Maka jadilah dia Fir’aun raja yang sewenang-wenang. Yang Allah berikan
kekuasaan hingga membuatnya mengaku tuhan. Memperbudak orang-orang Bani Israil.
Menentang Nabiyullah Musa AS. Dan mencoba untuk “mengintip” Allah SWT melalui
menara tinggi yang ia bangun. Selama tujuh tahun lamanya ia kerahkan semua
arsitek dan para pekerja kasar untuk membangun menara yang ia inginkan. Hingga
jadilah sebuah menara yang paling tinggi di masa itu. Hal itu betul-betul
memberatkan Nabi Musa AS. Tapi Allah SWT menenangkannya, “Biarkan apa yang ia
lakukan. Aku akan menghancurkan apa yang ia kerjakan dalam sesaat.”
Begitu bangunan selesai, Allah SWT memerintahkan Jibril AS. untuk
menghancurkannya. Maka menara pun rata dengan tanah. Semua pekerja binasa
seketika. Tapi hal ini tidak menyadarkan Fir’aun. Dia bersikap lebih kejam lagi
pada Bani Israel. Budak yang biasanya dipekerjakan dengan diberi makan, kali
ini dipekerjakan tanpa makanan. Bani Israel mengadukan hal itu pada Nabi Musa
AS. “Mintalah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya akibat
baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa,” jawab Nabi Musa AS.
Mulai Banjir Hingga Batu
Tatkala Fir’aun makin keras kepala, Allah SWT kirimkan peringatan demi
peringatan. Banjir, belalang, kutu, dan katak silih berganti. Hingga akhirnya
Allah SWT kirimkan darah. Semua air yang akan dikonsumsi anak buah Fir’aun
(orang Qibti) berubah menjadi darah. Sehingga, bila ada orang Bani Israel dan
orang Qibti meminum air dari air yang sama, maka yang diminum Qibti menjadi
darah sedang yang diminum orang Israel tetap air. Selama tujuh hari lamanya
mereka diadzab seperti itu. Akhirnya mereka meminta Nabi Musa AS. untuk berdoa menghilangkan
adzab tersebut. Setelah didoakan dan adzab diangkat, tidak juga mereka beriman.
Merasa putus asa terhadap iman Fir’aun dan orang-orang Qibti, Nabi Musa dan
Harun AS. mendoakan kehancuran mereka. Sebagai pengabulan doa tersebut, Allah SWT
merubah semua harta benda mereka menjadi batu kecuali kuda, perhiasan, permata,
kurma, dan makanan mereka. Tatkala urusan Fir’aun tidak juga selesai, Allah SWT
memerintahkan Nabi Musa AS. untuk membawa Bani Israil ke Baitul Maqdis
menguburkan tabut Nabi Yusuf AS. di sana. Pada suatu malam, keluarlah Nabi Musa
dan Nabi Harun AS. membawa serta 620.000 orang Bani Israel. Nabi Harun AS.
sebagai pimpinan rombongan dan Nabi Musa AS. berada di tengah-tengah rombongan.
Tak lama berselang, pasukan Fir’aun di bawah pimpinan Haman sudah berada di
belakang mereka.
Dalam keadaan panik, Bani Israel melampiaskan kekesalan mereka pada Nabi
Musa AS. “Kami menderita sebelum kedatanganmu, juga setelah kedatanganmu. Kita
pasti tertangkap,” kata mereka. Maka Nabi Musa AS. yang sudah punya hubungan
kuat dengan Allah SWT meyakinkan bahwa Allah SWT pasti memberinya petunjuk.
Dengan perintah Allah SWT beliau pukulkan tongkat ke laut, dan terbentanglah
dua belas jalan untuk dua belas kabilah Bani Israel. Dalam perjalanan,
masing-masing mengkhawatirkan keadaan kabilah lainnya.
Untuk menenangkan
mereka, Allah SWT perintahkan laut supaya membukakan jendela di setiap
sela-sela antara dua jalan. Sampai di pantai, dengan congkaknya Fir’aun berkata
kepada pasukannya,”Lihatlah, karena takut padaku laut ini menyediakan jalan
untukkku supaya aku bisa menangkap musuhku.” Dengan langkah mantap, ia larikan
kudanya yang asalnya enggan untuk mencebur ke jalan. Begitu kepala pasukan
hampir mencapai daratan dan ekor pasukan turun ke jalan, Allah SWT perintahkan
lautan untuk kembali bertangkup. Di depan mata Bani Israel, Fir’aun dan
pasukannya ditenggelamkan.
Dalam keadaan megap-megap, Fir’aun mengikrarkan keimanannya pada Tuhan Bani
Israel. Keimanan yang terlambat. Sia-sia belaka. Sebagai jawaban Allah SWT
berfirman (yang artinya), “Sekarangkah (kau katakan)? Sedangkan sebelumnya kamu
telah bermaksiat dan kamu termasuk orang-orang yang membuat kerusakan.” Dalam
Sunan Tirmidzi diriwayatkan kisah, bahwa Jibril AS. turun tangan sendiri
menyumbat mulut Fir’aun dengan lumpur laut, beliau khawatir kalau-kalau Allah SWT
menurunkan rahmatNya pada Fir’aun.
Namun, itu belum juga memuaskan Bani Israel. Maka Nabi Musa AS. berdoa supaya
dinampakkan bangkai Fir’aun pada mereka. Allah SWT terima permohonan beliau. Bangkai
diangkat, dan diabadikan untuk dijadikan bahan renungan bagi orang-orang
setelahnya. Termasuk kita.
Sumber:
1. Tafsir Ibnu Katsir
2. Al Kamil Fittarikh
3. Nihayatul Arab fi Tarikhi Adabi ‘Arab
Posting Komentar