan tanpa pengaman) atau terlihat saat sujudnya tidak
masalah
( قوله
لا من الأسفل ) أي فلو رؤيت من ذيله كأن كان بعلو والرائي بسفل لم يضر
أو رؤيت
حال سجوده فكذلك لا يضر كما في حجر
Iaanah at-Thoolibiin I/113
Kalau di luar sholat terlihatnya lekuk
tubuh meskipun sudah tertutup rapat tidak dikatakan menutup aurat. Hal ini berarti
pakaian press body tidak termasuk menutup aurat, tapi termasuk pakaian yang merangsang lawan jenis.
وقوله
بذلك أي بما لا يصف لون البشرة في خصوص مجلس التخاطب
( قوله
ويكفي ما يحكي لحجم الأعضاء ) أي ويكفي جرم يدرك الناس منه قدر الأعضاء كسراويل ضيقة
وقوله
لكنه خلاف الأولى أي للرجل وأما المرأة والخنثى فيكره لهما
Bolongan pakaian kain dan sebagainya di seputar
aurat pasti terlihat warna kulit bila ditilik dari lubang pakaian tersebut, maka harus bagaimanakah
?
Asalkan tidak kelihatan dalam ukuran Majlis
Attakhotthub 'jarak biasa dalam berbincang', maka tidaklah masalah, meskipun bila diperhatikan seksama
atau dipandang dari jarak lebih dekat memang bolong.
وقوله:
في مجلس التخاطب قال ع ش: هو يقتضي أن ما منع في مجلس التخاطب وكان بحيث لو تأمل الناظر
فيه مع زيادة القرب للمصلي جدا لادراك لون بشرته لا يضر.
Hasyiyah I’aanah at-Thoolibiin I/134
Pustaka Ilmu Sunniyyah Salafiyah
Posting Komentar