( ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﻗُﻞْ ﻟِﺄَﺯْﻭَﺍﺟِﻚَ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻦَّ ﺗُﺮِﺩْﻥَ
ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺯِﻳﻨَﺘَﻬَﺎ ﻓَﺘَﻌَﺎﻟَﻴْﻦَ ﺃُﻣَﺘِّﻌْﻜُﻦَّ ﻭَﺃُﺳَﺮِّﺣْﻜُﻦَّ
ﺳَﺮَﺍﺣًﺎ ﺟَﻤِﻴﻠًﺎ * ﻭَﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻦَّ ﺗُﺮِﺩْﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟَﻪُ ﻭَﺍﻟﺪَّﺍﺭَ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓَ
ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺃَﻋَﺪَّ ﻟِﻠْﻤُﺤْﺴِﻨَﺎﺕِ ﻣِﻨْﻜُﻦَّ ﺃَﺟْﺮًﺍ ﻋَﻈِﻴﻤًﺎ * ﻳَﺎ ﻧِﺴَﺎﺀَ
ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﻣَﻦْ ﻳَﺄْﺕِ ﻣِﻨْﻜُﻦَّ ﺑِﻔَﺎﺣِﺸَﺔٍ ﻣُﺒَﻴِّﻨَﺔٍ ﻳُﻀَﺎﻋَﻒْ ﻟَﻬَﺎ ﺍﻟْﻌَﺬَﺍﺏُ
ﺿِﻌْﻔَﻴْﻦِ ۚ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺫَٰﻟِﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻳَﺴِﻴﺮًﺍ * ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﻘْﻨُﺖْ ﻣِﻨْﻜُﻦَّ
ﻟِﻠَّﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ ﻭَﺗَﻌْﻤَﻞْ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻧُﺆْﺗِﻬَﺎ ﺃَﺟْﺮَﻫَﺎ ﻣَﺮَّﺗَﻴْﻦِ ﻭَﺃَﻋْﺘَﺪْﻧَﺎ
ﻟَﻬَﺎ ﺭِﺯْﻗًﺎ ﻛَﺮِﻳﻤًﺎ * ﻳَﺎ ﻧِﺴَﺎﺀَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﻟَﺴْﺘُﻦَّ ﻛَﺄَﺣَﺪٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ
ۚ ﺇِﻥِ ﺍﺗَّﻘَﻴْﺘُﻦَّ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﺨْﻀَﻌْﻦَ ﺑِﺎﻟْﻘَﻮْﻝِ ﻓَﻴَﻄْﻤَﻊَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻓِﻲ ﻗَﻠْﺒِﻪِ
ﻣَﺮَﺽٌ ﻭَﻗُﻠْﻦَ ﻗَﻮْﻟًﺎ ﻣَﻌْﺮُﻭﻓًﺎ * ﻭَﻗَﺮْﻥَ ﻓِﻲ ﺑُﻴُﻮﺗِﻜُﻦَّ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺒَﺮَّﺟْﻦَ
ﺗَﺒَﺮُّﺝَ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴَّﺔِ ﺍﻟْﺄُﻭﻟَﻰٰ ۖ ﻭَﺃَﻗِﻤْﻦَ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓَ ﻭَﺁﺗِﻴﻦَ ﺍﻟﺰَّﻛَﺎﺓَ
ﻭَﺃَﻃِﻌْﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟَﻪُ ۚ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟِﻴُﺬْﻫِﺐَ ﻋَﻨْﻜُﻢُ ﺍﻟﺮِّﺟْﺲَ
ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﻭَﻳُﻄَﻬِّﺮَﻛُﻢْ ﺗَﻄْﻬِﻴﺮًﺍ * ﻭَﺍﺫْﻛُﺮْﻥَ ﻣَﺎ ﻳُﺘْﻠَﻰٰ ﻓِﻲ ﺑُﻴُﻮﺗِﻜُﻦَّ
ﻣِﻦْ ﺁﻳَﺎﺕِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﺤِﻜْﻤَﺔِ ۚ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻄِﻴﻔًﺎ ﺧَﺒِﻴﺮًﺍ )
Ayat diatas (Surat Al-Ahzab 28 - 34) secara khusus berisi tentang nasihat untuk
istri-istri Rasulillah dan secara umum nasihat untuk wanita-wanita muslimah.
Istri-istri Rasulillah yang diberi nasihat dalam ayat diatas ada sembilan,
yaitu :
1. Aisyah bint Abi Bakr
2. Hafshah bint Umar bin Khatthab
3. Maimunah bint al-Harts al-Hilaliyyah
4. Shafiyyah bint Huyai bin Akhthab
5. Ummu Salamah Hindun bint Umayyah
6. Zainab bint Jahsy
7. Juwairiyyah bint al-Harts
8. Ummu Habibah Ramlah bint Abi Sufyan bin Harts dan
9. Saudah bint Zam'ah. RadliyalLahu 'Anhunna
Isi nasihatnya adalah sebagai berikut :
1. Seorang istri dituntut agar hatinya tidak mudah tergiur
dengan kemewahan duniawi (zuhud fid dunya). Karena adanya ketidak harmonisan
dalam rumah tangga, penyebab utamanya biasanya dipicu dari faktor suami/istri/. Kedua-duanya tergiur dengan kenikmatan dan kemewahan
duniawi.
2. Seorang istri dituntut agar selalu mencintai Allah dan
Rasulullah serta selalu mementingkan dan mengutamakan urusan akhirat.
Syaikh Sahal bin Abdullah al-Tustari berkata : ciri-ciri
mencintai Allah adalah mencintai Al-Qur'an, ciri-ciri mencintai Allah dan
Al-Qur'an adalah mencintai Nabi, ciri-ciri mencintai Nabi adalah mencintai
sunnahnya, ciri-ciri mencintai sunnah Nabi adalah mencintai akhirat, ciri-ciri
mencintai akhirat adalah tidak tergiur dengan kemewahan duniawi, dan ciri-ciri
tidak tergiur dengan kemewahan duniawi adalah menjadikan duniawi sebagai bekal
untuk akhirat.
3. Seorang istri dituntut agar tidak membangkang suaminya
(selama suaminya dijalan yang benar), berusaha menjauhi akhlak yang tidak baik,
tidak berani selingkuh atau main mata dengan laki-laki lain dan tidak berani
melakukan perbuatan zina serta perbuatan maksiat yang lainnya.
4. Seorang istri dituntut agar tidak "kemenyek"
dan "kemayu" didepan laki-laki lain serta tidak "guyonan"
dan ngrumpi dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Jika memang seorang istri
terpaksa ingin bicara dengan laki-laki lain, hendaklah ia berbicara seperlunya
saja. Ia harus berusaha menghindari kata-kata, mimik muka dan gerak tubuh yang
bisa memancing syahwat dan bisa menimbulkan fitnah.
5. Seorang istri dituntut agar tidak sering-sering keluar
rumah. Karena tingkat keshalihahan seorang istri, salah satunya bisa dilihat
dari sering tidaknya ia keluar rumah. Seorang istri yang baik (shalihah) adalah
istri yang waktunya lebih banyak dihabiskan dirumah dari pada diluar rumah.
6. Seorang istri jika keluar rumah dituntut agar tidak
memakai pakaian yang biasanya bisa memancing syahwat dan bisa menimbulkan
fitnah, seperti ; memakai celana pendek, rok mini, pakaian ketat dan sebagainya
7. Seorang istri dituntut agar selalu memperhatikan shalat
lima waktu, membayar zakat (jika memang sudah berkewajiban), taat kepada Allah
dan Rasulullah serta berusaha memperbanyak ibadah dan amal shalih, seperti
meperbanyak shalat sunnah, bacaan Al-Qur'an, shalawat, tasbih, sedekah dan sebagainya
8. Seorang istri dituntut harus cerdas dan pintar, agar
setiap harinya bisa selalu membaca, mempelajari dan mendalami Al-Qur'an dan
Al-Sunnah. Ia juga dituntut untuk selalu mentelaah dan mengkaji ilmu-ilmu agama
yang lainnya, seperti ; ilmu tauhid, ilmu fiqh, ilmu tashawwuf dlsb. Rumah
tangga yang ideal adalah rumah tangga yang didalamnya selalu diisi dengan
diskusi tentang ilmu dan persoalan agama serta dijadikan sebagai
madrasah/sekolahan untuk keluarga. Wallahu A'lam.
Ust. Muhammad Subhan
Posting Komentar