Ada solusi Qiil dalam madzhab
syafi'i. Menurut imam Furoni dan Imam Haromain tidak batal bila tak disengaja,
menurut imam Ibnu Suraij tidak batal bila tidak syahwat, menurut imam Al Auza'i
tidak batal bila tidak menyentuh dengan tangan (Al Bahjah Juz 1).
Apakah itu mutlaq atau khusus
dalam thowaf ? Jawabnya mutlaq
Memang terdapat pendapat di
kalangan Syafiiyah yang menyatakan tidak membatalkan wudhu bila persentuhan
terjadi akibat tidak adanya kesengajaan, yaitu pendapat al-Furaani dan Imam
Haramain. Solusinya adalah:
1. Mengikuti pendapat di atas
2. Pindah Madzhab, namun
demikian harus mengikuti segala ketentuaan yang berlaku dalam madzhab yang
diikutinya seperti syarat, rukun dan hal-hal yang membatalkan wudhu.
( قَوْلُهُ : وَسَوَاءٌ إلَخْ ) وَلَنَا وَجْهٌ
أَنَّهُ لَا يُنْتَقَضُ وُضُوءُ الْمَلْمُوسِ ، وَوَجْهٌ أَنَّ لَمْسَ الْعُضْوِ
الْأَشَلِّ أَوْ الزَّائِدِ لَا يَنْقُضُ ، وَوَجْهٌ لِابْنِ سُرَيْجٍ أَنَّهُ
يُعْتَبَرُ الشَّهْوَةُ فِي الِانْتِقَاضِ قَالَ الْحَنَّاطِيُّ وَحُكِيَ هَذَا
عَنْ نَصِّ الشَّافِعِيِّ ، وَوَجْهٌ حَكَاهُ الْفُورَانِيُّ وَإِمَامُ
الْحَرَمَيْنِ وَآخَرُونَ أَنَّ اللَّمْسَ لَا يَنْقُضُ إلَّا إذَا وَقَعَ قَصْدًا
، وَأَمَّا تَخْصِيصُ النَّقْضِ بِأَعْضَاءِ الْوُضُوءِ فَلَيْسَ وَجْهًا لَنَا
بَلْ مَذْهَبُ الْأَوْزَاعِيِّ وَحُكِيَ عَنْهُ أَنَّهُ لَا يَنْقُضُ إلَّا
اللَّمْسُ بِالْيَدِ كَذَا فِي الْمَجْمُوعِ
Dari kalangan Syafiiyah juga
terdapat beberapa pendapat :
a. Ada yang menyatakan tidak menjadi batal
wudhunya orang yang disentuh
b. Ada yang menyatakan tidak
membatalkan menyentuh anggota badan yang telah lumpuh atau anggota tambahan
c. Ada yang menyatakan
(pendapat Ibn Suraij) yang membatalkan saat terjadi syahwat dalam persentuhan,
berkata al-Hannaathy diceritakan ini adalah hukum yang telah ditetapkan oleh
Imam Syafi’i
d. Ada yang menyatakan
(Pendapat al-Furaani dan Imam Haramain dan ulama-ulama lain) persentuhan kulit
tidak membatalkan kecuali bila terjadi unsur kesengajaan.
Sedang bersentuhan kulit yang
membatalkan terbatas pada anggauta wudhu saja bukan merupakan pendapat kalangan
syafi’i namun pendapat al-Auzaa’i yang juga diceritakan menurutnya bahwa tidak
membatalkan wudhu kecuali menyentuhnya dengan tangan, inilah yang diuaraikan
dalam kitab al-majmuu’. (Syarh alBahjah alWardiyyah II/44).
ومما تعم به البلوي في الطواف ملامسة النساء للزحمة ، فينبغي للرجل
أن لا يزاحمهن ولها أن لا تزاحم الرجال خوفا من انتقاض الطهارة ، فإن لمس أحدهما
بشرة الآخر ببشرته انتقض طهور اللامس وفي الملموس قولان للشافعي رحمه الله تعالي
أصحهما أنه ينتقض وضوءه وهو نصه في أكثر كتبه ، والثاني لا ينتقض واختاره جماعة
قليلة من أصحابه والمختار الأول .
Termasuk cobaan yang umum dalam
thowaf adalah bersentuhan kulit dengan wanita karena berdesakan, maka sebaiknya
bagi laki-laki tidak mendesaknya dan bagi wanita tidak mendesak kaum pria
karena dikhawatirkan rusaknya bersuci, bila terjadi persentuhan kulit diantara
keduanya maka batal kesuciannya orang yang menyentuh. Sedang bagi yang disentuh
terdapat dua pendapat milik Imam Syafi’i Rahimahullah. Pendapat yang paling shahih menyatakan
juga batal wudhunya ini teks keterangan beliau dibeberapa kitabnya, sedang
menurut pendapat yang kedua tidak batal, pendapat ini dipilih oleh sebagian
golongan dari pengikut beliau sedang pendapat yang terpilih adalah pendapat
yang pertama (Al-Iidhooh Hal. 102). Wallahu A'lamu Bis Showaab.
Ust. Ghufron dan Ust. Masaji
Antoro (PISS-KTB)
Posting Komentar