Mengenai berpalingnya qalbu,
dikisahkan oleh Fath al-Maushily, dimana beliau punya seorang putra kecil.
Suatu hari ia ciumi dan peluk anak itu, lalu dari cakrawala muncul suara, “Hai
Fath, kamu mengaku mencintai-Ku, sedang di hatimu ada cinta lain selain
Diri-Ku?” Tiba-tiba Fath berteriak dan pingsan.
Suatu hari Rabi’ah al-Bashriyah melihat Rabah al-Qaisy, ia sedang mencium
seorang bocah dari keluarganya.
“Kau mencintainya?” Tanya Rabi’ah
“Ya, benar.”
“Kau tidak menduga bahwa di hatimu masih ada ruang kosong untuk mencintai
selain Dia?”
Al-Qaisy terkejut lalu menjerit pingsan. Ketika ia siuman, ia mengusap keringat
yang menetes di wajahnya.
Nabi SAW, bersabda, “Seandainya aku harus memilih sahabat tercinta selain Tuhanku pastilah aku
memilih Abu Bakr ash-Shiddiq, namun itu sebatas persaudaraan dan kecintaan
dalam Islam.”
Dikisahkan bahwa Nabi Dawud AS,
dalam suatu perjalanan bertemu dengan seorang lelaki yang bertanya, “Kamu mau
kemana?”
“Aku sangat takut dengan massa manusia, dan aku ingin berbahagia bersama
Allah,” jawab Nabi Dawud as.
“Apakah motivasimu itu datang dari dirimu atau dari Allah?”
Akhirnya Nabi Dawud jatuh pingsan mendengarnya, dan ketika sadar ia berkata,
“Semoga Allah memperingatkan dirimu sebagaimana dirimu memperingatkan aku.”
Sebagian Sufi berkata, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kaum Musa AS untuk
memotong kepala mereka ketika mereka bersujud pada anak sapi, setelah mereka
sujud pada Allah Ta’ala.”
Allah berfirman, “Kepala yang
bersujud pada-Ku, kemudian sujud pada selain Diri-Ku, sungguh tidak layak
bagi-Ku. Begitu juga qalbu….’
Nabi Dawud as berkata, “Aku diberi
sesuatu sebagaimana manusia yang lain, dan aku diberi yang tidak diberikan
kepada mereka. Aku pun diberi hasrat sebagaimana mereka, dan hasrat yang bukan
sebagaimana mereka punya. Lalu kutemukan bahwa segalanya hanya bagi Allah
semata, dan segala perkara ada di Tangan Allah Ta’ala. Dan kesimpulannya dari
dunia dan akhirat serta seisinya adalah: Allah.”
Maka tidak layak bagi orang yang mengaku mencintai-Nya, namun di hatinya masih
ada selain Dia,
Maka Rabi’ah bersyair:
Wahai kekasih hati, siapa lagi selain Engkau?
Kasihanilah pendosa yang telah datang pada-Mu
Wahai Kekasihku, beningku dan harapanku
Hati dusta jika mencintai selain Diri-Mu
Wahai mesraku, harapan dan hasratku
Betapa panjang rinduku
Kapan bisa bertemu
dengan-Mu?
Wahai kekasih hati, siapa lagi selain Engkau?
Kasihanilah pendosa yang telah datang pada-Mu
Wahai Kekasihku, beningku dan harapanku
Hati dusta jika mencintai selain Diri-Mu
Wahai mesraku, harapan dan hasratku
Betapa panjang rinduku
Kapan bisa bertemu
dengan-Mu?
Syeikh Ahmad ar-Rifa’y
Posting Komentar