Manusia
di muka bumi ini adalah khalififah, yang diberi kemampuan oleh Allah untuk
mengelola, merawat dan mendaya gunakan dengan sebaik-baiknya, apabila manusia
sebagai khalifah tak mumpu mengelolanya dengan baik maka akan munculah
musibah-musibah dari hukum alam ini yang susah sekali untuk mengelakkannya. Sekedar contoh apabila manusia membabat habis hutan maka yang terjadi adalah
banjir besar yang bisa meluluh lantakan orang yang tak bersalah sekalipun.
Namun disana terdapat juga musibah
yang tidak disebabkan oleh ulah manusia dalam mengelola bumi, Angin yang tadinya mendistribusi awan (QS al-Baqarah/2:164)
dan menyebabkan penyerbukan dalam dunia tumbuh-tumbuhan (Q.S. al-Kahfi/18:45),
tiba-tiba tampil begitu ganas memorak-porandakan segala sesuatu yang
dilalewatinya (QS Fushshilat/41:16).
Gunung-gunung yang
tadinya sebagai pasak bumi (QS al-Naba'/78:7), tiba-tiba memuntahkan debu,
lahar panas, dan gas beracun (QS al-Mursalat/77:10 atau yang baru saja menimpa
saudara-saudara kita di jawa tengah ketika lempengan-lempengan bumi bergeser
maka terjadilah gempa yang tidak terduga.
Bencana seperti ini adalah merupakan ujian bagi kita semua, karena
musibah ini telah menimpa tidak saja bagi orang yang berdosa tapi juga bagi
orang yang beriman. Mereka menanggung penderitaan yang sama, marilah kita menghindarkan
anggapan bahwa ini merupakan azab atas dosa-dosa yang diperbuat oleh para
korban sendiri. Di saat kita menganggap ini azab, maka bagi korban yang
menderita akan mendapatkan kesusahan dua kali, pertama musibah itu sediri
dan yang kedua adalah suudlon kita, tentunya ungkapan-ungkapan itu akan
menyudutkan bagi yang terkena musibah.
Cara kerja azab Tuhan di dalam Alquran
hanya menimpa kaum yang durhaka dan tidak menimpa atau mencederai orang-orang
yang shaleh dan taat pada Tuhan. Sedangkan cara kerja mushibah dan bala tidak
membedakan satu sama lainnya.
Memang telah terdapat
ayat-ayat yang menerangkan tentang azab umat—umat terdahulu Bentuk azab itu
antara lain:
1) banjir besar (mungkin
ini gelombang tsunami pertama) seperti yang ditimpakan pada umat Nabi Nuh;
2) bencana alam
dahsyat berupa suara yang menggemuruh seperti yang ditimpakan kepada umat Nabi
Syu'aib;
3) tanah longsor dahsyat
seperti yang ditimpakan kepada umat Nabi Luth;
Meski demikian Secara historis, Nabi Muhammad adalah seorang nabi yang
tidak pernah sekalipun mendoakan ummatnya agar celaka. Dia tidak pernah
menghadapi kondisi psikologis yang sangat mengecewakan dan menyerah dalam
berda’wah pada umatnya, Maka, dia tidak pernah berdoa minta azab kepada Allah
bagi kaum-kaumnya yang tidak taat.
Musibah adalah suatu
keniscayaan yang melanda semua manusia, baik secara perorangan maupun kelompok.
Perasaan takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, sampai kekurangan buah-buahan
yang dibutuhkan, selalu menyertai mereka yang terkena musibah.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنْ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنْ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرْ الصَّابِرِينَ (البقرة155) الَّذِينَ إِذَا
أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
(البقرة156) أُوْلَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
وَأُوْلَئِكَ هُمْ الْمُهْتَدُونَ (البقرة157)
''Dan sesungguhnya akan
Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa, dan buah-buahan, dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang
yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan
inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Mereka itulah yang mendapat
keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.'' (QS Al-Baqarah (2): 155-157).
Maka, bagaimana kita
harus menyikapi musibah yang memang diluar kemampuan manusia untuk
mengelolanya?
Pertama: kita
maknai bahwa peristiwa ini semua adalah semata-mata ujian dari sang maha kuasa
atas seluruh alam semesta ini, dan ketika kita bisa melaluinya maka Allah akan
menaikkan derajat keimanan kita. Seperti sabda Rasulullah
SAW, ''Siapa yang akan diberi limpahan kebaikan dari Allah, maka diberi ujian
terlebih dahulu.'' (HR Bukhari Muslim).
Yang kedua: Semua ujian
haruslah kita hadapi dengan kesabaran,karena kesabaran adalah sebuah tanda
lulusnya sebuah ujian, seperti pada sebuah hadis : ''Sungguh menakjubkan
perkara orang yang beriman seluruh perkaranya menjadi baik. Ketika ditimpa
musibah dia bersabar, itu membawa kebaikan baginya. Dan ketika mendapatkan
nikmat dia bersyukur dan itu membawa kebaikan baginya.'' (Al-Hadis).
Yang ketiga: Bahwa
seberat apapun ujian yang berupa musibah alam raya ini, kita yakin Allah pasti
sudah proprosional dalam mengujinya dan tidak akan melebihi dari kesanggupan
dalam menjalaninya bagi orang yang tertimpa.
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ
نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا
تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا
رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ
لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
(البقرة286)
''Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.'' (QS Al-Baqarah (2): 286.
Keempat:
Apapun bentuk musibah yang di derita oleh seorang muslim, baik itu berupa
kesususahan, penderitaan maupun penyakit, Allah akan menghapus sebagian kesalahan
dan dosa, dengan demikian derajat para korban bencana akan mulia, bagi yang
meninggal dunia dia akan mati syahid dan bagi yang masih hidup tentunya dengan
kesabaran atas penderitaan itu Allah akan hapus sebagian kesalahan dan dosa
dosanya.
Kelima bagi kita yang
tidak secara langsung mengalami musibah itu, hendaknya kita jadi peristiwa itu
sebagai momentum untuk menyaksikan kebesaran dan keagungan Allah, sehingga akan
menguatkan iman kita pada sang pencipta alam semesta.
Marilah kita bayangkan
apabila musibah itu menimpa diri kita sendiri, keluarga kita, atau temen-teman
kita, tentunya kita akan menderita dan susah menjalani cobaan besar ini. Maka
marilah kita bantu para korban bencana semaksimal mungkin karena sekecil apapun
bantuan itu akan sangat berharga sekali bagi kehidupan para korban yang masih
hidup. Kita berharap musibah ini akan membawa kebaikan-kebaikan dalam ridlo
Allah.
Kita semua berduka atas
musibah ini. Kita semua harus mohon ampun atas semua dosa. Namun, kita tidak
boleh mengeluh dan bersedih berkepanjangan serta kehilangan harapan pada Tuhan
Sembari bertobat dan mohon petunjuk Tuhan, mari kita baca hikmah dan
pembelajaran dari musibah ini.
Ust. M.
Faridu Asrih
Posting Komentar