Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Cara Memilih Majelis Ilmu

Cara Memilih Majelis Ilmu

Ada suatu kisah menyebutkan. Ada seorang penuntut ilmu sedang mengalami kebingungan dan keraguan, apakah akan masuk mengikuti majelis ini atau majelis yang itu. Dia melihat 2 kumpulan majelis pengajian ilmu yang berbeda. Kedua majelis sama-sama mengajarkan al-Qur’an dan al-Hadits. 

Dia bingung mau memilih dan mengikuti majelis yang mana. Lantas dia pergi kepada seorang yang sholeh untuk membuat pilihan baginya, lalu orang shaleh itu berkata, “Aku akan membawa kamu pergi menuju kedua majelis tersebut”. 

Mereka kemudian masuk ke kumpulan majelis yang pertama dan berdiri. Orang shaleh ini sengaja berbuat demikian karena untuk mengetahui majelis mana yang harus dia ikuti. Mereka berdua berdiri di kumpulan majelis yang pertama dan ketika itu Sang Syaikh sedang mengajar.

Di saat Syaikh itu melihat mereka berdua sedang berdiri, Syaikh berkata kepada mereka, “Duduk! Kenapa kamu berdiri?”. 

Orang shaleh ini menjawab, “Aku tidak ingin duduk di majelis kamu ini”. 

Syaikh itu bertanya, “Kenapa kamu tidak ingin duduk?”.

Orang shaleh itu kembali menjawab, “Dalam hatiku ada rasa tak puas hati dengan kamu”. 

Syaikh berkata, “Dan aku juga sangat-sangat tak puas hati dengan kamu, keluarlah syaitan, dan jangan kamu merusak majelis ini..!”. 

Sang Pemuda berkata, “Ayo kita keluar dari sini sebelum kena pukul”.

Kemudian mereka berdua pergi ke kumpulan selanjutnya, majelis yang kedua, juga melakukan hal yang sama dalam keadaan berdiri. Ketika dalam majelis itu Syaikh melihat mereka yang berdiri dan berkata, “Mengapa kamu berdua tidak duduk?”. 

Nampak perbedaan dengan Syaikh yang tadi yang berkata “Duduk..!” dengan “Mengapa kamu berdua tidak duduk?”.

Orang shaleh itu menjawab, “Aku tidak ingin duduk dalam majelismu ini”. 

Sang Syaikh kembali berkata, “Kenapa?’. 

Orang shaleh itu berkata, “Aku ada rasa tidak puas hati dengan kamu”. 

Lantas Syaikh itu menutup wajahnya lalu menangis dan berkata, “Innalillah wa inna ilaihi roji’un, astaghfirullohi wa atubu ilaih, mungkin Allah telah membukan kepada kamu aibku yang telah disembunyikan”. Dan Syaikh itu terus menangis sambil berkata: “Astaghfirullohi wa atubu ilaih… Astaghfirullohi wa atubu ilaih… Astaghfirullohi wa atubu ilaih… ”, (memohon ampunan Allah dan bertaubat kepadaNya).

Dan orang shaleh yang berdiri itu menoleh kepada si pemuda yang bertanya kepadanya tadi, “Hai pemuda, majelis manakah yang akan kamu pilih? Di sini atau di sana?”.

Kriteria sifat orang yang shaleh itu akan tampak jelas pada akhlaknya yang shaleh pula. Jika kamu merasa harus membuat suatu pilihan. Dikatakan orang ini dalam kebenaran dan orang lain pula kata mereka dalam kebenaran, caranya lihatlah kepada akhlak mereka. Dimana ada tanda akhlak yang mulia, tandanya di situ ada agama. Dimana ada tanda akhlak yang mulia, tanda adanya juga di situ ilmu. Sekiranya di situ tidak ada akhlak yang mulia, maka di situ juga tidak ada agama dan ilmu. Tidak mungkin beragama itu tanpa ada akhlak yang mulia.

Tidak mungkin ciri sifat kesholehan itu dengan tidak disertai akhlak yang mulia. Tidak mungkin adanya ilmu itu, dengan tanpa adanya akhlak yang mulia. Maka setiap yang berilmu dan yang beragama, jika tidak terdzahir (tampak) padanya akhlak yang mulia, maka di situ ada kecacatan pada orang yang berilmu dan yang beragama.

Inilah kriterianya, janganlah kita berfikir melihat kepada orang lain tetapi pandanglah kepada diri kita sendiri, untuk memperbaiki diri diantara kita dengan Allah Subhanhu wa Ta’ala. Wallahu'alam 



Habib Ali Al Jufri
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger