Suatu ketika di salah satu
peperangan, datanglah sahabat Umar ra dengan membawa sebagian harta pada Rasulullah
SAW, Umar ra menganggap bahwa tidak ada seorangpun yang menginfakkan hartanya
seperti dirinya. Saat itu juga datanglah Abu Bakar ra dengan seluruh harta yang
ia miliki, maka bertanyalah Rasulullah SAW pada Abu Bakar ra: Hai Abu Bakar,
Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu? Abu Bakar menjawab: Tidak ada sisa
harta untuk keluargaku yang aku tinggalkan kecuali Allah dan Rasul-Nya.
Hal seperti ini diperbolehkan
bagi orang yang sangat kuat keyakinannya kepada Allah SWT, kuat dalam berpasrah
diri kepada Allah SWT dan tahu kadar kekuatan tawakkal keluarganya serta
kesabaran mereka pada Allah SWT. Adapun orang-orang yang tidak sabar dan tidak
ada keyakinan, tawakal dan keimanan yang tinggi, maka tidak diperbolehkan
menginfakkan seluruh hartanya. Abu Bakar ra tahu kalau dirinya dan keluarganya
sanggup dan bisa untuk sabar, maka diperbolehkan padanya untuk menginfakkan
seluruh hartanya karena Allah SWT. Orang- orang seperti ini berkeyakinan bahwa
Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan mereka, tidak akan berkurang harta karena
di shodaqohkan ataupun shodaqoh tidak akan pernah mengurangi harta yang
dimilikinya, karena itulah Rasulullah SAW pernah bersumpah bahwa harta tidak
akan berkurang karena shodaqoh tapi malah akan bertambah.
Allah SWT berfirman: Dan barang apa saja yang
kamu nafkahkan, maka Allah SWT akan menggantinya dan Dialah sebaik-baiknya
pemberi rezeki.
Sekali lagi apabila kita
berinfak, janganlah berlebih-lebihan maupun kikir. Janganlah kikir pada diri
kita sendiri, pada keluarga kita, pada tetangga kita dan pada orang yang
membutuhkannya. Tapi sebelum itu semua, janganlah kita kikir atau bakhil pada
hak Allah SWT yaitu membayar zakat. Saudara-saudaraku, harta yang kita miliki
adalah nikmat yang wajib kita jaga. Saat ini sungguh banyak yayasan-yayasan
Islam di seluruh dunia yang membutuhkan kucuran dana, banyak sekolah-sekolah
Islam yang membutuhkan biaya pembangunan, banyak masjid-masjid yang membutuhkan
renovasi, pasien-pasien yang membutuhkan biaya pengobatan, pengungsi-pengungsi
yang butuh rumah untuk dinaungi, anak-anak yatim yang membutuhkan orang-orang
yang menanggungnya, orang-orang yang kelaparan, tapi disana tidak ada orang
yang mau memberi makan. Apakah karena umat Islam ini semuanya miskin, sehingga
tidak sanggup untuk membantu mereka?
Tidak, banyak umat Islam yang
kaya, tapi sayang kekayaan mereka banyak yang dihabiskan untuk berfoya-foya dan
bermegah-megahan. Sungguh banyak manusia yang membelanjakan hartanya
beribu-ribu dollar, beratus-beratus ribu dollar tapi tidak untuk membantu mereka.
Malah untuk berfoya-foya dan bermegah-megahan, apabila diminta keikhlasan
mereka untuk membantu yang membutuhkan, mereka berpangku tangan, mereka kikir,
na`uzubillah. Maka tidaklah heran kalau sampai Al-Qur`an mengingatkan sebagian
manusia yang mempunyai sifat yang demikian. Dalam surat An-nisa ayat 36-38:
Artinya: Sesunggguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membanggakan diri. Yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat
kikir, menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan kepada mereka, dan
kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan. Dan juga
orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia dan
orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barang
siapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah
seburuk-buruk teman.
Lihatlah betapa mereka itu
bakhil, bahkan menyuruh dan mengajak orang lain untuk bakhil. Betapa mereka itu
riyadalam menafkahkan harta mereka, riya dalam pesta pora yang tentunya banyak
orang yang akan membicarakannya, riyadidalam walimah-walimah mereka, dengan
memotong beberapa ekor kambing dan sapi yang mereka makan hanya sepuluh
persennya, atau malah tidak sampai sepuluh persennya, kemudian mereka buang
sisa-sisa makanan mereka, padahal di sekeliling mereka banyak
saudara-saudaranya yang kelaparan, mengharapkan satu suap makanan yang tidak
mereka dapatkan. Berlebih-lebihan menjadi ajang kebanggaan mereka,
berlebih-lebihan pada kemungkaran, bahkan pada sesuatu yang tidak bermanfaat,
bakhil akan kewajiban atas harta yang mereka miliki menjadi kebiasaan.
Ingatlah, kita secara tidak sadar sering berlebih-lebihan dalam menggunakan
air, listrik, telepon genggam, bahkan berlebih-lebihan pada segala hal yang tidak
memberi manfaat untuk kita, sepertinya semua harta yang kita miliki ini harta
kita. Bukan!, sekali lagi bukan harta kita, tapi harta Allah SWT yang
diamanatkan pada kita untuk kita jaga dan menafkahkannya dengan sebaik-baiknya.
Memang benar sebagian kita sangat
menjaga harta yang di amanahkan oleh Allah SWT, akan tetapi apabila kita
dipercaya oleh pemerintah untuk bekerja di instansi pemerintahan ataupun di
kantor-kantor swasta untuk menjaga aset pemerintah, kita sering lalai,
berbangga diri dan berlebih-lebihan terhadap kekuasaan dan harta yang di
amanahkan pemerintah kepada kita. Yang demikian ini bukanlah termasuk hamba
Alslah SWT, hamba Allah SWT adalah orang-orang yang apabila menafkahkan harta
miliknya ataupun harta orang lain yang di percayakan kepadanya tidak
berlebih-lebihan dan juga tidak kikir dan bakhil, inilah yang di maksud
kesederhanaan dalam Islam. Semoga Allah SWT menjadikan kita termasuk dalam
golongan mereka, amin.
Ustadz Anwar
Posting Komentar