Satu Suro adalah
hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Sura atau Suro di
mana bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender hijriyah, karena Kalender jawa
yang diterbitkan Sultan Agung mengacu penanggalan Hijriyah
(Islam).
Satu
suro biasanya diperingati pada malam hari setelah magrib pada hari sebelum
tangal satu biasanya disebut malam satu suro, hal ini karena pergantian hari
Jawa dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada
tengah malam.
Tradisi saat malam satu
suro bermacam-macam tergantung dari daerah mana memandang hal ini. Oleh karena
itulah Pondok Pesantren Al Muayyad Tanggulangin Kudus mengajak masyarakat untuk
melaksanakan tradisi baik pada malam pergantian tahun hijriyah tersebut atau
yang dikenal di jawa dengan istilah malam satu suro.
Kesan mistis dan angker
masih sering kita dengar dari beberapa masyarakat yang menganggap malam satu
suro sebagai malam yang menyeramkan. Pondok Pesantren Al Muayyad sebagai salah
satu Pondok Pesantren besar di Kudus ingin menghapus semua anggapan tersebut.
Bersama para santriya, Pondok Pesantren Al Muayyad Tanggulangin mengajak
masyarakat Kudus dan sekitarnya untuk menyelenggarakan acara Malam Tirakatan
Satu Suro yang akan diisi dengan majelis dzikir, sholawat, dan majelis ilmu.
Tidak tanggung-tanggung,
acara tersebut akan digelar di Alun-Alun Simpang Tujuh Kudus pada malam selasa
10 September 2018 mulai ba’da maghrib. Peserta dianjurkan untuk datang sebelum
maghrib dan melaksanakan sholat berjamaah di Masjid Agung Kudus.
Acara ini akan dihadiri
oleh KH. Muhammad Zaenuri (Abah Zain), Hj. Noor Madlu’ah Al Hafidzoh, dan Gus
Nur Muhammad Abdul Hamid Assyarofa (Gus Amik) yang akan memberikan
tausiyah-tausiyah serta mauidhoh hasanah dalam acara yang rencananya akan
digelar semalaman tersebut.
Posting Komentar