Ibn Abi Ad-Dunya dan Ibn al-Jawzi menuturkan riwayat dari Syahr ibn Hawsyib. Disebutkan bahwa Sha’ab ibn Jutsamah dan ‘Awf ibn Malik telah lama menjalin persaudaraan. Sha’ab berkata kepada Awf,”Saudaraku, siapa saja yang meninggal lebih dulu di antara kita, hendaklah ia memperlihatkan diri kepada yang lainnya.”Awf bertanya,”Apakah itu bisa terjadi?” “Ya.”, jawab Sha’ab.
Dikisahkan
bahwa Sha’ab kemudian meninggal lebih dulu. Awf pun melihat Sha’ab dalam
tidurnya. Dia bertanya,”Bagaimana perlakuan Allah SWT terhadapmu?” Sha’ab
menjawab,”Aku diberikan ampunan setelah menghadapi kesusahan.”
Selanjutnya
Awf bertutur sebagai berikut: “Aku
melihat kilapan berwarna hitam yang melingkar di leher Sha’ab. Aku
bertanya,’Apa yang melingkar di lehermu?’
Dia
menjawab,’Ini adalah sepuluh dinar yang kupinjam dari si Fulan, seorang Yahudi.
Uang itu berada dalam sarung anak panah milikku. Oleh karena itu, tolong
ambilkan dan berikan kepada Fulan.
Ketahuilah,
tidak akan terjadi sesuatu pada keluargaku setelah kematianku ini melainkan
telah sampai beritanya kepadaku, sampai kucing keluargaku yang mati beberapa
hari yang lalu sekalipun. Ketahuilah, putriku akan meninggal enam hari lagi.
Oleh karena itu, berikanlah nasihat kebaikan kepadanya.’
Setelah
bangun pagi, aku langsung berangkat menemui keluarga Sha’ab. Selanjutnya aku
melihat sarung anak panah dan kulihat memang ada uang sepuluh dinar. Kemudian
aku temui orang Yahudi tersebut dan kutanyakan,’Apakah engkau mempunyai piutang
kepada Sha’ab?’
Fulan
menjawab,’Semoga Allah memberi rahmat kepada Sha’ab. Dia adalah sahabat pilihan
Nabi SAW. Aku pernah meminjamkan sepuluh dinar dan telah kuserahkan kepadanya.’
Awf
berkata,’Demi Allah, ini uang itu masih utuh.’
Kemudian
Awf menemui keluarga Sha’ab dan berkata,’Apakah pada kalian pernah terjadi
sesuatu setelah kematian Sha’ab?’
Mereka
menjawab,’Ya.’
Mereka
menyebutkan begini dan begitu hingga akhirnya mereka menyebutkan kematian
kucing mereka. Kutanyakan, ‘Dimana keponakanku?’
‘Dia
sedang bermain’, jawab mereka.
Setelah
itu, aku langsung mendatang putri Sha’ab dan kupegang ternyata dia sedang sakit
panas, lalu aku berkata,’Berikanlah nasih at kebaikan kepadanya.’
Setelah
enam hari kemudian, putri Sha’ab tersebut meninggal dunia.
Sumber: Kitab “Ziarah Ke
Alam Barzakh” karya Imam Jalaluddin As-Suyuti
Posting Komentar