Setiap menjelang acara Lirboyo Bersholawat, Habib Syekh bin Abdul Qodir
As-Segaf pasti menyempatkan diri sowan ke ndalem, dan
bertatap muka dengan santri putri. Tak lupa pula beliau selalu menyampaikan
petikan-petikan petuah untuk bekal para santri.
Dalam kunjungannya beliau berpesan kepada para santri untuk selalu
berhusnudhon kepada guru. Sebab salah satu kunci kesuksesan dalam proses
belajar adalah husnudhon.
“Sebesar apa ilmu yang kita dapatkan, tergantung sebesar apa
husnusdhon kita kepada guru. Kalau husnudhon kepada guru seratus
persen, walaupun kadang tidak membaca kitab, memandang guru itu saja sudah
dapat ilmu". Tutur Habib Syekh.
Masih tentang husnudhon, beliau berbagi pengalaman saat umroh
beberapa waktu lalu. Saat itu beliau sempat bertemu dengan Al-Habib Abdullah
Muhammad bin Abdul Qadir bin Ahmad di Jedah. “Al-Habib Muhammad
mengatakan, ‘aku waktu belajar kepada ayah dan guru-guruku, disitu saya
kebanyakan tidak mebaca kitab. Disitu saya di tes oleh guru-guru saya yang
khusus, bagaimana husnudhon saya terhadap mereka. Sewaktu saya
menyangka guru saya baik betul, seakan-akan saya mendapatkan ilmu tanpa membaca
kitab’.” Kenang Habib Syekh.
Bahkan Habib Syekh juga menambahkan, kalau husnudhon kepada
guru adalah salah satu faktor utama penentu keberhasilan murid, selain belajar.
“Baca kitab, belajar itu penting, tapi lebih penting lagi kalau kita husnudhon
penuh kepada orang yang mengajar. Kalau belajar saja, tidakhusnudhon tidak
cepat masuk (ilmunya ). Masukpun, besok kalau sudah keluar dari pondok
akan ngelek-elek (menjelek-jelekkan) gurunya. Karena tidak
ada husnusdhon kepada guru.” Tukas Habib Syekh.
Karena menurut beliau, sering sekali seorang murid menemukan guru yang
kelihatannya memang ‘biasa-biasa’ saja. Namun sebetulnya, guru tersebut
memiliki kelebihan yang sangat luar biasa. Beliau
memberikan i’tibar pada pribadi Nabi Muhammad SAW yang memang sengaja
menutupi kemuliaan dan ketinggian derajatnya dimata Allah SWT, dengan tetap mau
bergaul kepada siapapun tanpa membatasi jarak.
“Ada guru-guru yang tidak memamerkan bahwa ‘saya ini memiliki
kedudukan’. Kadang guru-guru tidak menunjukkan bahwa mereka
memiliki sirr (rahasia), kalau ditunjukkan, murid-murid tidak ada
yang berani duduk dihadapannya. Seperti Rasul Muhammad SAW, manusia pilihan
Allah SWT yang memiliki kedudukan yang amat sangat tinggi. Sampai istilahnya,
kalau Allah SWT menampakkan aslinya Nabi Muhammad, tidak satupun makhluk berani
memandang wajah Rasulullah, karena luar biasanya nur(beliau). Tapi oleh
Allah SWT, makhluk ditutupi hingga dia bisa melihat nur itu. Akhirnya
(para sahabat) bisa duduk, makan, dan menanyakan sesuatu kepada Nabi Muhammad.”
Terakhir, beliau berpesan, “Siapapun guru anda, anda
harus husnudhon. Setiap guru akan bertanggung jawab kepada muridnya, dan
setiap guru yang akan mengarahkan muridnya menuju surga. Karena guru-guru kita
adalah guru yang keluar dari sumbernya (berguru kepada guru yang jelas sanadnya).
Penulis: Santri Lirboyo
Posting Komentar