Orang yang menggunjing wajib menyesali perbuatannya dan
bersedih atas perbuatan tercelanya itu. Kemudian ia harus meminta maaf kepada
orang yang digunjing karena orang yang riya' kadang-kadang meminta maaf dengan
lisannya hanya untuk menampakkan kebaikan diri padahal hatinya tidak menyesali.
Mujahid berkata, "Tebusan dosa makan daging saudaramu
adalah engkau memujinya dan mendoakan kebaikan untuknya.” Ketika Atha ibn Rabah
ditanya tentang taubat dari menggunjing, ia menjawab, "Datanglah kepada
orang yang engkau gunjingkan, kemudian katakan kepadanya. “Aku berdusta tentang
engkau. Aku telah dzalim dan berbuat jelek kepadamu. Jika engkau menginginkan
hakmu (membalas), ambillah hakmu jika tidak, aku minta maaf.”
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berbuat dzalim
terhadap saudaranya, baik dalam kehormatan atau harta benda hendaklah ia
meminta halal atas perbuatan dzalimnya, sebelum tiba hari di mana tidak berlaku
dinar dan dirham (Hari Kiamat)."
Penggunjing harus meminta halal kepada orang yang digunjing
jika mampu melakukannya. Jika yang digunjing tidak ada atau telah meninggal
dunia maka perbanyaklah istighfar dan berdoa untuknya.
Meminta halal itu adalah bentuk tabarru dan ia adalah
keutamaan yang baik. Jika seseorang tidak merasa senang untuk memberi maaf,
maka permohonan maaf kita dinilai sebagai sebuah kebaikan yang bisa
menghapuskan dosa menggunjing.
Jika engkau bertanya. “Apa arti dari sabda Rasulullah,
“Apakah salah seorang dan kalian tidak mampu berbuat seperti Abu Dhamdham ketika
ia keluar dari rumahnya. Ia berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku
sedekahkan kehormatanku kepada manusia.”
Yang dimaksudkan oleh Abu Dhamdham adalah pada Hari Kiamat
ia tidak akan menuntut orang yang menganiayanya dan ia juga tidak memusuhinya.
Hasan Al-Bashri berkata. “Apabila manusia telah dikumpulkan
di hadapan Allah pada Hari Kiamat, mereka akan dipanggil. ‘Orang-orang yang
mempunyai pahala di sisi Allah hendaknya berdiri!’ Ketika itu tidak ada yang
berdiri selain orang-orang yang di dunia suka memaafkan sesamanya.”
Allah SWT berfirman, "Barangsiapa yang memberi maaf dan
melakukan kebaikan maka atas Allah lah pahalanya."
Diriwayatkan dari Hasan Al-Bashri, ada seseorang berkata
kepadanya, “Si Fulan telah menggunjingmu.” Hasan Al-Bashri langsung mengirimkan
kurma kepada orang yang menggunjingnya seraya berkata, “Telah sampai kabar
kepadaku bahwa engkau telah menghadiahkan kebaikan-kebaikanmu kepadaku. Aku
bermaksud membalasmu atas pemberian hadiah kebaikan tersebut. Maafkanlah aku,
karena aku tidak mampu membalasmu dengan sempurna.”
Ikhtisar Bab
Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al-'Allamah Al-Habib Umar bin Hafizh
Posting Komentar