Ishlahun
Nafs (memperbaiki diri)
Setelah melakukan muhasabah, dan diketahui berapa kadar kebaikan dan keburukan kita. Maka lakukanlah kemudian Ishlahun Nafs (perbaikan diri), menata kembali diri kita yang sebelumnya banyak kekurangan dan pelanggaran.
Setelah melakukan muhasabah, dan diketahui berapa kadar kebaikan dan keburukan kita. Maka lakukanlah kemudian Ishlahun Nafs (perbaikan diri), menata kembali diri kita yang sebelumnya banyak kekurangan dan pelanggaran.
Setiap mukmin yang sadar kekurangan dirinya, akan segera memperbaikinya tanpa
menunda besok atau lusa. Sebab dia tidak tahu kapan akan mati. Sehingga menunda
hal ini adalah suatu yang sangat tercela. Dia khawatir ajal menjemput, sedang
dia belum sempat membenahi dirinya dengan ibadah dan ketaatan yang memadai.
Kita semua mengtahui bahwa zaman berlangsung dan bergulir penuh dengan rahasia
dan teka teki yang tidak diketahui. Apa yang akan terjadi pada tahun tersebut,
hanya Allah yang mengetahui. Maka kita harus berhati-hati dan selalu waspada
terhadap zaman yang terus melewati kita yang tidak akan pernah kembali.
Apa yang telah kita lakukan pada masa itu, kelak di Akhirat akan diperlihatkan oleh Allah. Apa yang kita sembunyikan, kelak akan ditampakkan. Maka sebelum tiba hari yang menakutkan itu, perbaikilah diri kita, benahi kembali hati kita, hilangkan benih-benih permusuhan, iri dengki, adu domba dan lainnya. Kembalikan diri kita pada fitrahnya yang bersih.
Apa yang telah kita lakukan pada masa itu, kelak di Akhirat akan diperlihatkan oleh Allah. Apa yang kita sembunyikan, kelak akan ditampakkan. Maka sebelum tiba hari yang menakutkan itu, perbaikilah diri kita, benahi kembali hati kita, hilangkan benih-benih permusuhan, iri dengki, adu domba dan lainnya. Kembalikan diri kita pada fitrahnya yang bersih.
Lalu bagaimana cara melakukan ishlahun nafs itu?, yang pertama hendaknya kita
I’tiraf (mengakui) atas kekurangan kita selama ini sehingga kita tidak akan
bersikap sombong atau angkuh. Kemudian setelah itu beristighfarlah, meminta
ampun kepada Allah, lalu giatlah dalam beribadah dan bermunajat kepadaNya.
Dengan Ishlahun Nafs ini, kedudukan kita akan bertambah dekat dengan Allah,
bertambah mulia di hadapanNya dan bertambah bersih hati kita. Ketahuilah bahwa
hati ini adalah tempat pandangan Rahmat Allah SWT. Hati yang dipenuhi
ketawadhuan dan kekhusyuan yang timbul akibat perbaikan jiwa itu adalah tempat
yang dipadati oleh Asraar dan Anwaar. Allah sangat cinta kepada hamba yang
memperbaiki dirinya semacam ini. Setelah dia bersalah, mengakuinya, menyesal,
kemudian bertaubat. Dialah gambaran hamba yang dekat dengan Allah.
Allah sangat senang kepada hambanya yang bertaubat dalam rangka Ishlahun Nafs, melebihi kesenangan seorang pengelana yang kehilangan kendaraan dan bekalnya. Sehingga ketika dia telah bersusah payah dan berputus asa dari pencariannya, dia tertidur dibawah sebuah pohon di terik matahari. Dan manakala terbangun, ternyata kendaraan (tunggangan) beserta bekalnya sudah berdiri di hadapannya dengan selamat tanpa kurang sedikit pun.
Allah sangat senang kepada hambanya yang bertaubat dalam rangka Ishlahun Nafs, melebihi kesenangan seorang pengelana yang kehilangan kendaraan dan bekalnya. Sehingga ketika dia telah bersusah payah dan berputus asa dari pencariannya, dia tertidur dibawah sebuah pohon di terik matahari. Dan manakala terbangun, ternyata kendaraan (tunggangan) beserta bekalnya sudah berdiri di hadapannya dengan selamat tanpa kurang sedikit pun.
Allah berfirman (yang artinya), “ Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertaubat dan mencintai hamba yang
membersihkan dirinya “ (QS. Al Baqarah ayat 222)
Syukur atas Usia yang diberikan Allah
Umur adalah nikmat yang diberikan Allah pada kita, dan jarang kita syukuri. Betapa banyak orang yang kita kenal, baik teman, sahabat , keluarga, guru, atau siapa pun yang kita kenal, tahun lalu masih hidup bersama kita. Bergurau, berkomunikasi, mengajar, menasehati atau melakukan aktifitas hidup sehari-hari, namun tahun ini dia telah tiada.
Dia telah wafat, menghadap Allah SWT dengan membawa amal shalehnya dan mempertanggungjawabkan kesalahannya. Sementara kita saat ini masih diberi Allah kesempatan untuk bertaubat, memperbaiki kesalahan yang kita perbuat, menambah amal shaleh sebagai bekal menghadap Allah.
Umur yang kita hitung pada diri kita seringkali kita tetapkan berdasarkan hitungan kalender Masehi. Dan hitungan atau jumlah usia kita tentu akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan hitungan yang mengacu pada kalender hijriyah. Sementara, lepas dari masalah ajal yang akan datang menjemput sewakatu-waktu, terkadang kita menganggap usia kita yang dibanding Rasulullah SAW. yang wafat pada usia 63 tahun, kita merasa masih jauh dari angka itu.
Padahal bisa jadi hitungan umur kita telah lebih banyak dari yang kita tetapkan. Karena itu sangat tidak layak apabila seseorang yang masih diberi kesehatan, kelapangan rizki dan kesempatan untuk beramal lalai bersyukur pada Allah dengan mengabaikan perintah-perintahNya serta sering melanggar larangan-laranganNya.
Syukur atas Usia yang diberikan Allah
Umur adalah nikmat yang diberikan Allah pada kita, dan jarang kita syukuri. Betapa banyak orang yang kita kenal, baik teman, sahabat , keluarga, guru, atau siapa pun yang kita kenal, tahun lalu masih hidup bersama kita. Bergurau, berkomunikasi, mengajar, menasehati atau melakukan aktifitas hidup sehari-hari, namun tahun ini dia telah tiada.
Dia telah wafat, menghadap Allah SWT dengan membawa amal shalehnya dan mempertanggungjawabkan kesalahannya. Sementara kita saat ini masih diberi Allah kesempatan untuk bertaubat, memperbaiki kesalahan yang kita perbuat, menambah amal shaleh sebagai bekal menghadap Allah.
Umur yang kita hitung pada diri kita seringkali kita tetapkan berdasarkan hitungan kalender Masehi. Dan hitungan atau jumlah usia kita tentu akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan hitungan yang mengacu pada kalender hijriyah. Sementara, lepas dari masalah ajal yang akan datang menjemput sewakatu-waktu, terkadang kita menganggap usia kita yang dibanding Rasulullah SAW. yang wafat pada usia 63 tahun, kita merasa masih jauh dari angka itu.
Padahal bisa jadi hitungan umur kita telah lebih banyak dari yang kita tetapkan. Karena itu sangat tidak layak apabila seseorang yang masih diberi kesehatan, kelapangan rizki dan kesempatan untuk beramal lalai bersyukur pada Allah dengan mengabaikan perintah-perintahNya serta sering melanggar larangan-laranganNya.
Al Habib Sholeh bin Ahmad bin Salim Al
Aydrus
Posting Komentar