Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS Al Baqarah ayat
168)
Semenjak setan terusir dari surga karena kesombongan dan
keangkuhan setan menolak perintah Allah untuk sujud (menghormati) kepada Nabi
Adam maka setan berjanji untuk menggoda dan menjerumuskan cucu Nabi Adam untuk
dijadikan pengikutnya hingga yaumil qiamah. Kitapun harus mewaspadai tipudaya
setan yang menjerumuskan, karena tipu daya setan sangatlah halus yang
mengakibatkan kebanyakan manusia tiada terasa telah terjerumus ke dalam hasutan
setan.
Adapun kecohan, tipuan serta ajakan setan terhadap manusia
agar meninggalkan ibadah kepada Allah ada tujuh macam jalan atau tujuh tahapan:
1. Setan melarang manusia agar jangan taat kepada Allah.
Orang-orang yang dipelihara Allah, akan menolak ajakan itu
dan akan berkata : “Aku sangat butuh sekali kepada pahala dari Allah, karena
itu aku harus mempunyai bekal dari dunia untuk akhirat yang kekal abadi.”
2. Setan mengajak manusia untuk menunda taat.
Nanti saja
atau kalau sudah tua, dan sebagainya. Orang-orang yang terpelihara akan
menolaknya dengan mengatakan: “Ajalku bukan pada tanganku. Jika aku mengundur
amal hari ini untuk esok, maka amal hari esok kapan aku kerjakan? Padahal
tiap-tiap hari mempunyai amal tersendiri.”
3. Sewaktu-waktu setan mendorong manusia supaya buru-buru
mengerjakan amal baik.
Dengan amat segera seraya berkata: “Ayo cepat-cepat
beramal, supaya engkau dapat memburu amal lainnya.”Orang-orang yang selamat
tentu menolak dan berkata: “Amal yang sedikit tapi sempurna lebih baik daripada
amal banyak tapi tidak sempurna.”
4. Setan itu lalu menyuruh manusia supaya mengerjakan amal
baik dengan sempurna sebab kalau tidak sempurna nanti dicela oleh orang
lain.
Orang-orang yang terpelihara tentu menolaknya dan akan berkata: “Untuk
saya, cukup dinilai oleh Allah saja dan tidak ada faedahnya beramal karena
manusia.”
5. Setelah itu setan menancapkan perasaan dalam hati orang
yang beramal dengan mengatakan : “Betapa tingginya derajatmu dapat beramal
shalih dan betapa pula cerdikmu dan kesempurnaanmu.”
Orang-orang yang baik akan
menjawab: “Semua keagungan dan kesempurnaan itu kepunyaan Allah, bukan kekuatan
atau kekuasaanku. Allah-lah yang memberi taufiq kepadaku untuk dapat
mengerjakan amal yang Ia ridhai dan memberikan ganjaran yang besar dengan
karunia-Nya. Jika sekiranya tanpa karunia Allah , maka apalah harganya amalku
ini dibandingkan dengan banyaknya nikmat Allah kepadaku. Di samping dosaku yang
banyak pula.”
6. Setelah jalan kelima gagal, maka setan mengajukan jalan
keenam. Jalan ini lebih hebat dari yang telah disebut tadi, dan tidak akan bisa
awas terhadapnya kecuali orang yang cerdik dan hidup pikirannya. Setan itu
berkata mendesuskan di hati manusia: “Bersungguh-sungguhlah engkau beramal
dengan sirr, jangan diketahui oleh manusia sebab Allah jualah yang akan
mendzahirkan amalmu nanti terhadap manusia dan akan mengatakan bahwa engkau
seorang hamba yang ikhlas.”
Setan mencampur-baurkan terhadap setiap orang yang
beramal dengan amal tipuannya yang halus sekali. Dengan ucapannya itu setan
bermaksud untuk memasukkan sebagian dari penyakit riya.
Orang-orang yang terpelihara oleh Allah menolak ajakan setan
itu dengan mengatakan: “Hai Mal’un (yang dilaknat) tiada henti-hentinya engkau
menggodaku untuk merusak amalku dengan rupa-rupa jalan. Dan sekarang engkau
berpura-pura seolah-olah akan memperbaiki amalku, padahal maksudmu untuk
merusaknya. Aku ini hamba Allah, dan Allah yang telah menjadikan aku.
Kalau
Allah berkehendak mendzahirkan amalku atau menyembunyikannya, kemudian
menjadikan aku mulia atau hina, ini adalah urusan Allah. Aku tidak gelisah apakah
amalku itu diperlihatkan oleh Allah kepada manusia atau tidak, karena itu bukan
urusan manusia.”
7. Setelah setan gagal menggoda dengan jalan keenam, maka ia
menggoda lagi dengan jalan ketujuh dengan mengatakan: “Hai manusia, tidak perlu
engkau menyusahkan dirimu untuk beramal ibadah, karena engkau jika telah
ditetapkan oleh Allah pada jaman azali dan dijadikan makhluk yang bahagia, maka
tidak akan menjadikan madharat apa-apa bagi engkau untuk meninggalkan amal.
Engkau akan tetap menjadi orang yang bahagia. Sebaliknya jika engkau
dikehendaki Allah menjadi orang yang celaka, maka tidak ada gunanya lagi engkau
beramal dan tetaplah engkau celaka.”
Orang-orang yang terpelihara oleh Allah akan menolak godaan
ini dengan mengatakan: “Aku ini seorang hamba dan berkewajiban menurut perintah
Tuhanku. Tuhan Maha Mengetahui. Menetapkan sekehendak-Nya. Dan berbuat apa saja
yang dikehendaki-Nya. Amalku tetap akan bermanfaat, walau bagaimanapun
keadaanku.
Jika aku dijadikan seorang yang berbahagia, aku tetap perlu beribadah
untuk menambah pahala. Dan jika aku dijadikan seorang yang celaka, aku tetap
harus beramal ibadah, supaya tidak menjadi penyesalan bagi diriku meninggalkan
amal itu. Jika sekiranya aku dimasukkan ke neraka padahal aku taat, maka aku
lebih senang daripada jika aku dimasukkan neraka karena aku maksiat. Tetapi
tidak akan demikian keadaannya karena janji Allah pasti terjadi dan firman-Nya
pasti benar.
Allah telah menjanjikan kepada siapa yang beramal taat kepada-Nya
akan diberi ganjaran. Siapa-siapa yang meninggal dunia dalam keadaan beriman dan
taat kepada Allah tidak akan dimasukkan ke neraka dan pasti akan dimasukkan ke
surga. Jadi masuknya seseorang ke surga bukanlah karena kekuatan amalnya,
tetapi karena janji Allah semata yang pasti dan suci.”
Disarikan dari Kitab Minhajul Abidin Imam Al Ghazali.
Posting Komentar