Kemudian Allah berfirman:
“Lihatlah pada bukit!” (Maksudnya kamu tidak bisa melihat-Ku, manakala kamu melihat selain Diri-Ku).
“Lihatlah pada bukit!” (Maksudnya kamu tidak bisa melihat-Ku, manakala kamu melihat selain Diri-Ku).
Sebagian kaum ‘arifin bertawaf di Ka’bah, salah seorang
memanggilnya, lalu muncul hasrat untuk berpaling pada pemanggil itu, lantas
muncul suara bisikan tanpa suara: “Tidaklah termasuk golongan Kami orang yang
berpaling pada selain Kami”.
Kisah lain juga, ketika sedang
berthawaf, tiba-tiba orang tersebut melihat perempuan, tiba-tiba muncul tangan
dari udara dan menampar matanya. Lalu muncul suara, “Engkau memandang kepada
selain Kami dengan matamu, maka Kami menampar matamu. Manakala kamu memandang
dengan hatimu kepada selain diri-Ku pasti akan Aku colok matamu dengan api.”
Dzun Nun al-Mishry ra mengatakan,
“Siapa yang memandang dari tauhidnya menuju dirinya, tauhidnya tidak akan
selamat dari neraka. Siapa yang berpaling dari Allah ketika sholat, ia telah
turun dari derajat orang yang sholat. Siapa yang berpaling dari waktu-Nya ke
waktu dirinya, maka sang waktu sirna tanpa ia merasa.”
Dalam hadits disebutkan, “Hamba, manakala berpaling dalam sholat, Allah SWT
berfirman, “Hamba-Ku, apakah engkau berpaling pada yang lebih baik dibanding
Aku? Menghadaplah! Jangan kau palingkan wajahmu dari Diri-Ku, sebab itu bisa
membuat-Ku berpaling darimu.”
Nabi SAW, bersabda, “Jibril datang
kepadaku membawa kunci perbendaharaan dunia, namun aku sama sekali tidak
berpaling padanya dan aku tidak menghadapnya.” Ditanyakan pada salah seorang
Sufi, “Bagaimana kabarmu saat tadi pagi?” Ia menjawab, “Sejak dini – sungguh
dua alam (dunia dan akhirat) – terhalang dariku, dan Dia menghalangiku untuk
memandang keduanya.”
Al-‘arif as-Sary as-Saqathy ra
mengatakan, “Saya pernah mencari sahabatku selama tiga puluh tahun. Dan aku
tidak menemukannya. Suatu hari, ketika aku lewati sebuah bukit , tiba-tiba
kawanku itu berdiri di atas batu, lalu aku mendekatinya, aku tarik ujung
pakaiannya. Lalu ia berkata, “Tinggalkan aku Sary, karena Allah bisa cemburu.
Karena Dia tidak akan memandangmu jika engkau masih memandang yang lain, hingga
engkau gugur dari pandangan-Nya.”
Kisah tentang Rabi’ah Adawiyah ra
ketika sedang berjalan menuju Makkah, tiba-tiba ada lelaki menghadapnya,
sembari berkata, “Hai perempuan, seluruh dirimu dengan kesemuanya begitu
sibuk?” (sebuah rayuan, pent).
Rabi’ah menjawab, “Kalau kamu benar,
maka keseluruhanku bagi dirimu telah terkorbankan. Kecuali saya punya saudari
yang lebih elok dariku, dan ia ada di belakangmu.” Lelaki itu seketika menoleh,
lantas Rabi’ah menampar muka laki-laki itu, sembari berkata, “Begitu mudah
engkau berpaling dariku wahai peselingkuh? Engkau mengaku mencintaiku lantas
kamu memandang selain diriku? Aku melihatmu dari jauh, lalu aku berkata, “Wah,
aku menemukan orang yang ‘arif, tapi ketika anda bicara, aku berkata pada diri
sendiri, “Aku berjumpa dengan orang yang kasmaran, dan ketika kutarik dirimu
kulihat dirimu adalah pendusta!”
“Aku tidak melihatmu dari pilihan
kaum ‘arifin dan harga diri mereka,” lanjut Rabi’ah, “juga aku tidak melihatmu
sebagai penempuh jalan pecinta dan perlindungan-Nya.”
Lelaki itu langsung berteriak keras,
dan menghaburi wajahnya dengan debu, lalu berkata, “Aku mengundang cinta sesama
makhluk, lalu aku berpaling dari-Nya, kemudian tamparan mengena di wajahku!
Sungguh aku takut untuk merasa mencintai Sang Khaliq, manakala hatiku berpaling
dari-Nya, pastilah Dia menampar hatiku!”
Syeikh Ahmad ar-Rifa’y
Posting Komentar