Cahaya Allah subhanahu wata’ala yang menerangi kita
dengan rahmat-Nya, gelombang rahmat-Nya terus mencari tempat-tempat yang pantas
dijadikan tempat untuk bergabung, seperti gelombang-gelombang yang muncul,
banjir, atau tsunami kesemuanya mengarah ke tempat yang lebih rendah, maka
majelis-majelis dzikir dan majelis-majelis ta’lim itu adalah tempat mengarahnya
para malaikat pembawa rahmat, namun yang paling banyak mendapatkan bagian
rahmat adalah orang yang paling rendah hati dan tidak menyombongkan diri, tidak
riya’ namun dia merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling banyak dosa dan
bersyukur karena telah diizinkan oleh Allah untuk duduk di majelis itu, maka
orang yang seperti itu akan dimuliakan oleh Allah.
مَنْ تَوَاضَعَ ِللهِ رَفَعَهُ اللهُ
“ Barangsiapa yang merendahkan
hati karena Allah, maka Allah mengangkat (derajat)-nya.”
Maka mereka itulah genangan rahmat Allah, kita
berkumpul di majelis ini dari tumpahruahnya rahmat Ilahi mengenai semua yang
hadir, lalu sedikit demi sedikit genangan rahmat itu akan mengarah kepada yang
paling rendah hati dan tawadhu’, dalam hatinya tidak ada rasa sombong. Inilah
medan untuk mencapai rahmat Ilahi, dan dimanapun rahmat Allah itu bertebaran
bahkan melebihi padatnya udara yang ada di muka bumi karena udara adalah bagian
dari rahmat Allah, dan melebihi lautan karena lautan adalah bagian dari rahmat
Allah, dan melebihi debu yang ada dipermukaan bumi dan terpendam di dalam bumi
karena kesemuanya adalah bagian dari rahmat Allah.
Kehidupan, kematian, alam
barzakh dan hari kiamat adalah merupakan bagian dari rahmat Allah, bahkan orang
yang di neraka sekalipun masih mendapatkan rahmat Allah, dari mana? Yaitu dari
syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah munculkan rahmat-Nya
di neraka berupa syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam selama
mereka meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah. Jika di neraka saja
rahmat Allah masih terus ada dan tidak bisa terputus maka terlebih lagi untuk
kita yang masih hidup di dunia, yang masih akan melewati fase sakaratul maut,
alam kubur, barzakh dan hari kiamat, masih tersisa 3 fase di hadapan kita
dimana zaman yang masih akan kita lewati yang kesemuanya itu penuh dengan
rahmat Allah subhanahu wata’ala yang masih akan kita dapatkan.
Dan semakin
banyak kita mendoakan kaum muslimin lainnya maka semakin banyak pula bagian
rahmat yang akan kita dapatkan dari doa-doa kita untuk orang muslim lainnya,
dengan doa seperti :
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
“ Wahai Allah ampunilah (dosa)
ku, dan semua orang muslim laki-laki dan muslim perempuan ”
Maka dari doa itu kesemua muslimin muslimat termasuk
dalam doanya, terlebih lagi jika dia hadirkan hatinya dalam mendoakan kaum
muslimin, dengan mendoakan yang hidup atau yang telah wafat, yang hidup semoga
semakin diluaskan rizkinya, yang telah wafat semoga dijauhkan dari siksa kubur,
yang terkena bencana alam semoga diberi kesabaran, yang dalam kesusahan semoga
diberi kemudahan, yang kaya raya semoga diberi hidayah dan mau mnegeluarkan
hartanya untuk fakir miskin, dan yang terjebak dalam kerusakan aqidah semoga
diberi hidayah, semakin dalam doa kita untuk mereka maka semakin besar anugerah
Allah untuk kita, dan hal itu tidak bisa diamalkan kecuali oleh orang-orang
yang dicintai Allah, karena jiwa yang seperti itu sejiwa dengan jiwa sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang selalu memikirkan keadaan ummatnya.
Bahkan ketika beliau akan wafat yang dipanggil adalah “ummatku, ummatku”,
dan ketika beliau dibangkitkan pertama kali yang disebut adalah “ummatku,
ummatku”, demikian keadaan nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dan mengenai sebagian kaum yang belum mau beriman dan belum mau taat kepada
Allah, bahkan selalu ingin berbuat kemaksiatan dan kemungkaran saja, maka Allah
telah menjelaskan kepada kita dalam masalah ini yaitu untuk tidak memusuhi
mereka dan tidak terlalu memaksa mereka untuk beriman dan taat kepada Allah,
karena mereka masih belum diberi hidayah oleh Allah subhanahu wata’ala,
sebagaimana firman-Nya :
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآَمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ
جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
(يونس : 99 )
“ Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?” ( QS. Yunus : 99 )
Jika Allah menghendaki maka tidak akan ada lagi
orang yang bermaksiat, semuanya akan Allah beri hidayah, jika Allah berkehendak
maka Allah mampu melakukannya. Maka Allah bertanya kepada nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, “apakah engkau membenci manusia yang belum
beriman, sampai ia beriman? Dan terkadang kita tidak berlaku sopan dan baik
kepada orang yang bermaksiat sampai ia beriman.
Hal ini menunjukkan bahwa
berbuat baik kepada saudara saudari kita yang belum mendapatkan hidayah adalah
sesuatu yang terpuji dan dianjurkan, dan membenci mereka adalah hal yang
dilarang Allah, karena jika Allah mau maka semua manusia akan diberi hidayah
oleh Allah subhanahu wata’ala. Teguran langsung dari Allah ini adalah tuntunan
Ilahi agar kita senantiasa berbuat baik kepada semua orang baik yang beriman
atau tidak. Namun tentunya ada perbedaannya juga cara memperlakukan antara
orang yang beriman dan yang tidak beriman, antara orang yang shalih, antara
orang tua atau kakak dan adik kita, antara ulama’ guru-guru dan para shalihin,
masing-masing punya cara. Kelakuan kita dengan orang tua kita yang muslim atau
yang non muslim pun harus tetap berbuat baik kepadanya.
Sebagaimana
diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari dan riwayat lainnya dimana salah
seorang wanita bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia
berkata : “ ibuku datang kepadaku dalam keadaan musyrikah ( dari golongan
kuffar quraisy dan belum masuk Islam) apakah aku harus menyambutnya?”, maka
rasulullah berkata : “iya, jika dia datang sambut dan jamulah dia”.
Demikian budi pekerti kerukunan antar ummat beragama yang perlu kita
perhatikan. Ada habl minannaas ( hubungan dengan manusia) dan ada habl minallah
(hubungan dengan Allah).
Habib Munzir Al Musawwa
+ comments + 2 comments
berbuat baik dan kasih sayang bisa mempererat jalinan silaturahim.artikel yang baik, terima kasih
Semoga bermanfaat
Posting Komentar