Imam Syafi'i RA berkata, "Sungguh aku mengambil berkah dari Abi Hanifah, aku mendatangi kuburannya setiap hari, jika aku mempunyai hajat maka aku shalat dua rakaat, lalu aku meminta pada Allah agar dikabulkan hajatku di kuburannya, maka tak lama dari itu Allah mengabulkan hajatku. (Tarikh Baghdad karya Imam al-Hafidh al-Baghdadi 1/123)
Al-Hasan bin Ibrahim
al-Khallal salah seorang imam Madzhab Hanbali berkata, " Tak pernah aku
menginginkan sesuatu lalu aku mendatangi makam Musa al-Kadhim lalu aku
bertawasul padanya, kecuali Allah telah permudah segala keinginanku. (Lihat Tarikh Baghdad
(1/120))
Ibnu Jauzi dalam
kitab al-Hishn al-hashin berkata, "Telah aku coba betapa doa itu mustajab
di kuburan orang-orang shalih." Asy-Syaukani juga
menyetujui dalam kitab Tuhfatudz dzakirin, hal 46.
Adz-dzahabi dalam
kitab siyar a'lam annubala 9/34 juga menjelaskan tentang keberkahan kuburan Ma'ruf
al-Karkhi.
Jika para sahabat dan
muhadditsin melakukan hal itu, dan mereka bertanggung jawab atas apa yang
mereka lakukan, mengapa masih banyak orang yang menganggap pencari berkah
sebagai penyembah kubur? Padahal jauh lebih
bijak jika mereka bisa menghargai pendapat para ulama yang karyanya dipakai
oleh jutaan kaum muslimin di seluruh dunia.
Cobalah belajar menghargai para
hafidh (ulama pakar ahli hadist) yang beliau-beliau telah diberkahi Allah dengan kemapuan
menghafal dan mengerti setidaknya 100.000 hadits, sekalipun mereka tidak bergelar Lc dan tidak
mudah menganggap sesat apalagi sampai mengkafirkan orang lain.
Habib Quraish Baharun
Posting Komentar