الصلاة
محل المناجاة ومعدن المصافاة تتسع فيها ميادين الأسرار وتشرق فيها شوارق الأنوار
علم وجود الضعف منك فقلل
أعدادها وعلم احتياجك إلى فضله وكثر أمدادها
أعدادها وعلم احتياجك إلى فضله وكثر أمدادها
Artinya
: " Sholat merupakan tempat untuk munajat kepada Allah Subhanahu wa
ta'ala, tempat penyelesaian masalah, yang didalamnya terhampar luas
rahasia-rahasia yang tersimpan dan memancarkan beberapa nur/cahaya, Ia
mengetahui kelemahanmu sehingga Ia menyedikitkan bilangan sholat, dan Ia
mengetahui kamu sangat butuh anugerah Allah maka Ia memperbanyak isi/kandungan
dari pada sholat tersebut ".
Hikmah ini mengutarakan beberapa
kekhususan-kekhususan sholat yang tersendiri dibanding ibadah lainnya,
diantaranya adalah sholat merupakan tempat untuk munajat kepada Allah Subhanahu
wa ta'ala, nilai kekhususannya adalah ketika sholat, seorang hamba bisa
bermunajat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala yang mempunyai arti musyarokah
(khitobnya orang yang sholat kepada Allah tidak dari satu arah), artinya ketika
ia sedang menghadap kepada Allah dengan tauhid, tahmid dan do'a yang terdapat
didalam sholat, Allah juga menghadap kepadanya dengan artian menjawab dan
mengabulkan permintaan hamba-Nya maka dari itu munajat lewat sholat mempunyai
kekhususan tersendiri.
Kekhususan kedua yang terkandung
didalam Sholat adalah sholat merupakan tempat untuk menyelesaikan permasalahan.
Artinya seorang hamba ketika menghadap kepada Allah, didalam sholat ia bisa
memohon ampunan atas kekhilafan yang telah dilakukan, menyatakan taubat, dan berniat
untuk tidak kembali melakukan kesalahan yang telah lewat, kemudian Allah
mengijabahinya dan melebur dosa-dosanya.
Ini berdasarkan kaidah حقوق الله مبنية
على المسامحة" :" ( haq-haq Allah itu berlandaskan atas kemurahan
), berbeda dengan haq-haqnya hamba yang mempunyai kaidah : " حقوق العباد
مبنية على المشاحّة " ( haq-haq hamba itu berlandaskan atas pertentangan ).
Adapun kekhususan ketiga bahwsanya
sholat itu diserupakan dengan hamparan yang luas yang mana rahasia-rahasia
langit dan cahaya-cahaya ilahiyah bisa memenuhi dan meliputi hati orang yang
sholat dengan memenuhi adab dhohir maupun bathin. Karena setiap insan ketika
berada diluar sholat ia sering disibukkan dengan banyaknya faktor-faktor yang
menjadikan ia lupa kepada Allah dan semakin tebalnya hijab antara hamba dan
Robbnya. Akan tetapi ketika ia hendak menjalankan sholat kemudian menghadap
kiblat, mengucapkan takbir dan mulai bermunajat kepada Allah Subhanahu wa
ta'ala lewat bacaan-bacaan sholat, maka Allah akan menghadap kepadanya dengan
artian nur/cahaya dan rohmat Allah akan turun dan meliputi hati orang yang
sholat dengan khusyu' sehingga bisa mengingatkannya kepada janji yang telah
lalu dan telah diikrarkan ketika masih dialam arwah yang mana Allah
mengkhitobinya dengan firmannya :
وإذ أخذ ربك
من بني ءادم من ظهورهم ذريتهم وأشهدهم على أنفسهم ألست بربّكمصلىقالوا بلى
شهدنا ¡ أن تقولوا يوم القيامة إنا كنا عن هذا غافلين (الأعراف : 172)
Artinya
: " Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan) " (Al A'rof :
172).
Fitrohnya setiap insan setiap
melakukan ibadah itu merasa senang dan nikmat serta rindu kepada Allah
Subhanahu wa ta'ala. Namun orang yang tidak bisa merasakan hal seperti itu
berarti ia tidak bisa memahami hakikat dari pada hidup dan tidak ingat akan
janjinya pada Allah ketika masih dalam arwah sebagaimana ayat diatas.
Kemudian Ibnu 'Athoillah menerangkan
sesuatu yang bisa menunjukan dan menerangkan kasih sayangnya Allah, luasnya
anugrah dan rohmat yang diberikan kepada mereka yaitu sesungguhnya Allah senang
memuliakan hamba-Nya dengan menyuguhi mereka suatu suguhan (sholat) akan tetapi
Allah mengetahui kelemahan hamba-Nya apabila sholat lima puluh kali diwajibkan
pada mereka di setiap harinya, maka dari itu Ia hanya membebani mereka dengan
seperpuluhnya (1/10) yaitu lima kali dalam setiap harinya.
Kemudian ketika
Allah mengetahui sangat butuhnya mereka kepada rohmat, ampunan dan anugrah
Allah Subhanahu wa ta'ala, maka Allah meringankan beban mereka dengan sholat
lima waktu tadi dengan tidak mengurangi pahalanya. Ini adalah kandungan hikmah
yang di sampaikan oleh Ibnu 'Athoillah " علم وجود الضعف منك فقلّل أعدادها
وعلم احتياجك إلى فضله فكثّر أمدادها"
Kalau kita menengok kembali sejarah,
sudah ada tauladan dari kumpulnya para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi
wa sallam yang menjalankan sholat jama'ah sebelum akhir hayatnya beliau
Shallallahu'alaihi wa sallam, ketika itu, beliau sedang dalam keadaan sakit,
namun sebelum menghadap sang Ilahi beliau menghendaki sesuatu supaya jiwanya
tentram, kemudian Allah Subhanahu wa ta'ala memperlihatkan beliau sesuatu yang
menyenangkannya (melihat para sahabat sedang jama'ah) sehingga pandangan
terakhir ini bisa menyirnakan sakitnya sakarotulmaut. Inilah hikmah Allah
Subhanahu wa ta'ala yang menjadikan janji terakhhir yaitu sholat, maka dari itu
hendaknya hamba Allah harus memenuhi janji ini, janji yang ditinggalkan oleh
Rasullah Shallallahu'alaihi wa sallam sedang ia ridho dengannya. Wallahu
a'lam.
Kajian Hikam oleh KH. Muhammad Wafi MZ, Lc. MSI
Posting Komentar