Ibnu Jarir mengatakan —begitu pula yang lainnya—
bahwa takwil makna ayat ini ialah, "Inilah yang pernah diberikan kepada
kami dahulu, buah-buahan surga sebelumnya." Dikatakan demikian karena satu
sama lainnya sangat mirip, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat selanjutnya:
{ ﻭَﺃُﺗُﻮﺍ ﺑِﻪِ ﻣُﺘَﺸَﺎﺑِﻬًﺎ }
Mereka diberi buah-buahan yang serupa.
(Al-Baqarah: 25)
Sanid ibnu Daud mengatakan, telah
menceritakan kepada kami seorang syekh dari kalangan penduduk Al-Masisah, dari
Al-Auza'i, dari Yahya ibnu Abu Kasir yang mengatakan bahwa diberikan kepada seseorang
di antara penduduk surga piring besar berisikan sesuatu (buah-buahan), lalu ia
memakannya. Kemudian disuguhkan lagi piring besar lainnya, maka ia mengatakan,
"Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Maka para malaikat
berkata, "Makanlah, bentuknya memang sama, tetapi rasanya berbeda."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu
Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Amir ibnu Yusaf, dari Yahya ibnu Abu
Kasir yang pernah mengatakan bahwa rerumputan surga terdiri atas minyak
za'faran, sedangkan bukit-bukitnya terdiri atas minyak kesturi. Para ahli surga
dikelilingi oleh pelayan-pelayan yang menyuguhkan beraneka buah-buahan, lalu
mereka memakannya. Kemudian disuguhkan pula kepada mereka hal yang semisal,
maka berkatalah penduduk surga kepada para pelayan, "Inilah yang pernah
kalian suguhkan kepada kami sebelumnya." Lalu para pelayan menjawabnya,
"Makanlah, bentuknya memang sama, tetapi rasanya berbeda." Hal inilah
yang dimaksud dengan firman-Nya, "Mereka diberi buah-buahan yang
serupa."
Abu Ja'far Ar-Razi meriwayatkan dari
Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu:
"Wautu bihi mutasyabihan," yakni satu sama lainnya mirip, tetapi
rasanya berbeda. Ibnu Abu Hatim mengatakan, hal yang semisal telah diriwayatkan
dari Mujahid, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan As-Saddi. Ibnu Jarir meriwayatkan berikut
sanadnya, dari As-Saddi di dalam kitab tafsirnya, dari Abu Malik, dari Abu
Saleh, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah, dari Ibnu Mas'ud serta dari sejumlah
sahabat sehubungan dengan makna firman-Nya, "Mereka diberi buah-buahan
yang serupa." Makna yang dimaksud ialah serupa dalam hal warna dan bentuk,
tetapi tidak sama dalam hal rasa. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Ikrimah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya, "Mereka diberi buah-buahan yang serupa," bahwa
buah-buahan surga mirip dengan buah-buahan di dunia, hanya buah-buahan surga
lebih wangi dan lebih enak. Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Al-A'masy, dari
Abu Zabyan, dari Ibnu Abbas, bahwa tiada sesuatu pun di dalam surga yang
menyerupai sesuatu yang di dunia, hanya namanya saja yang serupa. Menurut
riwayat yang lain, tiada sesuatu pun di dunia sama dengan yang ada di surga
kecuali hanya dalam masalah nama saja yang serupa. Hal ini diriwayatkan oleh
Ibnu Jarir melalui riwayat As-Sauri dan Ibnu Abu Hatim melalui hadis Abu
Mu'awiyah; keduanya menerima riwayat ini dari Al-A'masy dengan lafaz seperti
ini.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Mereka diberi buah-buahan
yang serupa," bahwa mereka mengenal nama-namanya sebagaimana ketika mereka
di dunia, misalnya buah apel dan buah delima bentuknya sama dengan buah apel
dan buah delima ketika mereka di dunia. Lalu mereka mengatakan, "Inilah
yang pernah diberikan kepada kami sebelumnya ketika di dunia." Mereka
diberi buah-buahan yang serupa, yakni mereka mengenalnya karena bentuknya sama
dengan yang ada di dunia, tetapi rasanya tidak sama.
www.fb.com/notes/1377787088910762 oleh Tim PISS KTB
Posting Komentar