Lain halnya dengan persahabatan bersama orang yang tidak
bermoral, jelek dan jahat. Sungguh tidak ada faedah dari persahabatn ini,
bahkan lebih banyak menimbulkan madharat (bahaya) dari segi duniawi atau agama.
Maka persahabatan dengan ahli maksiat yang suka melanggar Allah dan Rasulullah
SAW sangat dicela dan dikutuk. Sebab akan menyeret kawan tadi ikut melakukan
maksiat itu. Atau minimal dia ridho dengan kemaksiatan itu, padahal disebutkan
bahwa ridho terhadap kemaksiatan itu adalah maksiat. Sekalipun dia tidak ikut
melakukannya.
Maka daripada itu Al Imam Al Ghazali dalam kitabnya ‘Bidayatul Hidayah’, menyebutkan bahwa:
Bergaul dengan ahli maksiat dan kemungkaran akan menyeret pada kemungkaran
itu, atau paling tidak dia akan menganggap remeh atau kecil maksiat yang
dilakukan kawannya tadi, karena dia duduk dan melihat maksiat itu terus-menerus
di depan matanya, sekalipun dia tidak ikut di dalamnya, sehingga karena pergaulan
yang tidak baik ini dia telah menganggap kecil apa yang dianggap besar oleh
Allah SWT.
Bukankah dosa kecil itu akan menjadi besar jika dilakukan terus-menerus?, lalu bagaimana jika yang dilakukan secara kontinyu itu dosa besar, seperti mengkonsumsi narkoba, minuman keras, berjudi, berzina dan lain sebagainya. Maka orang yang dekat dengan ahli maksiat semacam ini tidaklah patut dikatakan manusia berakal, sebab dia tahu bahwa dalam pergaulan tersebut akan menimbulkan madharat baginya.
Satu contoh yang sering terjadi di lapangan. Seseorang (anggap saja A) berkawan dengan B, yang mana B ini memiliki pacar (wanita jalang) C, suatu malam, seperti biasanya si B datang ke C untuk melakukan perbuatan mesum dan perzinaan dan si C sangat maklum dan paham betul maksud kedatangan si B, jadi dia tidak akan menolaknya. Dan ini berlangsung bukan sekali dua kali tapi berkali-kali.
Karena dianggap kawan dekatnya, suatu saat B mengajak A untuk
ikut bersama ke tempat C, tanpa menaruh curiga apapun A ikut bersama B. Memang
awalnya A adalah orang yang lugu dan baik, tapi lain dengan B itu. Setibanya di
C, B mempersilahkan A untuk ikut masuk. Pada awalnya dia merasa malu dan
bingung kenapa disana ada seorang wanita dengan dandanan menarik dan gerakan
tubuh erotis yang membangkitkan syahwat setiap lelaki yang melihatnya.
Akhirnya A masuk bersama B. dan tanpa malu B langsung melakukan perzinaannya, sedang A hanya bisa terbelalak matanya menyaksikan itu di depan dirinya. Setelah usai, ternyata B juga menawarkan kepada A untuk melakukan perbuatan yang sama. Memang dasar nafsu dan syaitan si A mulai tergoda, dipikirnya mumpung tidak ada orang, mumpung ada kesempatan, kapan lagi?. Si wanita itupun merayu dengan seribu godaan dan kata-kata mesra, akhirnya terjadilah apa yang terjadi , A tidak kuasa membendung keinginan nafsunya, maka sekarang A sudah menjadi pelaku perzinaan, sama dengan kawannya si B itu.
Kejadian seperti di atas sangat sering terjadi pada remaja-remaja zaman sekarang. Anda tahu?, bahwa seseorang itu akan berusaha untuk mengajak kawannya agar berbuat seperti perbuatannya dan berperilaku seperti perilakunya. Itulah watak manusia. Seperti contoh diatas, si B tidak akan merasa puas dalam persahabatannya dengan si A, sebelum si A juga ikut terjerembab dalam kemaksiatan yang sama. Atau mungkin lebih dari itu.
“Berapa banyak teman dan sahabat (yang dikiranya baik), tiba-tiba menjadi musuh dan penghalang dalam waktu yang relatif singkat, karena tidak diteliti dan diperiksa terlebih dahulu kepribadiannya”.
Inilah akibat salah bergaul dan keliru memilih teman. Sungguh benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah bahwa berkawan dengan orang yang buruk, ibarat duduk berdekatan dengan pandai besi, entah kita akan terkena percikan apinya sehingga merusak baju kita atau minimal kita akan mendapatkan bau tak sedap dari tubuhnya yang berkeringat.
Inilah kehidupan modern zaman sekarang. Ternyata lebih jahiliyah daripada zaman Jahiliyah. Dimana-mana terdapat kemungkaran, kekejian dan perbuatan amoral. Dan ironisnya sebagian besar pelakunya adalah pemuda dan pemudi yang diharapkan untuk menjadi pembangun bangsa masa depan, kalau generasi muda seperti ini, bagaimanakah kehidupan mendatang?
Maka hendaknya kita menjaga pergaulan kita, jangan sampai menyesal di kemudian hari, sebab penyesalan saat itu tiada berguna sedikit pun. Jaga diri kita, keluarga kita dan semua yang berada dalam tanggungan kita dari hal-hal yang merusak iman, merapuhkan keyakinan dan menghancurkan kebahagiaan.
Sebagai penutup, kita hendaknya memperhatikan apa yang diwasiatkan oleh Imam Al Ghazali, beliau berkata :
“Jika anda memilih sahabat yang akan anda dekati, maka haruslah
kawan tersebut memenuhi lima kriteria :
1. Berakal (berilmu),
2. Berakhlak terpuji (mulia),
3. Lurus perjalanannya,
4. Tidak tamak dan rakus terhadap dunia,
5. Tidak suka berdusta (berbohong)”.
Al
Habib Sholeh Al Attas
Posting Komentar