“Taharraw lailatalqadri fil witri
min al’asyril awakhiri min ramadhan”. Demikian riwayat Shahihain Bukhari
dan Muslim. “Temuilah kemuliaan malam
lailatulqadr di 10 malam terakhir di bulan Ramadhan, di malam ganjil”.
Dan hadits lainnya “temuilah kemuliaan
lailatulqadr di 7 malam terakhir, di malam ganjil di bulan Ramadhan”.
Tiadalah seorang tamu yang akan
dikecewakan oleh Sang Maha Dermawan terkecuali semua tamu disambut dengan
Anugerah Luhur, disambut dengan semulia – mulia Anugerah. Anugerah yang tidak
bisa diberikan pada makhluk satu sama lainnya, Anugerah yang hanya dimiliki
Allah berupa Anugerah yang kekal dan abadi, Kasih Sayang Allah
ditumpah-ruahkan, dihujankan dan dihamparkan kepada para tamu – tamu Allah.
Mereka yang berkumpul di dalam dzikir, berkumpul di dalam taklim, dan kemuliaan
shalawat dan dzikir dzikir Nabawiy,
semoga aku dan kalian selalu di dalam Kasih Sayang Rahmat Allah yang abadi
dhahiran wa bathinan, dunia dan akhirat.
Sang Nabi SAW bersabda “matsalulladzii
yadzkurullah walladzii laa yadzkurullah matsalul-hayyi wal-mayyiti”,
demikian diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari. “Perumpamaan orang – orang yang bedzikir mengingat Allah dengan orang
yang tidak pernah mengingat Allah, bagaikan perumpamaan yang hidup dan yang
mati”. Jiwanya padam dari Keluhuran Ilahi, ia makan dan minum melewati
hari – harinya dan lepas dari Anugerah yang abadi. Di hadapan manusia, ia
hidup, berbicara dan berbuat. Namun di hadapan Allah, tiada bedanya dengan yang
mati, karena ia tidak mau mengingat Allah.
Oleh sebab itu di malam – malam terakhir ini khususnya, perbanyaklah dzikir
dengan menyempurnakan shalat fardhu kita semampunya, dengan memperbanyak dan
menambah khusyu’nya semampunya, menyempurnakan shalat tarawih semampunya,
memperbanyak bacaan Alqur’an semampunya, meninggalkan segala dosa semampunya,
melaksanakan hal – hal yang mulia semampunya. Sungguh teriwayatkan di dalam
Shahih Muslim, ketika turunnya firman Allah SWT “Lillahi maa fissamaawaati wamaa fil ardh, wa in-tubduu maa fii anfusikum
awtukhfuuhu yuhaasibkum bihillah, fayaghfiru liman yasyaa’ wa yu’addzibu man
yasyaa, wallahu ‘alaa kulli syaiin qadiir” Milik Allah seluruh langit dan bumi. Dan Allah SWT mengetahui semua apa
yang tersembunyi dan semua yang terlihat. Semua perbuatan kita yang terlihat
oleh makhluk atau perbuatan kita yang disembunyikan berupa dosa dan pahala,
Allah Maha Melihatnya dan tiada yang tersembunyi bagi Allah. Maka Allah akan
menghisab kalian, QS. Al Baqarah : 284). Demikian firman Allah SWT
dan Mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan akan menurunkan siksa bagi yang
dikehendaki-Nya.
Ketika ayat ini turun, berdatangan para sahabat kehadapan Sang Nabi SAW,
mereka berlutut dan menangis di hadapan Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, Allah sudah perintahkan
shalat, puasa, zakat dan apa semampu kami, namun sekarang datang firman Allah,
kami akan dihisab, bagaimana ini sungguh sangat berat?”, maka Nabi SAW
bersabda sebagaimana riwayat Shahih Muslim “apakah kalian akan berkata sebagaimana orang – orang yahudi yang ketika
diperintah mereka berkata “sami’na wa ashaynaa faquuluu sami’na wa atha’naa”.
Kalian ini jangan seperti orang yahudi, kata Rasul SAW. Kenapa? Orang yahudi
ketika diperintah Allah, ia berkata “kami
dengar tapi kami tidak mau taat, katakan kami dengar dan kami taat”.
Maka para sahabat menunduk, menghentikan tangisnya seraya berkata “sami’na wa atha’naa” kami dengar dan kami
taat.
Demikian indahnya iman para sahabat radhiyallahu anhum. Dalam keadaan sunyi
senyap, ketika para sahabat mengalah dan menerima apapun yang sangat berat yang
mereka keluhkan pada Sang Nabi SAW, maka turunlah ayat “aamanarrasuulu bimaa unzila ilaihi min
rabbihii wal mu’minuna kullu aamana billahi wa malaikatihii wa kutubihii wa
rasulihii laa nufarriqu baina ahadin min rusulihii wa qaluu sami’na wa athanaa
ghufranaka rabbana wa ilaikal mashir, laa yukallifullahu nafsan illa wus’ahaa
lahaa maa kasabat wa ‘alaihaa maaktasabat..” sampai akhir ayat.
Demikian indahnya Allah SWT.
Setelah mereka mengadu pada Sang Nabi SAW, mereka tidak mampu jika harus
melewati hisab setelah mereka berjuang dengan apa – apa yang mereka mampu. Lalu
bagaimana dengan hisab dari apa – apa yang mereka tidak mampu? Allah menjawab “Allah tidak memaksa lebih dari kemampuan
kalian”, mereka berkata “sami’na wa athanaa ghufranaka rabbana wa ilaikal
mashir” kami dengar dan kami taat, pengampunan-Mu dan kepada-Mu kami akan
kembali dan Allah tidak memaksa seseorang lebih dari kemampuannya.
Demikian indahnya Allah.
Sekedar kemampuanmu, berbuatlah dan Allah tidak akan menghisab dengan yang
lebih dari itu. Allah akan menghisab jika kita mampu tapi kita tidak
melakukannya, itu yang akan dihisab oleh Allah SWT.
Bagaimana dengan hal – hal yang kita mampu dan kita masih melakukannya?
Allah masih mengajarkan doa “rabbana
laa tu-akhidznaa in-nasiinaa aw-akhthanaa” Wahai Allah ampuni kami, jika kami
salah dan kami lupa. Allah yang ajarkan. Kalau bahasa logika kita,
enak sekali sudah berbuat salah lalu minta pengampunan dosa? Allah yang ajari
untuk memberi pengampunan-Nya kepada semua pendosa.
Mintalah kepada-Ku, “rabbana
walaa tahmil ‘alainaa ishran kamaa hamaltahu ‘alalladziina min qablinaa” jangan
bebani kami seperti umat – umat yang terdahulu beban yang berat, beri kami
beban yang lebih ringan.
Memangnya boleh seperti itu? minta beban yang lebih ringan?. (sungguh telah)
Diajari oleh Allah, agar kau mendapat beban hidup yang lebih ringan. Minta
kepada Allah, “Rabbiy di zaman para
sahabat bebannya berat sekali, aku tidak mampu berbuat seperti mereka”.
Allah sudah ajari agar jangan dibebani umat seperti beban yang berat tapi beri
kemuliaannya.
“Walaa tuhammilnaa maa laa
thaaqata lanaa bihi” jangan bebani kami dari apa – apa yang kami tidak
mampu.“Wa’fu ‘annaa waghfirlanaa warhamnaa anta mawlaanaa fanshurnaa ‘alal
qaumilkafiriin” kasih sayangilah kami, maafkanlah kami, dan tolonglah kami dari
orang – orang non muslim yang memusuhi kami.
Tolong agar mereka diberi hidayah, tolong agar mereka yang memusuhi diberi
hidayah dan jika mereka memerangi, tolong diberi pertolongan agar kita menang.
Demikian indahnya doa yang diajarkan oleh Allah SWT kepadaku dan kalian dan
seluruh umat ini.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar