Firman Allah, “Tetapi mereka yang kafir mengatakan: Apa maksud Allah
menjadikan ini untuk perumpamaan?” adalah seperti firman-Nya, “Dan supaya
orang-orang yang diberi al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu,
dan supaya orang-orang yang ada di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang
kafir mengatakan, ‘Apa yang dikkehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai
suatu perumpamaan.’ Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk pada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak
ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan dia sendiri.” (QS Al Muddatstsir:
31)
Allah pun berfirman di sini, “Dengan perumpamaan itu banyak orang yang
disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang diberi-Nya
petunjuk, dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.”
Ibnu Abbas mengatakan yang dimaksud firman Allah, “Dengan perumpamaan itu
banyak orang yang disesatkan”, adalah orang-orang munafik, sedangkan “Dan
dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang diberi-Nya petunjuk” adalah
orang-orang mukmin.
Allah menambahkan kesesatan kepada orang-orang munafik di samping kesesatan
yang telah ada pada mereka karena kedustaan mereka atas apa yang telah mereka
ketahui dengan sebenarnya mengenai perumpamaanyang Allah buat itu. Sebaliknya,
Allah menambahkan petunjuk dan keimanan kepada orang-orang mukmin di samping
petunjuk dan keimanan yang telah ada pada mereka disebabkan mereka membenarkan
perumpamaan itu.
Mengenai firman Allah selanjutnya, “Dan tidak ada yang disesatkan Allah
kecuali orang-orang yang fasik.” Abu Al’Aliyah mengatakan bahwa yang dimaksud
adalah orang-orang munafik. Pengertian fasik secara bahasa adalah orang yang
keluar dari ketaatan. Orang fasik meliputi orang kafir, dan orang yang bermaksiat
– sekalipun mukmin. Tetapi kefasikan seorang kafir lebih berat dan lebih buruk
lagi. Yang dimaksud dalam ayat ini adalah orang fasik yang kafir.
Dalilnya, mereka digambarkan dalam ayat Al-Quran sebagai berikut, “Yaitu
orang-orang yan melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh dan
memutuskan apa yang diperintahkan kepada mereka untuk menghubungkannya dan
membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.”
Ini adalah sifat-sifat orang kafir yang sangat berbeda dengan sifat-sifat
orang mukmin, sebagainama Allah berfirman, “Adakah orang yang mengetahui
bahwasannya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar, sama dengan
orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal yang dapat mengambil
pelajaran. Yaitu orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak
perjanjian.” (QS Ar-Rad 19-20), sampai firman-Nya, “Orang-orang yang merusak
janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah
perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang
itulah yang memperoleh kutuan, dan bagi mereka tempat kediaman yang bunik
(Jahanam).” (QS Ar-Ra’d: 25).
Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna ‘ahd (janji) yang terdapat
dalam ayat tersebut yang dikatakan, diputuskan oleh orang-orang fasik. Sebagian
mereka mengatakan bahwa yang dimaksud adalah pesan Allah kepada para makhluk
dan perintah-Nya kepada mereka agar menaati Allah, dan larangan-Nya agar tidak
mendurhakai Allah sebagaimana yang disebutkan dalam kitab-kitab suci dan melalui
lisan para rasul. Mereka memutuskannya berarti mereka meninggalkan hal-hal
tersebut.
Para ulama berpendapat, itu adalah pada orang-orang kafir dan munafik dari
kalangan ahlul kitab. Janji Allah yang mereka rusak adalah yang Dia tetapkan
dalam kitab Taurat agar mereka mengamalkan apa yang ada di dalamnya, mengikuti
Muhammad SAW apabila mereka telah diutus, membenarkan apa yang dibawa olehnya
dari Tuhan mereka. Mereka memutuskan janji itu dengan berlaku ingkar terhadap
beliau padahal mereka telah mengetahui hakikatnya dan mereka menyembunyikan
pengetahuan tentang itu dari manusia. Inilah pendapat yang dipilih Ibnu Jarir
dan juga merupakan pendapat Muqatil bin Hayyan.
Mengenai firman Allah (yang artinya) “Dan mereka memutuskan apa yang
diperintahkan Allah kepada mereka untuk menghubungkannya.” Ada pendapat yang
mengatakan bahwa yang dimaksud adalah hubungan kekeluargaan sebagaimana yang
disebutkan oleh Qatadah, seperti juga firman Allah, “Maka apakah kiranya jika
kalian berkuasa, kalian akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan
hubungan kekeluargaan?” (QS Muhammad: 22). Ini dikuatkan oleh Ibnu Jarir.
Menurut pendapat lain, yang dimaksud adalah lebih umum daripada itu, yakni
segala yang Allah perintahkan untuk menghubungkan dan melakukannya.
Muqatil mengatakan bahwa firman Allah, “Mereka itulah orang-orang yang
rugi.”, maksudnya merugi di akhirat, sebagaimana yang Allah firmankan,
“Orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman
yang buruk (Jahanam).”
Pada ayat 28 dari surat Al-Baqarah itu, Allah berfirman (yang artinya), “Mengapa kalian kafir kepada Allah, padahal kalian tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kalian, kemudian kalian dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali,
kemudian kepada-Nya-lah kalian dikembalikan.”
Sebagai hujjah atas keberadaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan bahwa dia merupakan
Pencipta hamba-hamba-Nya, Allah berfirman, “Mengapa kalian kafir kepada Allah?”
Artinya: Mengapa kalian mengingkari keberadaan-Nya atau menyembah yang lain,
padahal, “Kalian kalian tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kalian.”
Maksudnya: Kalian sebelumnya tidak ada lalu Allah mengadakan kalian sebagaimana
yang Allah firmankan, “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah
mereka yang menciptakan diri mereka sendiri? Ataukah mereka telah menciptakan
langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini apa yang mereka
katakana.” (QS Ath-Thur: 35-36).
Ibn Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud ‘Kalian tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kalian’ adalah kalian tadinya mati dalam sulbi orang tua
masing-masing, tidak berupa apa-apa sampai Allah menciptakan kalian, kemudian
Dia mematikan kalian dengan kematian yang sebenarnya, lalu Allah hidupkan
kalian kembali ketika Dia membangkitkan kalian. Ibnu Abbas juga mengatakan
bahwa ini seperti firman Allah dalam ayat lain, “Ya Tuhan kami, Engkau telah
mematikan kami dua kali dan Engkau telah menghidupkan kami dua kali pula.” (QS
Al-Mu’min: 11).
Adh-Dhahhak menyebutkan keterangan dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah
itu: Sebelum diciptakan menjadi manusia, kalian berupa tanah. Keberadaan yang
pertama itu merupakan kematian. Kemudian Allah menciptakan kalian. Ini
merupakan kehidupan. Selanjutnya Dia mematikan dan mengembalikan kalian ke
dalam kubur. Ini kematian yang kedua. Setelah itu, Allah membangkitkan kalian
di hari kiamat. Itulah kehudupan yang kedua. Jadi, ada dua kematian dan dua
kehidupan.
Pada ayat ke 29 surat Al-Baqarah, Allah berfirman (yang artinya), “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian, dan
Dia berkehendak 'bersemayam' di langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu,”
Setelah menyebutkan keterangan yang menunjukkan bahwa Allah-lah yang
menciptakan mereka dan segala yang mereka saksikan pada diri mereka, Dia
menyebutkan bukti lain yang mereka saksikan berupa penciptaan langit dan bumi.
Maka Allah berfirman sebagaimana tersebut di atas. Di dalam ayat ini terdapat
petunjuk bahwa Allah lebih dulu menciptakan bumi, kemudian baru menciptakan
langit ke tujuh.
Mengenai firman Allah,” Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di
bumi untuk kalian.”
Mujahid mengatakan, Allah menciptakan bumi sebelum
menciptakan langit. Setelah Dia menciptakan bumi, muncul asap darinya. Di dalam
ayat lain disebutkan, “Kemudian Dia bersemayam di langit dan langit itu masih
merupakan asap.” (QS Fushshilat: 11). Mujahid juga mengatakan, sebagiannya
berada di atas sebagian yang lain. Sedangkan pada tujuh lapis bumi, sebagiannya
bertada di bawah sebagian yang lain.
Dinukilkan dari Tafsir Ibnu Katsir oleh Habib
Sholeh Bin Achmad Bin Salim Alaydrus
Posting Komentar