Pada abad ke 4 hijriah merupakan masa
yang paling gelap dalam sejarah Islam. Di kalangan muslimin umat terpecah-belah
menjadi beberapa kelompok, di antaranya: Sunni, Syi'ah, Khawarij, Mu'tazilah
dan lain-lainnya. Belum lagi datangnya kelompok Zanji di Bashrah, yang banyak
menimbulkan kekacauan dan kerusakan di segala bidang.
Disebutkan, bahwa ketika
terjadi serangan dari kelompok Zanji ribuan warga Bashrah terbunuh dalam tiap
harinya. Ditambah lagi kehadiran kaum Qaramitha pada tahun 310 H yang telah
menjadikan Kota Bashrah semakin mencekam. Pada masa itu sejarah mencatat, bahwa
pada tahun 930 M kaum Qaramitha masuk dan menyerang kota suci Makkah, bahkan Hajar
Aswad berhasil dijebol dan dirampok dari tempat asalnya dan berada di tangan
kaum Qaramitha selama 23 tahun. Suasana Makkah dan Madinah saat itu sangat
mencekam, pembunuhan terjadi di berbagai penjuru kota.
Dalam keadaan seperti itulah Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
meninggalkan tanah kelahirannya untuk menyelamatkan akidahnya, serta bagi
generasi keturunan berikutnya. Beliau memilih Hadramaut, sebuah negeri miskin
yang tandus sebagai tempat hijrahnya demi untuk menyelamatkan akidah dan
agamanya. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir merupakan sesepuh dari seluruh keturunan
ba'alawi. Beliau memiliki jasa yang sangat besar bagi semua anak cucunya. Sebab
beliau rela meninggalkan tanah air dan kekayaannya untuk menyelamatkan akidah
dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Ketika masuk ke Hadramaut beliau
melalui arah negeri Yaman. Beliau menggunakan metode dakwah dengan akhlak yang
lembut dan luwes. Tidak sedikit dari kaum khawarij yang dulunya bersifat
brutal, akhirnya menyatakan taubat di hadapan beliau. Menurut sumber sejarah
yang shahih dikatakan bahwa Madzhab Khawarij merupakan madzhab yang paling
banyak dianut masyarakat di Hadramaut kala itu. Mereka saling berebut pengaruh
dengan kelompok Zaidiyah.
Namun, dengan keluasan ilmu dan
keberanian Al-Imam Ahmad Al-Muhajir, beliau berhasil mengajak para pengikut
khawarij untuk menganut Madzhab Syafi'i dalam fikih dan ahlussunnah wal jama'ah
dalam akidah. Dan sebelum abad 7 hijriah berakhir, Madzhab Khawarij telah
terhapus secara menyeluruh dari Hadramaut dan Madzhab Ahlussunnah wal jama'ah
diterima oleh seluruh penduduknya.
Di Hadramaut sendiri akidah dan madzhab Imam Ahmad
Al-Muhajir adalah sunni syafi'i dan ini terus berkembang sampai sekarang tanpa
berkurang sedikitpun. Hadramaut kini menjadi kiblat kaum sunni yang ideal terutama
bagi kaum alawiyin, karena kemutawatiran sanad serta kemurnian agama dan
akidahnya. Ini dapat dilihat bagaimana amalan mereka dalam bidang ibadah yang
tetap berpegang pada Madzhab Syafi'i, seperti pengaruh yang telah mereka
tinggalkan di nusantara ini. Dalam bidang tasawwuf , meskipun ada nuansa
Ghazali, namun di Hadramaut menemukan bentuknya yang khas yaitu tasawwuf sunni
salaf alawiyin yang sejati.
Dari Hadramaut inilah anak cucu Al-Imam Al-Muhajir menjadi
pelopor dakwah Islam sampai ke ufuk timur, diantaranya ke daratan India,
kepulauan Melayu dan Indonesia. Juga ada yang ke daerah Afrika seperti Ethopia,
sampai kepulauan Madagaskar. Dalam berdakwah, mereka tak pernah bergeser dari
asas keyakinannya yang berdasarkan Al-Qur`an, As-Sunnah, ijma dan qiyas.
Prof. Dr. Hamka mengatakan, “Tidak layak untuk tidak
mengetahui bahwa Alawiyin Hadramaut berpegang teguh pada Madzhab Syafi'i.
Bahkan yang mengokohkan madzhab ini di Indonesia, khususnya di Tanah Jawa,
adalah para Ulama Alawiyin Hadramaut.”
Sayyid Abdul Qadir Umar Mauladdawilah
Posting Komentar