Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Mengatasi Kebimbangan Dalam Bertaubat

Mengatasi Kebimbangan Dalam Bertaubat

Di dalam kitab Thariqul Hijratain, “Bahwa setiap orang yang bertaubat pada awal taubatnya pasti mengalami kebimbangan dan kegoncangan di dalam hatinya, berupa kebingungan maupun kebimbangan, atau kesempitan maupun kesedihan.” 

Ketika pertama kali bertaubat, Anda pasti merasakan perasaan-perasaan semacam ini. Anda akan merasa takut, jangan-jangan Anda telah salah jalan, terutama saat Anda tidak begitu memahami jalan tersebut. Umumnya orang yang bertaubat tidak merasakan, kecuali rasa sakit akibat berpisah dengan kekasihnya. Dosa-dosa adalah kekasih dan teman akrabnya di kala dia sedang gundah. Ketika seseorang bertaubat, hilanglah teman akrab ini. Sesuatu yang sangat dicintainya hilang dari dirinya sehingga dia pun merasa sakit karena harus berpisah dengan aib-aibnya yang telah akrab dengannya selama beberapa waktu. Maka hatinya pun tergoncang, dan dadanya pun terasa sesak.

Banyak orang bertaubat yang mengingkari komitmen mereka, dan kembali kepada kemaksiatannya hanya karena cintanya kepada kemaksiatan tersebut. Sedangkan orang yang mengetahui lagi mendapat taufik dari Allah mengetahui bahwa kegembiraan, dan kebahagiaan, serta kelezatan yang dirasakan setelah bertaubat, kadarnya sesuai dengan besar kecilnya perasaan bimbang dan goncang di dalam dirinya. Jika perasaan bimbang dan goncang semakin kuat dan besar, kegembiraan dan kelezatan akan semakin sempurna.

Sesungguhnya, perasaan semacam itu merupakan bukti dari hidupnya hati Anda, dan kuatnya persiapan Anda. Seandainya, hati Anda mati dan persiapan Anda lemah, niscaya Anda tidak akan mengalami perasaan semacam itu.

Ketahuilah bahwa setan adalah pencuri iman, sedangkan seorang pencuri pasti akan mengincar tempat yang makmur. Maksudnya, setan akan berusaha mencuri iman dari seseorang yang hatinya makmur dengan keimanan. Sesungguhnya, setan tidak akan pergi ke kedai kopi maupun tempat-tempat hiburan yang melalaikan. Oleh karena itulah, siapa saja yang duduk di tempat-tempat seperti itu, berarti tidak ada sesuatu yang bisa dicuri dari dalam hatinya. Setan hanya akan mencari sasaran pada tempat-tempat yang makmur saja guna mencuri.

Ketika ada yang berkata kepada Ibnu Abbas bahwa orang-orang Yahudi berkata, “Kami tidak diganggu setan di dalam shalat kami.” Lalu, Ibnu Abbas ra, menjawab, “Subhanallah (Maha suci Allah), bagaimana mungkin setan akan mengganggu setan.” Mereka adalah para setan, sedangkan setan adalah pencuri iman, dan dia hanya mengarahkan sasarannya kepada tempat yang makmur.

Tatkala nilai yang dituju semakin besar maka semakin banyak pula halangan-halangan. Ini merupakan sunnatullah yang berlaku terhadap makhluk. Lihatlah kepada surga dan keagungannya. Lihatlah kepada penghalang-peng halang yang menghalangi untuk sampai kepadanya, sedangkan Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam sendiri telah bersabda, “Surga dipenuhi dengan hal-hal yang tidak disenangi.” (HR Muslim 2723, At Tirmidzi 2559)

Sampai-sampai hal itu menyebabkan bahwa yang akan masuk surga dari seribu orang hanya satu orang saja. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam hadits qudsi, “Wahai Adam, keluarkanlah utusan neraka!” Maka Adam menjawab, ‘Apa utusan neraka itu wahai Rabb-ku?” Allah berfirman, “Setiap dari seribu orang, sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang masuk neraka, dan hanya satu orang masuk surga.”

Mengapa hal itu bisa terjadi?

Karena surga telah dipenuhi dengan penghalang-penghalang, dan pemotong-pemotong. Lihatlah kecintaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan mengkonsentrasikan diri kepadanya, serta merasa nikmat dengannya. Lihatlah cinta kepada-Nya dan menjadikan-Nya sebagai Wakil dan Pencukup, apakah seorang hamba akan mencari yang lebih baik dari ini? Lihatlah kepada penghalang-penghalang yang menghalanginya.

Apakah jalan-jalan cinta kepada Allah terbentang dengan mudah? Ini tidak akan mungkin. Sesungguhnya, jalan-jalan ini membutuhkan tekad dan kesungguhan yang besar.

Oleh karena itu, hendaknya Anda memperhatikan persoalan ini. Perhatikanlah pada kebimbangan yang terjadi setelah taubat.

Ketika taubat menjadi perkara yang paling agung dan besar, dijadikanlah untuknya berbagai penghalang dan ujian untuk memisahkan antara siapa yang jujur dan siapa yang bohong. Lalu, terjadilah fitnah dan berbagai ujian, dan terpisahlah mana yang benar dan mana yang tidak. 

Allah berfirman: “Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mummin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Oleh karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.” (Ali Imran: 179)

Bersabarlah sebentar terhadap kebimbangan itu akan mengantarkan Anda kepada taman ketenteraman dan surga kesucian. Ibnul Qayyim berkata, “Akan tetapi, jika seorang hamba bisa bersabar sebentar atas kebimbangan ini, niscaya dia akan diantarkan menuju taman ketenteraman, dan surga kelapangan. Namun, jika dia tidak bisa bersabar, akibatnya, “…berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (Al-Hajj: 11)

Oleh karena itu, bersabarlah atas kebimbangan itu. Berharaplah kepada pertolongan Allah setelah kebimbangan tersebut, dan hal itu adalah suatu kepastian. Kebimbangan itu juga merupakan salah satu tanda sehatnya hati. Maka dari itu, tenteramkanlah hati Anda, bebaskanlah, bebaskanlah.



Muhammad Husain Ya’qub, dari bukunya Jalan Menuju Taubat.
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger