Allahu Akbar sekarang menjadi guyonan. Takbir sering
diplesetkan jadi take beer. Ucapan Takbir sering dianggap sebagai ciri Islam
garis keras, yang sedikit-sedikit teriak Takbir disela orasinya. Bahkan di
masyarakat Barat istilah Takbir dikenal akibat para teroris meneriakkannya
sebelum menjalankan aksi terornya.
Tiba-tiba kita hidup di jaman dimana ucapan Takbir menjadi
begitu disalahmemgerti dan dikelirutafsirkan, baik oleh umat Islam maupun oleh
non-Muslim. Dan harus diakui pihak Muslim berkontribusi besar atas
kesalahpahaman ini. Takbir menjadi sesuatu yang menakutkan atau malah menjadi
bahan plesetan. Mari kita kembalikan makna Takbir yang sesungguhnya.
Takbir itu adalah membesarkan Allah. Allahu Akbar. Allah
Maha Besar. Maha Besar dari apa? dari alam semesta ini, dari segalanya,
termasuk dari berbagai problem yang kita hadapi, dari segala ucapan yang
menghina, dari segala pembangkangan makhluk.
Saat kita memulai shalat dan mengucapkan Allahu Akbar, maka
itulah garis pemutus anrara kita dan dunia. Kita mi'raj ke hadapan Allah lewat
ucapan takbir. Kita tinggalkan semua urusan dunia, tak kita pikirkan urusan
hutang piutang, beban berat kerjaan, bahkan jomblo pun tak lagi hirau nasib
ngenesnya saat Allahu Akbar diucapkan memulai shalat.
Kita besarkan Allah, kita kecilkan diri kita. Siapa yang
bertakbir maka dia tidak akan punya sifat kibir alias takabur. Dia paham
sesungguhnya bahwa dirinya tidak berarti apa-apa di depan kemahabesaran Allah.
Keangkuhan diri musnah seketika bersama Takbir.
Yang terjadi sekarang sebaliknya, ucapan Takbir dipakai
untuk membesarkan diri kita, dan mengecilkan pihak lain. Takbir maknanya
bergeser seolah menjadi "lihatlah betapa kami mayoritas, kami berkuasa
penuh, dan kami bisa bertindak apapun atas kalian". Takbir sekarang lebih
ditujukan kepada mereka yang kita anggap sebagai musuh Allah ketimbang kita
tujukan untuk muhasabah diri kita sendiri. Alih-alih membesarkan Allah, saat
ini ucapan Takbir justru dipakai untuk menakbirkan diri kita sendiri.
Na'udzubillah
Tiba-tiba ucapan Takbir menjadi menakutkan. Dipakai untuk
melibas yang berbeda, digunakan untuk membenarkan tindakan apapun termasuk
membully atau memfitnah pihak lain. Takbir seolah mewakili kemurkaan Allah,
padahal Allah gak ada urusannya dengan kemarahan dan ketersinggungan kalian.
Kata Gus Mus, "disangkanya kalau kalian marah, terus Allah yang al-Rahman
dan al-Rahim itu juga pasti marah?"
Allah Maha Besar itu tidak menakutkan. Allah Maha Besar itu
mengayomi semuanya di dalam kemahabesaranNya. Allah Maha Besar itu memberi hak
hidup dan rejeki bahkan kepada mereka yang menentangNya. Allah Maha Besar itu
tidak terhina sedikitpun jikalau semua penduduk dunia melecehkanNya. Tidak
berkurang kadar keagunganNya sedikitpun kalau tak satupun mau menyembahNya.
Maka sesiapa yang mengucap Takbir, sejatinya dia akan
merunduk dan merendahkan diriNya di depan kemahabesaran Allah. Yang mengucapkan
Takbir dia akan merangkul semua makhluk ciptaan Allah. Yang ber-takbir akan
mengakui bukan kita yang menentukan nasib sesama tapi hanya Allah!
Mari kita kembalikan makna Takbir ke makna yang hakiki, agar
ucapan Takbir tidak dianggap simbol kekerasan umat dan menjadi guyonan belaka.
Ucapan Takbir harus diletakkan secara proporsional agar kita dan semuanya
sama-sama mengerti makna yang sebenarnya.
Tabik,
Gus Nadirsyah Hosen, Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama
Australia - New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School
Posting Komentar