Teman-teman tentu tak asing dengan cerita tentang
kaumnya Nabi Musa saat terjadi pembunuhan dan tak diketahui siapa
pembunuhnya, lantas Alloh memerintahakan untuk mencari sapi yang istimewa untuk
menghidupkan korban pembunuhan.cerita tersebut terangkum dalam Al Qur`an Surat
Baqoroh (66-73) berikut cuplikan cerita tersebut:
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya Allah
menyuruh kalian untuk menyembelih seekor sapi betina (lalu pukulkanlah bagian
dari sapi itu ke tubuh jenazah yang tidak diketahui pembunuhnya itu sehingga ia
bangun dari kematiannya dan memberitahukan siapa pembunuhnya yang sebenarnya)”.
Mereka berkata, “Apakah engkau memperolokkan kami?” Ia menjawab, “Aku
berlindung kepada Allah agar tidak termasuk golongan orang-orang yang bodoh”
“Mereka berkata, “Mohonlah kepada Tuhanmu agar Ia menerangkan kepada kami sapi
betina apakah itu!” Musa menjawab, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa ia
adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan di antara itu.
Maka kerjakanlah apa yang telah diperintahkan kepada kalian.”
Mereka berkata, “Mohonlah kepada Tuhanmu agar Ia menerangkan kepada kami apa
warnanya”. Musa menjawab, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa (warna) sapi betina
itu adalah kuning tua (yang merata) nan menyenangkan orang-orang yang
memandangnya.”
Mereka berkata, “Mohonlah kepada Tuhanmu agar Ia menerangkan kepada kami
bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar
bagi kami dan jika Allah menghendaki (dengan keterangan yang telah kau berikan)
kami akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu).”
…Musa berkata, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa ia adalah sapi betina yang
belum pernah digunakan untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi
tanaman, tidak bercacat (dan) tidak ada belangnya.” Mereka berkata, “Sekarang
barulah engkau menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”…
Setelah mendengar ciri-ciri sapi tersebut, Bani
Israel mencari sapi yang memiliki ciri-ciri ini, usaha apapun yang mereka
lakukan tetap tidak membuahkan hasil hingga pada akhirnya mereka mendapatkannya
di rumah seorang pemuda.
Imam Al-Baghawi menceritakan didalam kitab Tafsirnya, di kalangan Bani Israil
ada seorang lelaki yang saleh, Ia punya seroang anak kecil dan seekor anak
lembu. Menjelang hari kematiannya, lelaki itu melepaskan anak lembu tersebut di
suatu hutan seraya berdoa. “Wahai Tuhanku, aku menitipkan anak lembu ini untuk
anakku sampai ia besar”
Doa lelaki ini dikabulkan oleh Allah SWT. Setelah ia meninggal dunia, anak
lembu itu tidak pernah keluar hutan dan selalu menyembunyikan diri agar tidak
terlihat orang lain. Setelah anak itu dewasa, ia membaktikan diri pada ibunya.
Ia berkerja mencari kayu bayar untuk kemudian dijual di pasar. Hasil
jerih-payahnya itu dibagi tiga, satu bagian untuk sedekah, satu bagian untuk
makan, dan yang terakhir untuk ibunya. Ia pun membagi waktu malamnya menjadi
tiga, sepertiga malan untuk beribadah, sepertiga lagi untuk tidur, dan
sepertiga lagi untuk menunggui ibunya.
Suatu hari ibunya mengatakan, “Sesungguhnya ayahmu meninggalkan anak lembu
untukmu yang dilepaskan di suatu hutan. Carilah lembu itu sambil berdoa kepada
Tuhannya Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, dan Nabi Ya’qub supaya Dia
mengembalikan anak lembu itu kepadamu.
Pergilah anak muda itu ke hutan, dan menemukan lembu yang dimaksud. Lalu ia
berkata, “Demi TUhan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, dan Nabi Ya’qub,
tenanglah engkau di situ.”
Lembu yang menghampiri anak muda itu dan berkata, “Hai anak muda yang bakti
pada ibunya,” tegur lembu tersebut. “Naikilah aku supaya ringan bagimu.” Anak
berkata, “Sesungguhnya ibuku tidak memerintahkan aku menaikimu, tetapi
membawamu pulang.”
“Demi tuhannya Bani Israil,” sumpah lembu tersebut, “Jika engkau menaikiku
(berarti tidak mematuhi perintah ibunya), sesungguhnya engkau tidak akan dapat
menguasaiku selamanya. Maka berjalanlah engkau, karena sesungguhnya andaikan
engkau memerintahkan sebuah gunung berjalan sendiri untuk engkau naiki, niscaya
gunung itu akan menurut semata-mata baktimu kepada ibumu.”
Sesampai di rumah, ibunya berkata, “Anakku engkau adalah orang fakir. Tidak
punya harta, berpaya-payah mencari kayu bakar. Untuk itu juallah lembu ini.”
Ibunya menyuruh anak itu menjual lembu itu ke pasar dengan harga tiga dinar.
Maka pergilah anak itu ke pasar. Lalu Allah mengutus seorang malaikat untuk
memperlihatkan kekuasan-Nya dan memberitahukan bakti anak muda itu terhadap
ibunya kepada makhluknya.
“Berapa dinar engkau jual lembu ini”, tanya malaikat itu.
“Tiga dinar, dan aku mengadakan perjanjian kepadamu dengan keridhaan ibuku,
“Jawab anak muda itu.
“ambillah enam dinar ini, dan usahlah engkau meminta persetujuan ibumu”, bujuk
malaikat itu.
“Bahkan andai engkau memberiku emas seberat lembu ini, takkan kuterima kecuali
dengan keridhaan/Ijin ibuku”.
Anak muda itu pulang kerumah, dan menyampaikan bahwa lembu mereka ditawar enam
dinar.
“Kembalilah engkau ke pasar, dan juallah lembu itu dengan enam dinar atas
keridhaanku,” perintah ibunya.
Anak muda itu pun kembali ke pasar.
“Sudahkah engkau minta persetujuan ibumu?” Tanya malaikat yang tadi.
“Ibuku memerintahkan aku agar menjual lembu ini tidak kurang dari enam dinar”,
kata si pemuda.
“Aku akan memberimu 12 dinar, tak usahlah kamu meminta persetujuan ibumu,”
bujuk malaikat itu lagi.
Pemuda itu kembali lagi kepada ibunya dan memberitahukan mengenai tawaran ini.
Sang ibu berkata, “Sesungguhnya orang yang datang kepadamu itu adalah malaikat.
Ia menjelma dalam bentuk manusia untuk mengujimu. Untuk itu jika ia kembali
kepadamu, tanyakanlah: apakah engkau mengizinkan aku menjual lembu ini atau
tidak?”
Pemuda itu melaksanakan segala perintah ibunya. Akhirnya malaikat tersebut
mengatakan, “Pulanglah engkau dan katakanlah pada ibumu agar merawat lembu ini
baik-baik. Kelak Musa bin ‘Imran akan membeli lembu darimu, karena ada
seseorang yang mati terbunuh dari kaum Bani Israil. Untuk itu jangan engkau
jual, kecuali dengan uang dinar seberat lembumu itu.”
Pemuda itu pulang dan merawat lembunya baik-baik. Tak lama kemudian Allah SWT
mentakdirkan Bani Israil supaya menyembelih seekor lembu*. Lalu mereka
berkali-kali meminta supaya Nabi Musa AS menerangkan sifat-sifat lembu yang
akan disembelihnya. Sehingga akhirnya lembu anak muda itulah yang memenuhi
syarat. Dan itu semua terjadi semata-mata karena amal bakti anak muda itu
kepada ibunya.
*Lembu yang dimaksudkan sebagai perantara untuk mencari siapa pelaku pembunuhan
di kalangan kaum Bani Israil. Kisah ini diterangkan dalam Al Quran surah
Al-Baqarah ayat 67-73.
(1) القصة من الإسرائيليات، كما يظهر، ولا يقبل في تفسير كتاب الله إلا ما جاء
برواية ثابتة. وقال ابن كثير رحمه الله بعد أن قص قصة البقرة: وهذه السياقات عن
عبيدة وأبي العالية والسدي وغيرهم فيها اختلاف والظاهر أنها مأخوذة من كتب بني
إسرائيل، وهي مما يجوز نقلها، ولكن لا تصدق ولا تكذب. فلهذا لا يعتمد عليها إلا ما
وافق الحق عندنا، والله أعلم". تفسير ابن كثير 1 / 197 وانظر: الإسرائيليات
في التفسير والحديث للدكتور محمد حسين الذهبي.
Sumber: Tafsir Baghowy Juz 1 Hal 108 yang dikutip oleh PISS KTB
Posting Komentar