Sabda Rasulullah SAW : “Allah mengawasi dan memandang hamba hamba Nya di malam nisfu sya’ban, lalu mengampuni dosa dosa mereka semuanya kecuali musyrik dan orang yang pemarah pada sesama muslimin” (Shahih Ibn Hibban hadits no.5755)
Berkata Aisyah ra : disuatu malam aku kehilangan Rasul SAW, dan kutemukan
beliau SAW sedang di pekuburan Baqi’, beliau mengangkat kepalanya kearah
langit, seraya bersabda : “Sungguh Allah turun ke langit bumi di malam nisfu
sya’ban dan mengampuni dosa dosa hamba Nya sebanyak lebih dari jumlah bulu
anjing dan domba” (Musnad Imam Ahmad hadits no.24825)
Berkata Imam Syafii rahimahullah : “Doa mustajab adalah pada 5 malam, yaitu
malam jumat, malam idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama bulan rajab, dan
malam nisfu sya’ban” (Sunan Al Kubra Imam Baihaqiy juz 3 hal 319).
Dengan fatwa ini maka kita memperbanyak doa di malam itu, jelas pula bahwa
doa tak bisa dilarang kapanpun dan dimanapun, bila mereka melarang doa maka hendaknya
mereka menunjukkan dalilnya? Bila mereka meminta riwayat cara berdoa, maka alangkah bodohnya mereka tak
memahami caranya doa, karena caranya adalah meminta kepada Allah.
Pelarangan akan hal ini merupakan perbuatan mungkar dan sesat, sebagaimana
sabda Rasulullah SAW: “sungguh sebesar besarnya dosa muslimin dengan muslim
lainnya adalah pertanyaan yang membuat hal yang halal dilakukan menjadi haram,
karena sebab pertanyaannya” (Shahih Muslim)
Disunnahkan malam itu untuk memperbanyak ibadah dan doa, sebagaimana di
Tarim para Guru Guru mulia kita mengajarkan murid muridnya untuk tidak tidur
di malam itu, memperbanyak Alqur’an doa, dll.
Sebenarnya peringatan seperti apa yang dilakukan pada perayaan
tersebut??
Puasa, sholat malam, membaca surah yasin 3x beserta doa nisfu sya’ban
setelah sholat magrib atau ada yang lainnya?
Yang paling pokok adalah berdoa, karena memang ada pendapat para Mufassirin
bahwa malam nisfu sya’ban adalah malam ditentukannya banyak takdir kita,
walaupun pendapat yang lebih kuat adalah pada malam lailatul qadar. Namun, bukan berarti pendapat yang pertama ini batil, karena diakui oleh para
muhadditsin, bisa saja saya cantumkan seluruh fatwa mereka akan malam nisfu
sya’ban beserta bahasa arabnya.
Para ulama kita menyarankan membaca surat Yaasiin 3X, itu pula haram
seseorang mengingkarinya, kenapa dilarang?, apa dalilnya seseorang melarang
membaca Alqur’an? melarangnya adalah haram secara mutlak.
Sebagaimana Imam Masjid Quba yang selalu menyertakan surat Al Ikhlas bila ia
menjadi Imam, selalu ia membaca Al Ikhlas di setiap rakaatnya setelah surat
Al fatihah, ia membaca alfatihah, lalu al ikhlas, baru surat lainnya, demikian
setiap rakaat ia lakukan, dan demikian pada setiap shalatnya, bukankah ini kebiasaan yang tak diajarkan oleh Rasul SAW?, bukankah ini
menambah nambahi bacaan dalam shalat?
Maka makmumnya berdatangan pada Rasul SAW seraya mengadukannya, maka Rasul SAW
memanggilnya dan bertanya mengapa ia berbuat demikian, dan orang itu menjawab
Inniy Uhibbuhaa (aku mencintainya), yaitu ia mencintai surat Al Ikhlas, hingga
selalu menggandengkan Al Ikhlas dengan Alfatihah dalam setiap rakaat dalam
shalatnya.
Apa jawaban Rasul SAW?, apakah rasul SAW berkata, “kenapa engkau buat
syariah dan ajaran baru?, kenapa membuat ibadah baru?, apakah ibadah shalat yang
kuajarkan belum sempurna? Beliau tak mengatakan demikian, malah seraya berkata, "Hubbuka iyyahaa
adkhalakal Jannah" (cintamu pada surat Al Ikhlas itulah yang akan membuatmu
masuk surga). Hadits ini dua kali diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, dan shahih Bukhari adalah kitab hadits yang terkuat dari seluruh kitab
hadits lainnya untuk dijadikan dalil.
Maka jelaslah Rasul SAW tak melarang hal-hal baru yang datang dari
iman, selama tidak merubah syariah yang telah ada, apalagi hal itu merupakan
kebaikan, dan doa nisfu sya'ban adalah mulia.
Apa yang diminta? Panjang umur dalam
taat pada Allah, diampuni dosa dosa, diwafatkan dalam husnul khatimah, salahkah
doa seperti ini?
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar