Kemudian, ada pula kisah yang diambil dari hadis sahih yang
lain, yaitu ketika Nabi dan Abu Bakar Siddiq, serta dua orang sahabat yang lain
tiba di gunung Uhud. Tiba-tiba terjadi gempa beberapa kali di sekitar bukit
itu. Lalu, dengan serta merta Rasulullah menghentakkan kakinya ke tanah dan
bersabda, “Wahai Uhud, di atasmu ada Rasulullah dan Abu Bakar Siddiq beserta
dua orang sahabat yang akan mati syahid. Diamlah! (uskut!)” Tiba-tiba, gunung
Uhud pun berhenti bergemuruh.
Begitu hormatnya alam terhadap Rasulullah, sehingga mereka
diam dan taat mendengarkan perintahnya. Sehingga wajarlah jika dikatakan dalam
Al-Quran bahwa Nabi Muhammad diutus ke dunia ini untuk menjadi rahmat bagi
seluruh alam. Tidak hanya manusia yang tunduk dan taat kepada Rasulullah,
tetapi seluruh makhluk di dunia ini mendapatkan rahmat dari diri Rasulullah
Saw.
Allah berfirman, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam,” (QS Al-Anbiya [21]: 107).
Namun, pada saat yang sama, Nabi Muhammad adalah manusia
biasa. Beliau juga makan, minum, tidur, pergi ke pasar, merasa sakit dan
bersedih. Nabi dicaci-maki, dihina, dicemooh, dianiaya, dan dilempari kotoran,
bahkan berkali-kali hendak dibunuh. Sehingga, tidak alasan sedikit pun bagi
manusia untuk mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah adalah
sesuatu yang mustahil dilakukan oleh manusia biasa.
Jadi, lengkaplah sudah jika Allah berfirman bahwa Muhammad
adalah manusia biasa, tetapi dia tidak seperti manusia yang lainnya. Muhammad
memang betul-betul menjadi figur yang tiada tandingnya, dan harus diikuti dan
ditaati oleh makhluk yang lainnya. Jika, Muhammad bukan manusia biasa, mungkin
banyak orang akan berdalih bahwa Muhammad memang patut melakukan ini dan itu,
dan tidak bisa diikuti oleh manusia biasa.
Muhammad adalah figur manusia yang sederhana dan bersahaja,
meskipun dia mampu mendapatkan apa saja jika dia mau memintanya. Bahkan, beliau
tidak segan-segan menolak untuk menerima pemberian dari orang lain, kerana
merasa masih banyak orang lain yang lebih membutuhkan, padahal posisinya ketika
itu sangat miskin.
Beliau sama sekali tidak menggunakan kekuasaannya untuk
mendapatkan apa yang diinginkannya. Meskipun orang sudah mengusir, mengancam,
menganiaya, dan menghinanya, tetapi Nabi tetap mendoakan orang tersebut agar
sadar. Beliau bahkan mendoakan agar dosanya diampuni. Nabi menolak tawaran
malaikat untuk membumihanguskan mereka, padahal jika dia mau, maka malaikat
tinggal membalikan telapak tangannya.
Bahkan, Abu Lahab yang telah banyak sekali menyakiti
dirinya, justru dikunjungi Nabi ketika sakit. Muhammad selalu memberi maaf
kepada orang yang pernah menyakitinya.
Nabi Muhammad Saw. adalah figur seorang bapak, suami, kakek,
pedagang, pemimpin, pendidik, dan penderma yang tiada duanya di muka bumi ini. Wajarlah jika dikatakan oleh Siti Aisyah bahwa akhlak Nabi
Muhammad adalah Al-Quran. Keluhuran budi pekerti Nabi terpahat dalam ingat
semua sahabat yang menyaksikan sepak terjang beliau, hingga menimbulkan
kerinduan yang dalam bagi umat sepeninggalnya. Kita tidak akan menemukan figur
beliau sampai kapan pun dan dimana pun, yang ada hanyalah pewaris-pewaris par
nabi yang terus menerus memperjuangkan dakwah Islam, selalu mencontohkan akhlak
rasul, dan mengajarkan ketakwaan kepada Allah Swt.
Mereka adalah para wali, ulama, guru-guru dan orang saleh yang mempunyai keimanan dan ketakwaan yang tinggi. Mereka yang kita sebut sebagai pewaris para nabi adalah mereka yang benar-benar jiwa dan raganya diabdikan untuk Allah dan perjuangan rasul-Nya.Tanpa bantuan mereka kita tidak dapat menikmati nikmatnya iman dan Islam yang kita miliki.
Mereka adalah para wali, ulama, guru-guru dan orang saleh yang mempunyai keimanan dan ketakwaan yang tinggi. Mereka yang kita sebut sebagai pewaris para nabi adalah mereka yang benar-benar jiwa dan raganya diabdikan untuk Allah dan perjuangan rasul-Nya.Tanpa bantuan mereka kita tidak dapat menikmati nikmatnya iman dan Islam yang kita miliki.
Ust Halim Ambiya
Posting Komentar