Ibnu Khafif mengatakan bahwa duka cita dapat memperkecil keinginan hawa nafsu dari bergolaknya suka cita.
Maka, boleh jadi rasa berduka merupakan kesempatan yang
diberikan Tuhan untuk menyadarkan kesadaran batin kita.
Alangkah hebatnya jika
kita mampu menggunakannya sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Begitu juga dengan puasa yang sedang kita jalankan,
sesungguhnya rasa lapar dan haus, kelelahan, kepanasan, dan kelemahan badan
adalah sarana untuk mengekang hawa nafsu sekaligus media untuk mendekat kepada
Allah.
Seperti yang diucapkan oleh Abu Usman, segala bentuk duka
cita adalah keistimewaan dan keutamaan bagi orang yang Mukmin, selagi bukan
untuk kemaksiatan. Apabila ia tidak memberikan keistimewaan, maka ia pasti
memberikan kebersihan jiwa.
Menurut Fudlail bin 'Iyadl, ulama salaf selalu berkata,
"Segala sesuatu adalah zakat, sedangkan zakat adalah duka cintanya
akal."
Suatu saat Abu Usman Al-Hiri ditanya tentang duka cita, dia
mengatakan, "Orang yang berduka tidak akan lepas dari permohonan. Maka,
carilah kedukaanmu, lalu bermohonlah kepada Allah!"
Mari jadikan kesedihan dan duka cita kita sebagai jalan
untuk penyucian batin dan media untuk memohon kepada Allah, saat getar
kesedihan itu muncul di hati alihkan kepada Allah, kembalikan kepada-Nya,
jadikan ia sebagai medan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Disarikan oleh Ust. Halim Ambiya dari Risalah Qusyairiyah, karya Imam Qusyairi
Posting Komentar