Di dalam kitab Thariqul Hijratain, “Bahwa setiap orang yang
bertaubat pada awal taubatnya pasti mengalami kebimbangan dan kegoncangan di
dalam hatinya, berupa kebingungan maupun kebimbangan, atau kesempitan maupun
kesedihan.”
Ketika pertama kali bertaubat, Anda pasti merasakan
perasaan-perasaan semacam ini. Anda akan merasa takut, jangan-jangan Anda telah
salah jalan, terutama saat Anda tidak begitu memahami jalan tersebut. Umumnya
orang yang bertaubat tidak merasakan, kecuali rasa sakit akibat berpisah dengan
kekasihnya. Dosa-dosa adalah kekasih dan teman akrabnya di kala dia sedang
gundah. Ketika seseorang bertaubat, hilanglah teman akrab ini. Sesuatu yang
sangat dicintainya hilang dari dirinya sehingga dia pun merasa sakit karena
harus berpisah dengan aib-aibnya yang telah akrab dengannya selama beberapa
waktu. Maka hatinya pun tergoncang, dan dadanya pun terasa sesak.
Banyak orang bertaubat yang mengingkari komitmen mereka, dan
kembali kepada kemaksiatannya hanya karena cintanya kepada kemaksiatan
tersebut. Sedangkan orang yang mengetahui lagi mendapat taufik dari Allah
mengetahui bahwa kegembiraan, dan kebahagiaan, serta kelezatan yang dirasakan
setelah bertaubat, kadarnya sesuai dengan besar kecilnya perasaan bimbang dan
goncang di dalam dirinya. Jika perasaan bimbang dan goncang semakin kuat dan
besar, kegembiraan dan kelezatan akan semakin sempurna.
Sesungguhnya, perasaan semacam itu merupakan bukti dari
hidupnya hati Anda, dan kuatnya persiapan Anda. Seandainya, hati Anda mati dan
persiapan Anda lemah, niscaya Anda tidak akan mengalami perasaan semacam itu.
Ketahuilah bahwa setan adalah pencuri iman, sedangkan
seorang pencuri pasti akan mengincar tempat yang makmur. Maksudnya, setan akan
berusaha mencuri iman dari seseorang yang hatinya makmur dengan keimanan.
Sesungguhnya, setan tidak akan pergi ke kedai kopi maupun tempat-tempat hiburan
yang melalaikan. Oleh karena itulah, siapa saja yang duduk di tempat-tempat
seperti itu, berarti tidak ada sesuatu yang bisa dicuri dari dalam hatinya.
Setan hanya akan mencari sasaran pada tempat-tempat yang makmur saja guna
mencuri.
Ketika ada yang berkata kepada Ibnu Abbas bahwa orang-orang
Yahudi berkata, “Kami tidak diganggu setan di dalam shalat kami.” Lalu, Ibnu
Abbas ra, menjawab, “Subhanallah (Maha suci Allah), bagaimana mungkin setan
akan mengganggu setan.” Mereka adalah para setan, sedangkan setan adalah
pencuri iman, dan dia hanya mengarahkan sasarannya kepada tempat yang makmur.
Tatkala nilai yang dituju semakin besar maka semakin banyak
pula halangan-halangan. Ini merupakan sunnatullah yang berlaku terhadap
makhluk. Lihatlah kepada surga dan keagungannya. Lihatlah kepada
penghalang-peng halang yang menghalangi untuk sampai kepadanya, sedangkan
Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam sendiri telah bersabda, “Surga dipenuhi dengan hal-hal yang tidak disenangi.” (HR
Muslim 2723, At Tirmidzi 2559)
Sampai-sampai hal itu menyebabkan bahwa yang akan masuk
surga dari seribu orang hanya satu orang saja. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
di dalam hadits qudsi, “Wahai Adam, keluarkanlah utusan neraka!” Maka Adam
menjawab, ‘Apa utusan neraka itu wahai Rabb-ku?” Allah berfirman, “Setiap dari
seribu orang, sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang masuk neraka, dan
hanya satu orang masuk surga.”
Mengapa hal itu bisa terjadi?
Karena surga telah dipenuhi dengan penghalang-penghalang,
dan pemotong-pemotong. Lihatlah kecintaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
dan mengkonsentrasikan diri kepadanya, serta merasa nikmat dengannya. Lihatlah
cinta kepada-Nya dan menjadikan-Nya sebagai Wakil dan Pencukup, apakah seorang
hamba akan mencari yang lebih baik dari ini? Lihatlah kepada
penghalang-penghalang yang menghalanginya.
Apakah jalan-jalan cinta kepada Allah terbentang dengan
mudah? Ini tidak akan mungkin. Sesungguhnya, jalan-jalan ini membutuhkan tekad
dan kesungguhan yang besar.
Oleh karena itu, hendaknya Anda memperhatikan persoalan ini.
Perhatikanlah pada kebimbangan yang terjadi setelah taubat.
Ketika taubat menjadi perkara yang paling agung dan besar,
dijadikanlah untuknya berbagai penghalang dan ujian untuk memisahkan antara
siapa yang jujur dan siapa yang bohong. Lalu, terjadilah fitnah dan berbagai
ujian, dan terpisahlah mana yang benar dan mana yang tidak.
Allah berfirman: “Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang
beriman sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini sehingga Dia menyisihkan
yang buruk (munafik) dari yang baik (mummin). Dan Allah sekali-kali tidak akan
memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa
yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Oleh karena itu, berimanlah
kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka
bagimu pahala yang besar.” (Ali Imran: 179)
Bersabarlah sebentar terhadap kebimbangan itu akan
mengantarkan Anda kepada taman ketenteraman dan surga kesucian. Ibnul Qayyim
berkata, “Akan tetapi, jika seorang hamba bisa bersabar sebentar atas
kebimbangan ini, niscaya dia akan diantarkan menuju taman ketenteraman, dan
surga kelapangan. Namun, jika dia tidak bisa bersabar, akibatnya, “…berbaliklah
ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah
kerugian yang nyata.” (Al-Hajj: 11)
Oleh karena itu, bersabarlah atas kebimbangan itu.
Berharaplah kepada pertolongan Allah setelah kebimbangan tersebut, dan hal itu
adalah suatu kepastian. Kebimbangan itu juga merupakan salah satu tanda
sehatnya hati. Maka dari itu, tenteramkanlah hati Anda, bebaskanlah,
bebaskanlah.
Muhammad Husain Ya’qub, dari bukunya Jalan Menuju Taubat.
Posting Komentar