Rasulullah SAW, bersabda, “Janganlah kalian saling iri - dengki, dan
janganlah saling dendam, dan janganlah saling mencari-cari kesalahan. Jadilah
kalian sebagai saudara, seperti yang telah diperintahkan Allah Ta’ala.”
Teks hadits demikian sebagaimana diriwayatkan oleh Imam
Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirimidzi dan yang lain, riwayat dari Abu Hurairah
ra, bahwa Rasulullah SAW, bersabda:
“Hindarilah kalian dari berburuk sangka. Karena buruk sangka itu sedusta-dusta ucapan. Jangan saling memata-matai, dan jangan saling mencari-cari kesalahan orang, dan jangan saling bermusuhan, dan jangan saling ber-iri-dengki, dan jangan saling mengumbar dendam, dan jangan saling bermusuhan, dan jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang bersaudara seperti perintah Allah SWT."
“Hindarilah kalian dari berburuk sangka. Karena buruk sangka itu sedusta-dusta ucapan. Jangan saling memata-matai, dan jangan saling mencari-cari kesalahan orang, dan jangan saling bermusuhan, dan jangan saling ber-iri-dengki, dan jangan saling mengumbar dendam, dan jangan saling bermusuhan, dan jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang bersaudara seperti perintah Allah SWT."
Muslim itu saudara sesama muslim, tidak saling mendzalimi,
tidak saling menghina, dan tidak saling merendahkan. Taqwa itu di sini, taqwa
itu di sini, taqwa itu di sini – dan beliau menunjuk kearah dadanya.
Maka dengan kriteria seseorang berbuat buruk adalah Menghina
sesama saudaranya yang muslim. Setiap muslim terhadap sesama muslim itu
terhormat Darahnya, harga dirinya, dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak
memandang fisik kamu sekalian, dan juga tidak memandang rupa kamu. Namun Allah SWT
hanya memandang hatimu dan amalmu.” Dalam hadits mulia ini ada rahasia
kema’rifatan kepada Allah SWT, yang penuh dengan keajaiban, bahwa Allah SWT
memerintahkan kita agar kita menepiskan diri dari sifat-sifat Iblisiyah, yaitu:
Dengki. Kemudian membuang sifat Nafsaniyah, yaitu: Dendam pada makhluk Allah SWT.
Lalu naik dari sifat yang rendah yaitu: Mencari-cari
kesalahan orang. Dan kemudian bila meraih derajat sempurna melalui pemurnian
diri, Allah SWT memerintahkan agar melihat sirnanya perbedaan antara satu sama
lain dari sesama saudara beriman, dan hal ini merupakan perintah Allah SWT.
Manakala perilaku tersebut sempurna, akan benar-benar
meraih kepastian ma’rifat Billah. Dari rahasia inilah ucapan Sayyidina Ali
KarromAllahu Wajhah berlaku, “Siapa yang mengenal dirinya, maka benar-benar
mengenal Tuhannya.”
Anak-anak sekalian. Ketahuilah bahwa seorang hamba itu
berada diantara Allah Ta’ala dan makhluk-Nya: Bila berpaling dari
makhluk-Nya menuju Allah SWT, Allah mendekatkan kepada-Nya dan menyambungkannya
untuk lebih dekat. Karena apabila Allah Ta’ala mencintai seorang hamba Dia
bergegas menurut kadar kedekatan hamba kepada-Nya, dan kadar kecintaannya pada
Allah Ta’ala, dan si hamba tidak sama sekali berpaling kepada sesuatu selain
Allah, Jika si hamba memandang sesuatu selain Allah SWT, Allah menyiksa sang
hamba dengan sesuatu yang membuat berpaling tadi, dan sesuatu itu dijadikan
cobaan atas dirinya.
Ingatlah pada Iblis La’natullah ketika memandang dirinya, lantas berkata
tentang Adam: “Aku lebih baik dibanding dia…” Maka Allah SWT, langsung melaknat
dan melemparnya.
Begitu pun para malaikat, ketika mereka memandang tasbihnya
dan penyuciannya kepada Allah SWT, dengan mengatakan, “Sedangkan kami bertasbih
dengan memuji Mu dan menyucikan Mu…”, maka Allah Ta’ala memberikan ujian kepada
mereka dengan bersujud kepada Adam.
Begitu pula setiap orang yang mengatakan, “Aku….” Pada saat
yang sama Allah Ta’ala berfirman, “Tidak! Namun Aku!”, lantas Allah melemparkan
siapa pun yang berkata “Aku” tadi ke derajat paling rendah.
Sedangkan orang yang berkata, “Engkaulah Allah,” maka Allah justru mengangkat
derajatnya setinggi-tingginya.
Berpaling itu ada dua: Berpaling mata (muka) dan Berpaling qalbu.
Berpalingnya mata seperti firman Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW,
kekasihNya:
“Janganlah engkau palingkan kedua matamu kepada pesona (kenikmatan) hidup yang telah Kami berikan diantara mereka (orang-orang kafir itu) sebagai bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka di dalamnya. Sedangkan rizki Tuhanmu lebih bagus dan lebih abadi.” (Thaaha: 121)
“Janganlah engkau palingkan kedua matamu kepada pesona (kenikmatan) hidup yang telah Kami berikan diantara mereka (orang-orang kafir itu) sebagai bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka di dalamnya. Sedangkan rizki Tuhanmu lebih bagus dan lebih abadi.” (Thaaha: 121)
Lalu Allah Ta’ala memberikan anugerah kepada mereka, ketika
Allah menjaganya, dengan mengatakan, “kalaulah bukan Kami kokohkan kamu, maka
benar-benar kamu hampir condong pada mereka, dengan sesuatu yang sangat sedikit
(hina).” Lalu Allah SWT memujinya karena
Nabi Muhammad SAW, sama sekali tidak
berpaling kepada selain Allah SWT, dalam firmanNya:
“Matahatinya tak pernah berpaling dan tak pernah dusta.”
“Matahatinya tak pernah berpaling dan tak pernah dusta.”
Allah SWT mewariskan ”meninggalkan total” di atas, dengan
mengangkat tirai hijab, hingga beliau melihat apa yang dilihat, dalam
firmanNya: “Sesungguhnya (Muhammad) telah melihat Allah dalam tahap hakiki yang
lain.”
Syeikh Ahmad ar-Rifa’y
Posting Komentar