Di sudut pagi, Rasulullah tampak sangat ceria dan
berseri-seri. Lalu, sahabat menanyakan kepadanya tentang apa yang membuat
beliau terlihat gembira. Kemudian Nabi menjawab bahwa Jibril telah datang
kepadanya dan berpesan, “Hai Muhammad jika ada seseorang memberi shalawat
kepadamu sekali, maka Allah akan bershalawat untuk orang itu 10 kali, dan
akupun akan bershalawat untuk orang itu 10 kali.”
Rasulullah bersabda, “Jika seorang berkirim salam kepada
Allah untukku, maka Allah akan mengembalikan ruhku kepada tubuhku dan aku akan
menjawab salam orang itu.” Lalu para sahabat bertanya, “Jika engkau sudah mati,
maka tubuhmu akan membusuk dan hancur, lalu engkau akan kembali ke tubuh yang
mana?” Rasul menjawab, “sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada bumi untuk
memakan hancur tubuh nabi.” Hadis ini diambil dari hadis shahih, dapat dilihat
dalam Fiqhu Sunnah karya Syekh Sayid Sabiq.
Sebagian ulama berpendapat bahwa jasad Nabi masih utuh dan
tidak hancur sedikit pun hingga saat ini. Kalau ada seseorang yang bershalawat
kepadanya, maka Allah akan mengembalikan ruhnya kepada jasadnya untuk
bershalawat kepada orang yang telah memberinya shalawat itu. Dari ruh Nabi itu
memancarkan gelombang energi cinta kepada orang yang bershalawat, berziarah dan
berdoa untuk dirinya.
Seseorang tidak memerlukan pengetahuan yang tinggi tentang
sejarah Nabi dan pengetahuan tentang ajaran Islam untuk mendapatkan energi itu,
karena energi Nabi itu akan hadir begitu saja sehingga menimbulkan gejolak
emosional yang tak tertahankan. Maka, wajarlah jika kemudian banyak orang
menangis terharu ketika mengucapkan shalawat kepada Nabi, apalagi ketika mereka
menziarahi kuburan beliau di Madinah.
Tidak hanya Allah, para malaikat dan hamba-hamba-Nya yang
saleh saja yang bershalawat kepada Nabi, tetapi semua makhluk yang lain pun
melakukan hal yang sama. Alam pun ikut memberi shalawat. Seperti, awan yang
selalu melindungi Rasul kemana pun beliau pergi, sehingga beliau tidak
kepanasan dalam perjalanan. Peristiwa ini terjadi ketika beliau pergi bersama
pamannya, Abu Thalib untuk berdagang ke Syam (Syiria). Ini merupakan bentuk
ketundukan dan penghormatan alam kepada khairu anam (sebaik-baiknya manusia).
Demikian juga ketika Nabi akan menggunakan sepatu panjangnya
untuk keluar rumah. Tiba-tiba seekor elang besar menyambar sepatu Nabi dan
menerbangkan sepatu itu ke udara. Para sahabat yang menyaksikan peristiwa itu
langsung berusaha untuk memanah elang itu, karena dianggap kurang ajar kepada
Nabi. Namun, Nabi melarang memanah elang tersebut. Bebarapa saat kemudian,
elang itu mengayun-ayunkan dan membalingkan sepatu itu di udara hingga keluar
ular gurun berbisa dari dalam sepatu. Ular tersebut terlempar ke tanah dan
sepatu itu pun jatuh menyusul kemudian.
Ternyata, elang pun mampu menunjukan penghormatan dan
penyelamatan untuk menjaga Rasulullah SAW. Sang elang tak mau melihat seekor
ular berbisa menggigit kaki Nabi, hingga secepat kilat menyambar sepatu itu.
Ust Halim Ambiya
Posting Komentar