foto oleh Tribun Jateng |
Seperti yang kami peroleh dari
Website Kementerian Agama Republik Indonesia, Direktur Pendidikan Diniyah dan
Pondok Pesantren (PD Pontren) Kementerian Agama (Kemenag) RI, Dr Ahmad Zayadi
MPd menyerahkan secara resmi Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pendidikan
Islam (Dirjen Pendis) Nomor 972 Tahun 2018 Tentang Izin Pendirian Ma'had Aly
Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus.
Penyerahan SK Izin Pendirian Ma'had
Aly TBS itu dihadiri oleh para kiai dan ratusan santri dari berbagai Pondok
Pesantren di Kabupaten Kudus pada hari Sabtu 7 April 2018. Para kiai yang hadir
pada kesempatan itu, di antaranya KH Choirozyad TA., KH M Ulil Albab Arwani, KH
Hasan Fauzi, dan KH M Arifin Fanani.
Prof. Dr. Abdul Djamil MA. (mantan
Dirjen Bimas Kemenag RI), Prof Dr Ahmad Rofiq MA (direktur Pascasarjana UIN
Walisongo), dan Dr Ahmad Izzuddin MAg. (ketua Asosiasi Dosen Falak Indonesia)
juga menghadiri acara yang dirangkai dengan Halaqah Falakiyah Nusantara
tersebut. Selain tokoh-tokoh tersebut, acara ini juga dihadiri oleh drs Ahyani
MSi (Kebid PD Pontren Kemenag Jateng mewakili kepala Kemenag Jateng Drs. H.
Farhani SH. MM.), Drs. Noor Badi MM (kepala Kemenag Kabupaten Kudus), dan H
Istajib (mantan anggota DPRD Jateng).
Setelah menyerahkan SK, Dr Ahmad
Zayadi menyampaikan bahwa Ma’had Aly adalah layanan pendidikan tinggi keagamaan
berbasis pesantren, sebagai respons atas berbagai perkembangan yang ada.
‘’Ma’had Aly TBS dengan Program
Studi (Prodi) Ilmu Falak, ini adalah Ma’had Aly ke-27 di Indonesia,’’ ujarnya
di hadapan para kiai dan santri dari berbagai Pondok Pesantren (Ponpes) di
Kabupaten Kudus itu seperti yang kami kutip dari Harian Bernas.id
Beliau menyampaikan jika Ma’had Aly
hanya boleh membuka satu Prodi atau takhashush. ‘’Posisi Ma’had Aly adalah
menjadi pusat kajian. Karena Ma’had Aly TBS ini Prodinya adalah Ilmu Falaq,
tentu akan berbeda dengan Falaq yang ada di UIN/ IAIN, karena Ma’had Aly
basisnya adalah kitab salaf,’’ tuturnya.
Prof Abdul Djamil menyampaikan,
bahwa Prodi Ilmu Falak sangat tepat untuk Ma’had Aly TBS, melihat silsilah dan
regenerasi kajian falak di Madrasah TBS. Salah satu ahli falak TBS yang masyhur
adalah Mbah Tur (KH. Turaichan Adjhuri-Red).
‘’Siapa yang tidak kenal Mbah Tur?
Setiap warga Nahdlatul Ulama (NU), pasti kenal Mbah Tur dengan Almanak
Menaranya yang terkenal. Kalender Menara Kudus itu fenomenal karena jasa ilmu
falak,’’ paparnya.
‘’Keberadaan Ma’had Aly TBS akan diakui
masyarakat jika rajin menjalin kemitraan dan kerja sama. Selain itu, Ma’had Aly
TBS mesti melakukan kajian-kajian kontemporer seiring dengan perkembangan
teknologi yang ada,’’ tuturnya.
Sedang Dr. Ahmad Izzudin menilai
tepat sekali pembukaan Prodi Ilmu Falak bagi Ma’had Aly TBS pada masa-masa
sekarang ini.
‘’Saatnya almanak Menara Kudus
bangkit, apalagi ada Pak Sirril Wafa (pakar falak UIN Syarif Hidayatullah yang
tak lain putra Mbah Tur dan alumni Madrasah TBS). Dan kajian falak di Ma’had
Aly TBS, nantinya harus berbasis observasi,’’ ujarnya memotivasi.
Posting Komentar