Masalah
kehidupan yang komplek acap kali membuat manusia menjadi kehilangan
keseimbangan dan bertindak di luar pertimbangan sehat, apalagi tatkala
berhubungan dengan harga diri. Banyak orang mengorbankan dirinya dan
memperbanyak materi yang tujuannya hanya untuk mencapai kedamaian hidup, sebab kedamaian hidup adalah dambaan bagi setiap insan.
Dalam
upaya meraihnya, manusia menempuh dengan cara maasing-masing dan tergantung
kedamaian yang menjadi dambaannya. Sebagian orang berpandangan bahwa kedamaian
akan diperoleh manakala kebutuhan materinya tercukupi. Sementara ada pihak lain
berpendapat bahwa kedamaian adalah ketika memiliki kekayaan hati. Bagaimana
dengan pemuda sekarang?
Justru
mereka mengatakan “cinta dan kasih sayang yang diberikan oleh kekasihnya adalah
kedamaian hidup yang tiada tandingannya”. Jelasnya setiap manusia pasti akan
berusaha secara maksimal untuk menggapai hidup damai, apapun resiko dan
pengorbanannya.
Sedangkan
menurut ajaran agama Islam, kedamaian hidup akan tercapai manakala manusia
senantiasa mengingat (dzikir) kepada tuhannya dan kembali kepadaNya, hal ini
senada dengan firman Allah dalam surat Al-Fajr ayat 27-30. “Wahai jiwa yang
tenang (damai), kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas dan
diridhaiNya, maka masuklah kalian kedalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke
dalam surga-ku”.
Ayat
ini merupakan gambaran penghargaan yang diberikan tuhan kepada orang-orang yang
senantiasa mengingat-Nya dan di dalam hatinya senantiasa bertaut kepada-Nya
sehingga terbimbing ke jalan yang diridhai-Nya.
Berdzikir
merupakan langkah yang relatif ringan yang diberikan oleh Islam untuk mencapai
hidup damai, sebab dzikir atau mengingat Allah merupakan bagian penting dalam
kehidupan manusia, karena dengan berdzikir orientasi hidup atau arah yang
semestinya dituju menjadi terbentuk dan tertanam ke dalam jiwa dan agama.
Dzikir
(mengingat Allah) menurut para ulama’ adalah apa-apa yang dilakukan oleh lidah,
dan hati berupa tasbih atau upaya menyucikan Allah, memuji-Nya, menggambarkan
sifat-sifat kesempurnaanNya, dan keagungan kepada Allah SWT.
Dzikir
termasuk faktor pendukung utama dalam ketaatan kepada Allah, dzikir membuat
ketaatan terasa indah, mudah, nikmat, dan menyenangkan, orang yang berdzikir
disenangi Allah, kesedihan dan kegundahan hati bisa hilang, hati menjadi
bahagia, gembira, dan ceria, menyehatkan fisik dan psikis, wajah dan hati
terang bercahaya, mengundang datangnya rizki, dihormati, timbul rasa cinta yang
merupakan roh Islam, sumber kebahagiaan, keselamatan, menghilangkan rasa sepi,
mendatangkan rahmat dan membuat orang yang berdzikir dikelilingi malaikat, menerangi
di dunia dan di alam kubur, orang yang berdzikir akan dekat dengan orang yang
diingatnya dan akan ada bersamanya, dzikir bisa melunakkkan hati yang keras,
mendatangkan nikmat, menolak musibah, menentramkan dan mendamaikan hati,
membuat doa terkabul, tidak akan ada rasa beban kesusahan dan kesulitan dalam
ketaatan sebagaimana yang dirasakan oleh orang-orang yang tidak berdzikir.
Dari
sini jelaslah, bahwa dengan berdzikir kepada Allah, awan ketakutan, kegalauan,
kecemaasan, dan kesedihan akan sirna, bahkan dengan berdzikir kepadaNya
segunung tumpukan beban kehidupan dan permasalahan hidup akan runtuh dengan
sendirinya. Tidak mengherankan bila orang-orang yang selalu mengingat Allah
senantiasa bahagia dan tentram hidupnya, sebab semakin banyak menginngatNya,
pikiran akan semakin terbuka, hati semakin tentram, jiwa semakin bahagia dan
nurani semakin damai sentausa, karena dalam berdzikir kepadaNya terkandung
nilai-nilai ketakutan kepadaNya, keyakinan penuh kepadaNya, ketergantungan diri
hanya kepadaNya dan kepasraan diri kepadaNya sehingga orang yang berdzikir akan
selalu di lindunganNya.
Dzikir
bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, contoh kecilnya bisa dilakukan di
awal sebuah kegiatan atau tindakan. Artinya sebelum sebuah tindakan kita
lakukan terlebih dahulu dzikir kepada Allah dijadikan sebuah pembuka, misalnya
sebelum bekerja kita dianjurkan untuk membaca bismillahirrahmanirrahim, dan
setelah selesai bekerja kita dianjurkan membaca Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin.
Dengan menghayati apa yang kita baca, kita senantiasa diingatkan bahwa
pekerjaan yang kita lakukan merupakan hal yang tidak boleh main-main, Karena
menyangkut nama Allah. Dengan demikian secara bertahap kita terbimbing menuju
kedamaian yang hakiki.
Untuk
itu, kita yang hidup disebuah masa dimana asma-asma Allah banyak terlupakan,
hidup hanya beorientasi pada materi, kekayaan jiwa, kasih sayang yang diberikan
kekasihnya, dan jabatan yang dimiliki, semua itu bukan jaminan untuk mencapai
kebahagiaan dan kedamaian, hendaklah mampu mengendalikan diri, jangan sampai
terbawa arus yang akan menjauhkan diri dari mengingat Allah SWT. Maka dari itu,
perbanyak dzikrullah, baik secara personel maupun kolektif dengan maksud untuk
mempererat pertalian batin diantara sesama muslim dan untuk lebih mendekatkan
diri kepada Allah Ta’ala. Sehingga kita mendapatkan penerangan dan kedamaian
hidup. Amin..
Ust.
Abdul Halim Sa’id
Posting Komentar