Sebagian kita mulai menyalahkan musim hujan yang kembali menyapa kita. Padahal, jika tidak ada hujan, kekeringan juga akan datang dengan dampak yang jauh lebih buruk. Artinya, hujan atau tidak, bergantung pada cara manusia memperlakukan alam ini.
Manusialah yang menjadikan hujan bak monster ganas. Hutan yang dulu rindang
kini gundul dan tak terurus. Sungai yang dulu megalir dengan jernih, kini keruh
dan tersumbat. Bahkan, beberapa sungai justru menjadi tempat sampah dan
menimbulkan bau tak sedap.
Alam tak bersahabat lagi dengan kita. Maka, air hujan yang dulu memberikan
banyak manfaat, kini justru menimbulkan banyak mudharat. Sejatinya air hujan
adalah berkah yang dengan kehadirannya untuk keseimbangan alam. Bahkan, hujan
juga merupakan stimulus dari Allah agar manusia berpikir dengan jernih dan
beriman kepada Allah semata.
"Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (QS
al-Baqarah [2]: 22).
Dan hujan itu dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. (Lihat QS
[32]: 27). Prinsipnya hujan itu adalah berkah dari Allah demi kesejahteraan
manusia dan keseimbangan alam semesta. Tanpa hujan, bumi akan diliputi oleh
kekeringan yang berujung pada kegersangan, kelaparan, dan berakhir pada
kematian.
Faktanya hari ini hujan tidak demikian. Di beberapa tempat, musim hujan justru
menjadi aba-aba kewaspadaan yang sangat dikhawatirkan. Sebab, tidak lama lagi
banjir akan menemui mereka. Dalam situasi demikian, siapakah yang salah?
Tentu bukan Tuhan yang keliru, tapi manusialah yang bersalah. Allah telah
menurunkan penjelasannya dalam Alquran. Pertanyaannya, sejauh mana kita
mentadabburinya, sehingga mengerti dengan sebenarnya bahwa hujan itu adalah
berkah. Dan, karena itu kita mampu membuat satu kebijakan yang bisa mengundang
berkah.
Tatkala Allah menurunkan ayat tersebut di atas, target yang dikehendaki
oleh-Nya ialah manusia bisa memelihara keseimbangan alam. Berpikir bagaimana
kehadiran hujan mampu memberikan manfaat besar seperti yang difirmankan-Nya.
Bermanfaat bagi pertanian, peternakan, kehidupan, dan keindahan alam. Jadi,
bukan Tuhan yang salah ataupun alam yang tidak mau bersahabat. Tetapi,
manusialah yang salah mengelola lingkungan.
Banjir itu terjadi karena manusia lalai dalam mengantisipasinya. Ketika sebuah
kota dibangun dengan tanpa perencanaan yang baik, pasti banjir akan menjadi
sahabat mereka. Ketika alam tidak dipelihara dengan serius maka bencanalah
sahabat karib mereka. Sekali lagi jangan salahkan Tuhan tapi salah manusia
sendiri. Wallahu a'lam.
DR. Abdul Mannan
Posting Komentar