Perasaan iri hati karena orang
lain memperoleh nikmat kadangkala dapat menimbulkan khayalan yang bukan-bukan
sampai membuat-buat kedustaan. Islam membenci perbuatan demikian dan
memperingatkan jangan sampai terjerumus kedalamnya.
Mencegah adanya ketegangan dan
permusuhan, menurut Islam merupakan ibadah yang besar, sebagaimana sabda Nabi SAW
yang artinya: "Maukah aku beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama
dari puasa, shalat dan shadaqoh?, Jawab sahabat: "Tentu mau". Sabda
Nabi SAW: "yaitu mendamaikan di antara kamu, karena rusaknya perdamaian di
antara kamu adalah menjadi pencukur yakni perusak agama". (HR. Abu Daud
dan Turmudzi).
Syaitan kadangkala tidak mampu
menggoda orang-orang pandai untuk menyembah berhala, tetapi syaitan sering juga
mampu menggoda dan menyesatkan manusia, melalui celah-celah pergaulan dengan
cara merusak perdamaian diantara mereka itu sendiri, sehingga dengan hawa
nafsunya yang tidak terkendalikan, mereka tersesat dan tidak mengetahui hak-hak
Tuhannya, bagaikan menyembah berhala. Di sinilah syaitan mulai menyalakan api
permusuhan di hati manusia dan jika api permusuhan itu telah menyala, ia senang
melihat api itu membakar manusia dari zaman ke zaman, sehingga turut
terbakarnya hubungan dan segi-segi keutamaan manusia.
Kita harus mengetahui bahwa
manusia itu berbeda-beda tabiat dan wataknya, berbeda-beda kecerdasan akal dan
daya tangkapnya. Karena itu dalam pergaulan dan pertemuan di lapangan
kehidupan, kadangkala mereka membuat kesempatan yang mengakibatkan perselisihan
dan permusuhan. Maka Islam telah memberikan cara penanggulangan mensyari'atkan
penepatan akhlak yang baik, yang membuat hati mereka luluh dan sarat berpegang
kepada kasih sayang.
Islam melarang memutuskan
hubungan dan berbantah-bantahan. Memang kita sering merasakan seolah-olah
kejelekan itu dilemparkan kepada kita, sehingga kita sering tidak mampu
mengendalikan perasaan dan kejengkelan kita, yang apabila fikiran kita sempit,
maka timbullah niat untuk memutuskan hubungan dengan si pemeluknya. Tetapi
Allah tidak rela perbuatan yang demikian.
Memutuskan hubungan sesama muslim
dilarang, sebagaimana sabda nabi SAW yang artinya: "Janganlah kamu putus
hubungan, belakang membelakangi, benci membenci, hasut menghasut. Hendaknya
kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara satu sama yang lain (yang muslim) dan
tidaklah halal bagi (setiap) muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga
hari". (HR. Bukhori dan Muslim).
Dalam hadits tersebut dinyatakan
batas tiga hari, karena pada waktu tiga hari kemarahan sudah bisa reda, setelah
itu wajib bagi seorang muslim, untuk menyambung kembali hubungan tali
persaudaraannya dengan saudara-saudaranya sesama muslim, dan membiasakan
perilaku yang utama ini. Karena putusnya tali persaudaraan ini tak ubahnya
seperti awan hitam atau mendung apabila telah di hembus angin, maka hilanglah
mendungnya dan cuacapun menjadi bersih dan terang kembali.
Ringkasnya, hendaknya orang-orang
yang mempunyai penyakit hati, seperti rasa dendam, iri hati, dan dengki selalu
ingat bahwa kekuasaan Allah mengatasi segala kekuasaan. Dan hendaklah ia ingat,
bahwa harta benda dan kedudukan yang bersifat duniawi itu selamanya tidak
kekal. Paling jauh dan lama, sepanjang hidupnya saja, bahkan mungkin sebelum
itu.
Di dalam Al-Quran Allah berfirman, "Dan janganlah kamu iri
hati terhadap apa yang di karuniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak
dari sebagian yang lain. (karena) bagi seorang laki-laki ada bagian daripada
apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang
mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah yang maha mengetahui segala sesuatu." (An-Nisa: 32).
Ust. Abbas Shofwan
Posting Komentar