Sifat amanah Rasulullah tidak hanya tercermin dari perilaku beliau
sehari-hari, tapi juga menular pada para sahabatnya. Salah satu ceritanya
adalah ketika Rasulullah mengangkat seseorang untuk mengurus zakat dari orang
muslim.
Setelah mengambil titipan zakat, orang itu datang untuk melaporkan hasilnya.
Ketika sedang melaporkan itulah dia memberitahukan bahwa dirinya diberi hadiah
oleh para pemberi zakat. Seketika itu juga Rasulullah langsung berkhutbah di
depan para sahabat di masjid. Di antara khutbahnya, beliau dengan tegas
melarang para sahabat untuk menerima hadiah ketika sedang mengurusi zakat.
Cerita yang kedua, seorang sahabat yang lain diutus untuk mengambil zakat ke
orang-orang Yahudi, terutama karena orang-orang itu memiliki kebun kurma yang
luas dan bagus. Ketika sahabat itu datang ke kebun kurma, orang Yahudi itu
mencoba memberi hadiah perhiasan emas agar sahabat tadi meringankan taksiran
zakatnya. Karena sifat amanah yang sudah melekat itu, maka sahabat tadi menolak
pemberian itu.
Pertama, karena sahabat tadi benar-benar memahami ayat Alquran berikut:
…Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan),
maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, … Dan jika kamu memutuskan
perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil,
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil. (QS Al-Maidah: 42)
Kedua, sebab sahabat itu menyadari bahwa semua perhiasan emas itu adalah
barang suapan, dan semua barang suapan itu hukumnya haram. Maka ketika orang
Yahudi tersebut mendengar pendirian sahabat tadi, orang Yahudi itu mengatakan
bahwa dengan sifat inilah langit dan bumi dapat tegak berdiri.
Tidak akan masuk surga sepotong daging yang tumbuh dari barang yang haram.
Sedangkan bagi kita bangsa Indonesia, kita harus sadar bahwa kelemahan utama
bangsa ini adalah jika berkaitan dengan uang. Bahkan ada banyak sekali kisah
tentang seseorang yang rajin shalatnya, rajin puasanya, tapi karena memiliki
gaji kecil, maka dia tetap saja terjerumus pada uang-uang yang haram.
Akhirnya, kita akan membangun hidup kita dengan sesuatu yang haram.
Pertanyaannya, bila struktur tubuh kita ini haram, bagaimana mungkin kita bisa
hidup dengan tenang dan berharap masuk surga kelak?
H. Ahmad
Hamid
Posting Komentar