Saat itu malam telah menapaki separoh
perjalanannya. Pada malam itu sendiri Rasulullah SAW sedang berada di rumah
Aisyah binti Abu Bakar As Shiddiq. Mengira sang istri tercinta telah tidur
pulas, tiba-tiba beliau mengambil jubahnya dan mengenakan kedua sandalnya
pelan-pelan, lalu membuka pintu dan kemudian keluar pelan-pelan. Melihat hal
itu, sang istri tercinta, yang ternyata belum tidur, dengan diam-diam bangun
karena merasa cemburu, jangan-jangan beliau akan pergi ke rumah istri beliau
yang lain, keluar rumah, dan mengikuti jejak langkah beliau yang sedang
menapakkan kaki menuju Makam Baqi‘.
Setibanya di makam
tersebut, Rasulullah SAW berdiri lama. Lalu, beliau berdoa dengan mengangkatkedua tangannya tiga kali. Ketika beliau membalikkan tubuh dan mulai menapakkan
kaki menuju ke arah rumah, Aisyah pun kembali dan mendahului beliau. Dan,
begitu beliau kembali ke rumah, Aisyah pun “menginterogasi” beliau, mengapa
larut malam begitu pergi ke Makam Baqi‘.
“Aisyah!” jawab
Rasulullah SAW “Sesungguhnya Jibrîl a.s. datang kepadaku ketika engkau
melihatku tadi. Dia lalu memanggilku dengan suara pelan, agar tidak engkau
ketahui. Maka, aku menjawab dengan suara pelan agar tidak engkau ketahui. Dia
tidak mau masuk ke dalam rumah, karena engkau melepas pakaianmu. Ku kira engkau
telah tidur pulas, sehingga aku tidak ingin membangunkanmu dan aku khawatir
engkau terkejut. Jibrîl mengatakan kepadaku bahwa Allah SWT menyuruhku untuk
mendatangi penghuni Makam Baqi‘ dan memohonkan ampunan bagi mereka.”
“Bagaimana semestinya
yang harus kuucapkan kepada mereka, wahai Rasul?” tanya Aisyah binti Abu Bakar
As Shiddiq.
“Ucapkanlah, ‘Semoga keselamatan tetap dilimpahkan kepada penghuni
makam, kaum mukmin dan muslim. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada
orang-orang yang telah mendahului kami dan orang-orang yang selepas kami. Dan
jika Allah menghendaki, maka sungguh kami akan menyusul kalian.’” jawab
Rasulullah SAW
Rasulullah SAW,
terutama tahun terakhir menjelang beliau berpulang pada 11 H / 632 M, memang
kerap berziarah makam yang terletak di sebelah tenggara Masjid Nabawi: Makam Baqi‘
Al-Gharqad. Nama Baqi‘ diambil dari nama akar tetumbuhan yang tumbuh di makam
itu. Sedangkan Al-Gharqad adalah sejenis pohon berduri yang juga banyak
terdapat di makam itu. Selain acap mengunjungi makam itu, beliau juga pernah
menyatakan, barang siapa berpulang di Madinah dan dikebumikan di makan itu,
beliau akan memberi syafaat kepadanya.
Menurut catatan sejarah, orang yang pertama
dimakamkan di sini adalah ‘Utsman bin Mazh‘un, seorang sahabat dari kalangan
Muhajirun yang terkenal saleh dan hidup sederhana, yang meninggal dunia pada 5
H/626 M. Sedangkan Ibrahim, putra pasangan suami-istri Rasul SAW dan Mariyah
Al-Qibthiyyah yang berasal dari Mesir, adalah orang kedua yang dimakamkan di
sini. Di makam ini pula terdapat makam para istri Rasul SAW: Aisyah binti Abu Bakar As Shiddiq, Saudah binti Zam‘ah, Hafshah binti Umar, Zainab binti Khuzaimah, Ummu Salamah binti Abu Umayyah, Juwairiyah binti Al-Harits, Ummu Habibah
binti Abu Sufyan, dan Shafiyyah binti Huyai. Sedangkan keluarga beliau yang
dikebumikan di sini, selain putra-putri beliau, antara lain Abbas bin Abdul
Muththalib, Hasan bin Ali, dan Ali Zain Al Abidin. Sementara di antara para
sahabat yang dimakamkan di sini ialah Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas‘ud, Abdurrahman bin Auf, dan Saad bin Abu Waqqash. Di antara Imam empat
mazhab, hanya Malik bin Anas yang dimakamkan di sini.
Sejak masa
pemerintahan Dinasti Umawiyyah dengan pusat pemerintahan di Damaskus, Suriah,
makam ini telah mengalami beberapa kali perbaikan dan perluasan. Namun,
kemudian seluruh bangunan yang berada di atas makam ini dirubuhkan dan
dibersihkan oleh Keluarga Sa‘ud yang mendirikan Kerajaan Arab Saudi. Selama di
bawah pemerintahan keluarga tersebut, hingga dewasa ini, Makam Baqi‘ Al-Gharqad
telah mengalami perluasan dua kali. Perluasan yang pertama dilakukan di masa
pemerintahan Raja Faisal bin ‘Abdul ‘Aziz. Sedangkan perluasan kedua dilakukan
di masa pemerintahan Raja Fahd bin Abdul Aziz. Sehingga, kini, makam yang kini
dikitari dinding setinggi empat meter itu memiliki luas 174.962 meter persegi.
Jamaah perempuan
tidak diperkenankan untuk memasuki area pemakaman Baqi, dan biasanya para
jammah ini dapat melihat tanah pemakaman melalui jeruji pagar pemakaman.
Dari berbagai sumber (ditulis oleh anggota Majelis Dzikir Pekojan)
Posting Komentar