Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Jangan Boros dan Jangan Kikir (3)

Jangan Boros dan Jangan Kikir (3)

 Suatu ketika di salah satu peperangan, datanglah sahabat Umar ra dengan membawa sebagian harta pada Rasulullah SAW, Umar ra menganggap bahwa tidak ada seorangpun yang menginfakkan hartanya seperti dirinya. Saat itu juga datanglah Abu Bakar ra dengan seluruh harta yang ia miliki, maka bertanyalah Rasulullah SAW pada Abu Bakar ra: Hai Abu Bakar, Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu? Abu Bakar menjawab: Tidak ada sisa harta untuk keluargaku yang aku tinggalkan kecuali Allah dan Rasul-Nya.

Hal seperti ini diperbolehkan bagi orang yang sangat kuat keyakinannya kepada Allah SWT, kuat dalam berpasrah diri kepada Allah SWT dan tahu kadar kekuatan tawakkal keluarganya serta kesabaran mereka pada Allah SWT. Adapun orang-orang yang tidak sabar dan tidak ada keyakinan, tawakal dan keimanan yang tinggi, maka tidak diperbolehkan menginfakkan seluruh hartanya. Abu Bakar ra tahu kalau dirinya dan keluarganya sanggup dan bisa untuk sabar, maka diperbolehkan padanya untuk menginfakkan seluruh hartanya karena Allah SWT. Orang- orang seperti ini berkeyakinan bahwa Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan mereka, tidak akan berkurang harta karena di shodaqohkan ataupun shodaqoh tidak akan pernah mengurangi harta yang dimilikinya, karena itulah Rasulullah SAW pernah bersumpah bahwa harta tidak akan berkurang karena shodaqoh tapi malah akan bertambah.

 Allah SWT berfirman: Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah SWT akan menggantinya dan Dialah sebaik-baiknya pemberi rezeki.

Sekali lagi apabila kita berinfak, janganlah berlebih-lebihan maupun kikir. Janganlah kikir pada diri kita sendiri, pada keluarga kita, pada tetangga kita dan pada orang yang membutuhkannya. Tapi sebelum itu semua, janganlah kita kikir atau bakhil pada hak Allah SWT yaitu membayar zakat. Saudara-saudaraku, harta yang kita miliki adalah nikmat yang wajib kita jaga. Saat ini sungguh banyak yayasan-yayasan Islam di seluruh dunia yang membutuhkan kucuran dana, banyak sekolah-sekolah Islam yang membutuhkan biaya pembangunan, banyak masjid-masjid yang membutuhkan renovasi, pasien-pasien yang membutuhkan biaya pengobatan, pengungsi-pengungsi yang butuh rumah untuk dinaungi, anak-anak yatim yang membutuhkan orang-orang yang menanggungnya, orang-orang yang kelaparan, tapi disana tidak ada orang yang mau memberi makan. Apakah karena umat Islam ini semuanya miskin, sehingga tidak sanggup untuk membantu mereka?

Tidak, banyak umat Islam yang kaya, tapi sayang kekayaan mereka banyak yang dihabiskan untuk berfoya-foya dan bermegah-megahan. Sungguh banyak manusia yang membelanjakan hartanya beribu-ribu dollar, beratus-beratus ribu dollar tapi tidak untuk membantu mereka. Malah untuk berfoya-foya dan bermegah-megahan, apabila diminta keikhlasan mereka untuk membantu yang membutuhkan, mereka berpangku tangan, mereka kikir, na`uzubillah. Maka tidaklah heran kalau sampai Al-Qur`an mengingatkan sebagian manusia yang mempunyai sifat yang demikian. Dalam surat An-nisa ayat 36-38: Artinya: Sesunggguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir, menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan kepada mereka, dan kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan. Dan juga orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barang siapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah seburuk-buruk teman.

Lihatlah betapa mereka itu bakhil, bahkan menyuruh dan mengajak orang lain untuk bakhil. Betapa mereka itu riyadalam menafkahkan harta mereka, riya dalam pesta pora yang tentunya banyak orang yang akan membicarakannya, riyadidalam walimah-walimah mereka, dengan memotong beberapa ekor kambing dan sapi yang mereka makan hanya sepuluh persennya, atau malah tidak sampai sepuluh persennya, kemudian mereka buang sisa-sisa makanan mereka, padahal di sekeliling mereka banyak saudara-saudaranya yang kelaparan, mengharapkan satu suap makanan yang tidak mereka dapatkan. Berlebih-lebihan menjadi ajang kebanggaan mereka, berlebih-lebihan pada kemungkaran, bahkan pada sesuatu yang tidak bermanfaat, bakhil akan kewajiban atas harta yang mereka miliki menjadi kebiasaan. Ingatlah, kita secara tidak sadar sering berlebih-lebihan dalam menggunakan air, listrik, telepon genggam, bahkan berlebih-lebihan pada segala hal yang tidak memberi manfaat untuk kita, sepertinya semua harta yang kita miliki ini harta kita. Bukan!, sekali lagi bukan harta kita, tapi harta Allah SWT yang diamanatkan pada kita untuk kita jaga dan menafkahkannya dengan sebaik-baiknya.

Memang benar sebagian kita sangat menjaga harta yang di amanahkan oleh Allah SWT, akan tetapi apabila kita dipercaya oleh pemerintah untuk bekerja di instansi pemerintahan ataupun di kantor-kantor swasta untuk menjaga aset pemerintah, kita sering lalai, berbangga diri dan berlebih-lebihan terhadap kekuasaan dan harta yang di amanahkan pemerintah kepada kita. Yang demikian ini bukanlah termasuk hamba Alslah SWT, hamba Allah SWT adalah orang-orang yang apabila menafkahkan harta miliknya ataupun harta orang lain yang di percayakan kepadanya tidak berlebih-lebihan dan juga tidak kikir dan bakhil, inilah yang di maksud kesederhanaan dalam Islam. Semoga Allah SWT menjadikan kita termasuk dalam golongan mereka, amin.


Ustadz Anwar
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger