كتاب التوبة
باب فضل دوام الذكر والفكر في أمور الآخرة والمراقبة وجواز ترك
ذلك في بعض الأوقات والاشتغال بالدنيا
حَدَّثَنِي إِسۡحَاقُ بۡنُ مَنۡصُورٍ أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الصَّمَدِ
سَمِعۡتُ أَبِي يُحَدِّثُ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ الۡجُرَيۡرِيُّ، عَنۡ أَبِي عُثۡمَانَ
النَّهۡدِيِّ، عَنۡ حَنۡظَلَةَ. قَالَ: كُنَّا عِنۡدَ رَسُولِ اللهِ. فَوَعَظَنَا
فَذَكَّرَ النَّارَ. قَالَ: ثُمَّ جِئۡتُ إِلَى الۡبَيۡتِ فَضَاحَكۡتُ الصِّبۡيَانَ
وَلَاعَبۡتُ الۡمَرۡأَةَ. قَالَ: فَخَرَجۡتُ فَلَقِيتُ أَبَا بَكۡرٍ. فَذَكَرۡتُ ذٰلِكَ
لَهُ. فَقَالَ: وَأَنَا قَدۡ فَعَلۡتُ مِثۡلَ مَا تَذۡكُرُ. فَلَقِينَا رَسُولَ اللهِ ، فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، نَافَقَ حَنۡظَلَةُ! فَقَالَ: مَهۡ! فَحَدَّثۡتُهُ
بِالۡحَدِيثِ. فَقَالَ أَبُو بَكۡرٍ: وَأَنَا قَدۡ فَعَلۡتُ مِثۡلَ مَا فَعَلَ. فَقَالَ:
يَا حَنۡظَلَةُ، سَاعَةً وَسَاعَةً. وَلَوۡ كَانَتۡ تَكُونُ قُلُوبُكُمۡ كَمَا تَكُونُ
عِنۡدَ الذِّكۡرِ. لَصَافَحَتۡكُمُ الۡمَلَائِكَةُ، حَتَّىٰ تُسَلِّمَ عَلَيۡكُمۡ فِي
الطُّرُقِ. رواه مسلم
Dari Hanzhalah berkata, "Kami pernah berada di
dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau memberi wejangan
kepada kami dan menyebutkan neraka."
Hanzhalah berkata, "Kemudian aku datang ke
rumah, lalu aku tertawa bersama anak-anak dan bercanda dengan istri."
Hanzhalah
berkata, "Lalu aku keluar dan bertemu dengan Abu Bakar. Aku menyebutkan hal itu
kepadanya."
Abu Bakar menanggapi, "Aku juga melakukan semisal yang engkau
sebutkan."
Kami pun menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan aku berkata, "Wahai Rasulullah, Hanzhalah telah berbuat
nifak."
Beliau bersabda, “Apa yang engkau katakan?”
Aku pun bercerita
kepada beliau. Abu Bakar mengatakan, "Aku juga telah melakukan semisal yang dia
sebutkan."
Nabi bersabda, “Wahai Hanzhalah, ada saatnya begini dan ada saatnya
begini. Andai keadaan hati-hati kalian terus tetap seperti ketika berzikir,
niscaya malaikat akan menjabat tangan kalian hingga memberi salam kepada kalian
di jalan-jalan." (H.R Muslim)
Islam adalah agama fitrah dan seimbang. Islam menganjurkan
pemeluknya untuk bekerja juga berlibur. Menyuruh untuk beribadah
juga istirahat atau refreshing.
Dalam hadis diatas, ada seorang Sahabat bernama Hanzhalah,
seorang juru tulis Nabi SAW. Di depan Nabi ia mendengar Kajian Nabi begitu
Khusyu'. Namun ketika bersama anak dan Istrinya dia tertawa dan bercanda.
Ketika hal ini diadukan kepada Nabi SAW, beliau membolehkannya asal tetap
dalam keadaan berdzikir dan mengingat Allah.
Dalam kitab Faidhul Qadir, Syarh Al-Jami’ Ash-Shagir, Imam
An-Nawawi mengatakan, “Rehatkan jiwa kalian dari rutinitas
ibadah, dengan melakukan hal yang dibolehkan, yang tidak ada dosa tapi juga
tidak berpahala.”
Sahabat Abu Darda’ RA menyatakan, “Sungguh, saya merefresh jiwa saya dengan melakukan sebagian
senda-gurau atau permainan yang dibolehkan, agar saya kembali giat dalam
melaksanakan kebaikan.”
Dari keterangan diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa Islam
bukanlah agama yang monoton dan serius melulu. Ada saatnya belajar dan ada
saatnya ngopi. Ada saatnya ngaji dan ada saatnya refreshing, traveling dan
Liburan. Semua itu dengan syarat tetap mengingat Allah SWT dan tidak melakukan
hal-hal yang dilarang Syari'at.
Lembaga kajian dan Riset Rasionalika Darus-Sunnah An Nahdliyyah
Posting Komentar