Dewasa ini kita hidup di era jahiliyah materialis yang dengan
segala gerakan dan adat istiadatnya telah jauh dari tatanan syariat yang dibawa
oleh Rasulullah saw. Nilai-nilai agama dan keruhaniannya telah dicampakkan
begitu saja. Akibatnya, kerusakan dan kebobrokan moral dan etika melanda
kebanyakan manusia akhir-akhir ini.
Memang kita sadar bahwa zaman jahiliyah modern ini berkembang begitu pesat karena didukung dengan adanya media dan perangkat penyebar informasi canggih yang setiap saat siap menyebarkan ‘kuman-kuman’ perusak akhlak yang mampu bergerak melebihi kecepatan sinar dan menerobos masuk ke rumah-rumah bahkan menyelinap ke kamar-kamar tidur melalui layar kaca (televisi).
Hidup di abad dan era seperti ini - dimana godaan nafsu dan syahwat mengepung kita dari segala penjuru dan pergaulan bebas meliputi anak mudanya – sungguh tidak mudah. Diperlukan adanya ketahanan diri dan kekuatan iman serta keyakinan bahwa diri kita pasti akan dimintai pertanggung jawaban kelak oleh Allah Ta’ala terhadap semua yang kita lakukan. Kita sangat butuh dengan keberadaan para penyeru kebaikan, para da’I dan ulama’ yang dengan fatwa serta pendidikannya akan mengarahkan dan meluruskan jalan kehidupan kita.
Kita harus selalu waspada, sebab akhir-akhir ini banyak para penyeru kebathilan berdiri dimana-mana untuk mencampakkan kita ke jurang kehinaan dan kesengsaraan. Kita harus pandai memilih dan memilah, mana figur yang harus kita ikuti dan teladani, tidak asal cinta dan fanatik.
Maka daripada itu diperlukan aturan dan undang-undang yang mampu menata kehidupan manusia dalam bergaul dan bermasyarakat. Apa saja yang hendaknya kita jalankan untuk mendapatkan kawan yang baik, yang mampu membawa kita ke jalan yang penuh hidayah. Sebab kalau kita tidak mau berhati-hati dalam bergaul, maka kehinaan dan penyesalan di ambang pintu. Berapa banyak orang binasa karena teman. Dan berapa banyak orang hancur hidupnya juga karena pergaulan dengan kawan yang rusak.
Kita sendiri telah menyaksikan bagaimana kerusakan pergaulan modern pada zaman ini. Berapa banyak wanita harus menutup-nutupi rasa malunya karena ‘kecelakaan’ dengan laki-laki yang bejat. Berapa banyak pula pemuda harus menghabiskan masa mudanya di terali besi karena terjerembab dalam kriminalitas. Dan berapa banyak anak-anak bayi tidak berdosa terlahirkan tidak mempunyai ayah dan tidak mengetahui siapa ayah mereka. Semua karena kebejatan si wanita dan laki-laki yang terjatuh dalam pergaulan bebas.
Inilah yang diinginkan oleh syaitan, musuh kita. Mereka selalu berusaha menjatuhkan kehormatan dan kemuliaan manusia lewat kemaksiatan dan kemungkaran. Mereka senantiasa mencari kawannya kelak di neraka. Alangkah rugi orang yang berjalan di belakang iblis dan anteknya. Alangkah sengsara orang yang tunduk kepada mereka.
Al Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad RA dalam kitabnya ‘An Nashoih Ad Diniyyah Wal Washoya Al Imaniyyah’ telah menyebutkan bagaimana etika kita bergaul dan berkawan. Agar perkawanan dan pertalian cinta tersebut dapat mengantarnya pada kebahagiaan dunia akhirat, beliau berkata :
“Jangan sekali-kali kamu mencintai dan bersahabat dengan selain orang-orang yang bertakwa kepada Allah, jangan pula mengawani selain orang yang berilmu dan zuhud di dunia. Sebab seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya di dunia dan akhirat”.
Dalam satu riwayat, Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), “Seseorang itu dinilai dengan siapa dia berkawan. Dan seseorang itu tergantung pada agama kawannya, maka hendaknya kalian melihat siapa yang hendak dijadikan kawan”.
Dalam hadits yang lain beliau SAW bersabda (yang artinya), “Kawan yang baik (sholeh) lebih baik daripada menyendiri dan menyendiri lebih baik (selamat) daripada kawan yang buruk (jahat)”.
Nyatalah bagi kita bahwa persahabatan dan duduk bersama orang sholeh merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan itulah persahabatan yang terpuji dan dianjurkan agama.
Al
Habib Sholeh Al Attas
Posting Komentar