Ada sebuah pepatah dalam bahasa Arab
yang berbunyi, “Iqta al-asl fa saqata al-far.” (Tebanglah pohonnya, maka
runtuhlah dahannya). Pepatah ini digunakan untuk menghilangkan suatu pengaruh
pemikiran atau pendapat seseorang agar tidak diikuti oleh orang lain, yaitu
dengan memojokkan orang yang mencentuskan pemikiran itu. Dalam konteks ke-Islaman,
untuk menghilangkan kepercayaan umat Islam terhadap kedudukan Hadits Nabawi
dalam Islam, maka musuh-musuh Islam membuat argumen-argumen yang bersifat
melecehkan para ulama Hadits. Salah satu ulama Hadits menjadi sasaran utama
pelecehan mereka adalah Imam al-Bukhari (w 256 H), pengarang kitab al-Jami’
as-Shahih.
Adalah Ignaz Goldziher (seorang
orientalis asal Hungaria dari keluarga Yahudi) yang menjadi pelopor penggugat
kredibilitas Imam Bukhari dalam periwayatan Hadits. Prof. Dr. MM Azami dalam bukunya
Dirasat fil Hadits an-Nabawi wa Tarikh Tadwinih menyatakan bahwa Ignaz
Goldziher menuduh penelitian Hadits yang dilakukan oleh ulama klasik (terutama
Imam Bukhari) tidak dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah karena kelemahan
metodenya. Hal itu menurut Goldziher karena para ulama lebih banyak menggunakan
metode Kritik Sanad, dan kurang menggunakan metode Kritik Matan. Karenanya,
Goldziher kemudian menawarkan metode kritik baru yaitu Kritik Matan saja.
Sebenarnya para ulama klasik sudah
menggunakan metode Kritik Matan. Hanya saja apa yang dimaksud Kritik Matan oleh
Goldziher itu berbeda dengan metode Kritik Matan yang digunakan oleh para
ulama. Menurutnya, Kritik Matan Hadits itu mencakup berbagai aspek seperti
politik, sains, sosio-kultural dan lain-lain. Ia mencontohkan sebuah Hadits
yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dimana menurutnya Bukhari hanya
melakukan Kritik Sanad dan tidak melakukan Kritik Matan. Sehingga setelah
dilakukan Kritik matan oleh Goldziher, Hadits itu ternyata palsu.
Diantara para penulis modern atau
intelektual Islam yang mengikuti cara berfikir kaum orientalis ini adalah
Profesor Ahmad Amin. Dalam bukunya Fajr al-Islam, ia ikut melecehkan
kredibilitas ulama Hadits secara umum. Kemudian secara khusus, Imam Bukhari
dihujatnya. Katanya, “Kita melihat sendiri, meskipun tinggi reputsi ilmiyahnya
dan cermat penelitiannya, Imam Bukhari ternyata menetapkan Hadits-hadits yang
tidak shahih ditinjau dari segi perkembangan zaman dan penemuan ilmiyah, karena
penelitian beliau hanya terbatas pada kritik sanad saja”.
Menurut Ahmad Amin, banyak
Hadits-hadits Bukhari yang yang tidak shahih, atau tepatnya palsu. Diantaranya
adalah sebuah Hadits di mana Nabi SAW bersabda, “Seratus tahun lagi tidak ada
orang yang masih hidup di atas bumi ini”. Hadits ini oleh Ahmad Amin dinilai
palsu, karena ternyata setelah seratus tahun sejak Nabi SAW mengatakan hal itu
masih banyak orang yang hidup diatas bumi ini.
Ahmad Amin yang ikut ramai-ramai
melecehkan Imam Bukhari ini ternyata keliru dalam memahami maksud hadits
tersebut. Sebab yang dimaksud oleh Hadits itu bukanlah sesudah seratus tahun
semenjak Nabi SAW mengatakan hal itu tidak akan ada lagi yang masih hidup di
atas bumi ini, melainkan adalah bahwa orang-orang yang masih hidup ketika Nabi SAW
mengatakan hal itu, seratus tahun lagi mereka sudah wafat semua. Dan ternyata
memang demikian, sehingga Hadits itu oleh para ulama dinilai sebagai mukjizat
Nabi SAW.
Ust. Kharis Nur
Posting Komentar