Ketika seorang ibu mengandung janin
dalam rahimnya, benarkah hanya sang ibu yang bertanggung jawab terhadap
kelangsungan hidup sang janin? Tentu tidak. Allah telah menentukan keberadaan
nyawa si janin atas usaha dari dua manusia, ibu dan ayahnya. Kepada mereka
berdualah Allah menitipkan amanat yang sangat berat itu. Sayangnya, lebih
banyak ayah yang kurang menyadari tanggung jawabnya selama kurun waktu
kehamilan tersebut. Penyebab utamanya, karena mereka tak mengalami beban itu
secara langsung. Dan yang rugi bukan saja si janin, tapi juga ayahnya. Berikut
di antara kewajiban ayah terhadap calon bayinya.
Kebutuhan Fisik
Orang tua tak boleh meremehkan
faktor pemenuhan kebutuhan fisik janin. Pertumbuhan sel-sel otak, kualitas
pertumbuhan badan serta tulang, sudah mulai ditentukan semenjak masa janin.
Jangan sampai orang tua menyesal kemudian, saat menemui rendahnya kualitas
pertumbuhan bayinya gara-gara lalai mempertahankan kebutuhan gizi di masa ini.
Secara kuantitas saja, ibu perlu
makan lebih banyak dari biasanya untuk disubsidikan kepada janin dalam rahim.
Belum lagi masalah kualitas, di mana makanan yang masuk harus cukup kandungan
protein, vitamin, serta zat-zat gizi lainnya. Dan kewajiban ayahlah untuk
menyediakan semua kebutuhan pangan ibu demi pertumbuhan janin tersebut.
Ayah harus rela memberikan
kebutuhan ini, walau itu berarti ia harus menyediakan makanan berkualitas bagi
istrinya dua kali lebih banyak dari biasanya. Jika hanya ada sepotong, tak ada
salahnya ayah mengalah untuk memberikannya kepada ibu, karena akan bermanfaat
untuk dua orang. Jangan pula lupa memberikan kebutuhan tambahan vitamin,
penambah darah, serta kalsium bagi ibu. Ayah yang bijaksana akan rajin
mengontrol pola makan ibu hamil, menyediakan makanan ekstra berkualitas dan
memberikan motivasi kepada istrinya untuk rajin mengkonsumsi makanan-makanan
bergizi tersebut.
Penelitian membuktikan, janin dalam
kandungan sudah bisa merasakan sentuhan kasih sayang orang tua yang mengelus
perut bundanya. Ia pun dapat menikmati suara lembut penuh kasih yang
diperdengarkan orang tuanya di dekat perut ibu. Para ahli mengatakan, kelak
setelah lahir, bayi akan lebih aktif merespons jenis suara yang kerap ia dengar
semasa dalam rahim.
Kasih Sayang dan Perhatian
Memang, sentuhan kasih sayang dari
ibu sudah cukup memenuhi kebutuhan kasih sayang bagi si janin. Namun penting
diingat, bahwa untuk bisa memberikan perhatian dan kasih sayang penuh kepada
janinnya, si ibu membutuhkan suasana kejiwaan yang tenang dan bahagia. Ibu yang
tertekan dan stres tak akan bisa memberikan perhatian dan kasih sayangnya
secara optimal kepada janin. Di sinilah suami akan mengambil peran besar dalam
turut menjaga kesehatan kejiwaan istrinya agar tetap stabil, tenang, dan
bahagia. Sebagai orang terdekat yang menjadi belahan jiwa bagi istri, ia bisa
menjadi penentu kesehatan jiwa si istri.
Suami harus bisa memberikan
perhatian penuh kepada masalah kehamilan istrinya. Misalnya saling berdiskusi
mengenai perkembangan yang terjadi pekan demi pekan, bersama-sama mencari
informasi mengenai kehamilan dan pendidikan anak dari media cetak maupun dengan
bertukar pengalaman, menemani istri memeriksakan kehamilan setiap bulan,
mendiskusikan rencana-rencana ke depan bagi calon bayi, hingga menyempatkan
diri secara rutin mengelus perut istrinya sambil mengucapkan kalimat kasih
sayang.
Akan lebih baik jika suami
memberikan hak-hak istimewa kepada istrinya semasa hamil. Bukankah istrinya
sedang mengalami perjuangan berat demi keluarga mereka? Suami bisa memilihkan hak-hak
istimewa yang mendukung perkembangan kesehatan janin. Misalnya, dengan
memberikan makanan ekstra bergizi, memberikan uang belanja tambahan, atau
membelikan sebanyak mungkin buku dan majalah yang memuat informasi mengenai
kehamilan dan pendidikan anak.
Hal lain yang penting diingat,
bahwa dalam proses kehamilan terjadi perubahan kadar hormon yang bisa
memberikan pengaruh besar pada kebanyakan wanita hamil, di mana emosi mereka
menjadi lebih labil. Ditambah lagi dengan beban fisik yang tak ringan, wajar
jika mereka lebih banyak membutuhkan perhatian dibanding sebelum hamil. Begitu
beratnya beban yang harus ditanggung ibu hamil, sampai Allah berkenan
memfirmankannya dalam kitab suci al-Qur’an, surat Luqman:14,…Ibunya mengandung
dalam keadaan lemah dan semakin lemah.
Pendidikan sudah bisa diterima
manusia semenjak masih dalam kandungan. Ayah dan ibu punya kewajiban sama untuk
memberikan pendidikan ini. Karena janin berusia tujuh bulan sudah mulai
terangsang mendengar suara-suara di sekitar perut ibu, maka orang tua bisa
memperdengarkan sesuatu untuknya. Memperdengarkan alunan ayat-ayat suci
al-Qur’an adalah pilihan yang baik. Dan jika tak ada tape recorder yang bisa
dilekatkan ke perut ibu, maka ayah dan ibu bisa bergantian untuk mengaji dengan
suara keras di dekat perut ibu!
Proses Kelahiran
Suami yang bertanggung jawab pun
tak akan kalah repot dan tegangnya dalam mempersiapkan saat-saat kelahiran
janin, dibanding sang istri. Banyak sekali yang harus dilakukan suami untuk
mempersiapkan masa genting ini, seperti menyediakan biaya persalinan, kebutuhan
hidup calon bayi, pemulihan kesehatan ibu, hingga persiapan aqiqah calon bayi.
Selanjutnya, suami pun bertanggung
jawab mempersiapkan kekuatan mental istri untuk melahirkan. Harus diingat bahwa
ini adalah saat perjuangan hidup dan mati istri bagi keluarganya. Suami harus
banyak memberikan perhatian, dorongan, serta motivasi kepada istrinya
menghadapi masa sulit ini. Beberapa cara bisa ditempuh, seperti mengikutkan
istri ke dalam kelas pelatihan pranatal (pendidikan pra kelahiran) yang banyak
diselenggarakan di rumah sakit, hingga turut menemani proses kelahiran itu
sendiri.
Adalah satu hal yang sangat
positif, jika suami bisa ikut hadir saat proses kelahiran. Kehadiran suami ini,
walau sekadar menemani, memegang tangan istri dan membisikkan kata-kata
penghibur kepada istri, akan memberikan dorongan kekuatan mental ekstra bagi
istri. Walaupun tak dapat mengurangi rasa sakit, namun kekuatan mental yang
diperoleh istri akan membuatnya lebih kuat menahan sakit, yang pada akhirnya
akan mempermudah proses kelahiran.
Mengenai keterlibatan suami pada
proses kelahiran yang sekarang mulai banyak disadari orang ini, para ahli
mengatakan bahwa selain bermanfaat untuk istri, inipun bermanfaat bagi suami
sendiri. Ketika suami menyaksikan kesakitan yang diderita istri, perjuangan
beratnya melawan maut, maka kelak suami akan lebih mampu menghargai dan
memahami perasaan istrinya. Selain itu akan tumbuh perasaan khusus dalam hati
suami terhadap sang bayi, sehingga akan lebih mengakrabkan ikatan batin antara
ayah dan anak.
Dan tentang rumor dampak negatif yang menyebutkan bahwa
kehadiran suami saat kelahiran dapat membuatnya impoten, itu hanya kasus langka
yang mungkin terjadi pada satu dari sejuta suami. Selamat membentuk putra dan
putri yang soleh/hah dan mampu memikul amanah sebagai khalifah di muka bumi
Allah SWT.
Kit Hidayatullah
Posting Komentar