Dari Abi Humaid As-Sa’idi radhiyallahu'anhu, beliau bertanya
kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam, “Ya Rasulullah bagaimana cara
kami membaca shalawat kepadamu?”
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam
menjawab, “Bacalah: Ya Allah, mudah-mudahan engkau selalu mencurahkan shalawat
kepada Muhammad, para istri, dan keturunannya”.
Setelah meneliti dalil-dalil Al-Qur'an maupun hadis, Asy-Syeikh DR. Muhammad
Abduh Al-Yamani menyimpulkan bahwa keluarga Nabi shalallahu 'alaihi wasalam
terdiri dari Fatimah, Ali, Hasan, Husein dan para keturunannya. Sedangkan istri
Rasulullah juga merupakan keluarga Nabi shalallahu 'alaihi wasalam berdasarkan
keumuman ayat Al-Qur'an serta konteks hadis. Sebagaimana dalam hadis tentang
anjuran membaca shalawat kepada Nabi shalallahu 'alaihi wasalam, istri dan
keluarga beliau.
Dari Abi Humaid As-Sa’idi radhiyallahu'anhu, beliau
bertanya kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam, “Ya Rasulullah bagaimana
cara kami membaca shalawat kepadamu?” Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam
menjawab, “Bacalah: Ya Allah, mudah-mudahan engkau selalu mencurahkan shalawat
kepada Muhammad, para istri dan keturunannya”. Selanjutnya anjuran untuk
menghormati dan memuliakan keluarga Rasulullah beserta keturunannya adalah
perintah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam.
Sebagaimana dalam hadis dari Abi Sa'id
al-Khudri, beliau berkata, “Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam bersabda,
Sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian dua wasiat, Kitabullah (Al-Qur’an) dan
keluargaku”. Dalam riwayat lain disebutkan: “Aku tinggalkan bagi kalian dua
hal, selama kalian berpegang teguh dengan dua hal tersebut, maka kalian tidak
akan tersesat selama-lamanya. Yang pertama adalah Al-Qur'an dan yang kedua
adalah keturunanku (ahlil baitku). Sungguh keduanya tak akan terpisahkan
selamanya hingga mereka datang kepadaku di telagaku kelak.”
Maka sudah sepantasnya bagi kita segenap umat Islam untuk
mencintai dan menghormati mereka para keluarga Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi
wasalam beserta keturunannya. Yang kecintaan ini sudah diteladankan dan menjadi
tradisi para ulama yang telah mengamalkan ilmunya dan para auliya’ Allah subhanahu
wa ta'ala. Mereka selalu menghormati, mencintai serta berpegang teguh kepada
keluarga Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasalam.
Meskipun begitu apabila kita menemukan dari keturunan
rasul yang menyimpang, sebagai bentuk rasa cinta kepada mereka kita wajib
beramar ma'ruf nahi munkar. Al-Habib Salim bin Abdullah Asy-Syathiri membedakan
antara ta'dhim dan amar ma'ruf nahi munkar. Terhadap para dzuriyat rasul kita
memang dianjurkan untuk ta'dhim, tetapi jika mereka melakukan kesalahan perlu
diingatkan. Jika tidak maka kita ikut berdosa karena tidak beramar ma'ruf nahi
munkar!
Sayyid Abdul Qadir Umar Mauladdawilah
Posting Komentar