Puasa Syariat adalah menahan diri dari makan dan minum, dan dari berhubungan suami isteri di siang hari. Sedangkan Puasa Thoriqoh itu, mengekang seluruh tubuhnya dari hal-hal yang diharamkan, dilarang dan dicela, seperti ujub, takabur, bakhil dan sebagainya secara lahir maupun batin. Karena semua itu bisa membatalkan puasa thoriqoh.
Puasa syariat itu ada batas waktunya. Sedangkan Puasa thoriqoh senantiasa
abadi tak terbatas seumur hidupnya. Itulah yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
“Betapa banyak orang berpuasa tetapi puasanya tidak lebih melainkan hanya
rasa lapar…” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim).
Karena itu disebutkan, betapa banyak orang berpuasa tetapi ia justru
berbuka, dan betapa banyak orang yang berbuka (tidak puasa) namun ia berpuasa.
Yakni menahan anggota badannya dari dosa-dosa, menahan diri dari menyakiti manusia
secara fisik, seperti firman Allah Ta’ala dalam hadits Qudsy:
“Puasa itu untuk Ku dan Aku sendiri yang membalas pahala puasa.” (Hr. Bukhori)
“Bagi orang yang berpuasa mendapatkan dua kegembiraan: kegembiraan ketika
berbuka, dan kegembiraan ketika memandang Keindahan Ku.”
Bagi Ulama syariat dimaksud dengan berbuka adalah makan ketika matahari
maghrib, dan melihat bulan di malam Idul Fitri. Sedangkan ahli thoriqoh
menegaskan bahwa berbuka itu akan diraih ketika masuk syurga dengan memakan
kenikmatan syurga, dan kegembiraan ketika memandang Allah SWT. Yaitu ketika
bertemu dengan Allah Ta’ala di hari qiyamat nanti, dengan pandangan rahasia
batin secara nyata.
Sedangkan Puasa Hakikat adalah puasa menahan hati paling dalam dari segala hal
selain Allah Ta’ala, menahan rahasia batin (sirr) dari mencintai memandang
selain Allah Ta’ala seperti disampaikan dalam hadits Qudsy:
“Manusia itu rahasiaKu dan Aku rahasianya.”
Rahasia itu bermula dari Nurnya Allah SWT, hingga ia tidak berpaling selain
Allah Ta’ala. Selain Allah Ta’ala, tidak ada yang dicintai atau disukai dan tak
ada yang dicari baik di dunia maupun di akhirat.
Bila terjadi rasa cinta kepada selain Allah gugurlah puasa hakikatnya. Ia harus
segera mengqodho puasanya, yaitu dengan cara kembali kepada Allah SWT dan
bertemu denganNya. Sebab balasan Puasa Hakikat adalah bertemu Allah Ta’ala di
akhirat.
Kitab Sirrul Asror Karya Syaikh Abdul Qadir al Jilany
Posting Komentar