Rasulullah SAW sangat khawatir sekali akan dihinggapi sifat
kikir yang tercela ini. Sampai beliau tidak pernah sekalipun menolak permintaan orang
lain. Bagi beliau seorang mukmin yang benar-benar beriman adalah orang yang di
dirinya tidak memiliki perasaan kikir. Bahkan Allah lebih senang terhadap orang
yang sangat bodoh tetapi mempunyai sifat dermawan dari pada orang yang khusyu’
beribadah namun memelihara perbuatan bakhil.
Yang lebih menakutkan lagi adalah ancaman neraka bagi
mereka yang bersifat bakhil. Rosululloh sendiri pernah menyuruh seseorang yang
punya pekerti ini untuk meyingkir dari dekat beliau saat bertemu. Beliau sangat
takut terbakar oleh api yang dibawa orang tersebut. Menurut beliau manusia yang
berlaku bakhil adalah seorang pendosa dengan kotoran dosa yang sangat besar
sekali. Bisa jadi lebih besar dari tujuh lapis bumi, langit, gunung atau laut.
Sebagaimana sabda rosululloh kepada orang tesebut “Demi dzat yang mengutus
diriku dengan membawa petunjuk dan keagungan atau kedermawanan. Andaikan engaku
beribadah diantara Rukun Yamani dan Maqom Ibrohim selama dua juta tahun lalu kau
menangis sehingga air matamu mampu mengaliri sungai-sungai dan dapat menyirami
pepohonan sedangkan keadaanmu masih terhina (kikir) maka niscaya Alloh akan
menjerumuskanmu ke neraka. Celakalah dirimu! Apa engkau tidak tahu kalau
kebakhilan adalah kekufuran? Apa engkau juga tidak tahu jika kekufuran itu
berarti neraka ?!………”. Alangkah celakanya orang yang bakhil. Gara-gara
tabiatnya itu amal ibadah selama berjuta-juta tahun ternyata tidak berdaya
untuk menyelamatkan dirinya dari siksa neraka.
Dampak yang ditimbulkan oleh sifat ini tidak hanya bisa dirasakan pemiliknya
saja. Bahkan orang lain pun bisa terkena getahnya. Seseorang yang terlalu
sering melihat orang bakhil atau malah bergaul dengannya maka hatinya bisa
menjadi keras sekeras baja dan yang pasti dia bisa tertular. Dan merupakan ciri
khas orang mukmin adalah selalu merasa susah kalau bertemu orang bakhil. Karena
bakhil adalah kekasih syetan.
Untuk memberantas penyakit ini hanya ada satu penawar,
yaitu manusia harus membekali diri dengan sifat sakho’. Sakho’ atau dermawan
adalah perasaan suka memberi orang lain tanpa didasari pamrih sama sekali. Dan
menjadi kebalikan dari sifat bakhil, orang yang punya sifat ini akan senantiasa
disenangi masyarakat sekitar, lebih dicintai oleh Allah meski dia bukanlah tipe
orang yang giat beribadah dan dia akan lebih berpeluang untuk masuk surga dari
pada orang bakhil yang gemar beramal ibadah.
Sifat dermawan ini sebenarnya juga memiliki beberapa
tahapan dan tingkatan. Namun seseorang itu telah dapat mencapai klimaknya jika
ia telah mempunyai sifat itsar (mengedepankan orang lain). Itsar ialah
mendermakan hartanya walaupun sebenarnya ia sangat membutuhkannya. Namun karena
ada orang lain yang memerlukannya juga maka ia mendahulukan orang tersebut
untuk memenuhi kebutuhannya terlebih dahulu. Demikian pula orang yang bakhil.
Ia akan dapat mencapai puncak kebakhilannya jika masih saja menahan hartanya
walaupun untuk kebutuhan pribadinya. Sehingga seandainya dia sakit, dia tidak
akan mengeluarkan hartanya sepeserpun untuk berobat kecuali jika ia mendapatkan
obat tersebut secara gratis.
Pengajian Kitab Ihya' di Ponpes Langitan
Posting Komentar