Kemerdekaan, pada hakikatnya, bukanlah semata-mata
membebaskan diri dari belenggu penjajahan asing. Tetapi lebih dari itu,
kemerdekaan yang hakiki adalah kemampuan untuk membebaskan diri dari belenggu
hawa nafsu. Manusia yang merdeka adalah manusia yang mampu memerdekakan dirinya
dari berbagai penghambaan kepada selain Allah SWT.
Seorang pejabat atau
pemimpin yang merdeka adalah pejabat/pemimpin yang mampu membebaskan dirinya
dari ambisi-ambisi pribadi (dan kelaurganya), dan hanya memikirkan kepentingan
dan kesejahteraan rakyatnya. Dia memandang jabatan itu sebagai amanah yang
harus dipertangungjawabkan di hadapan Zat yang maha Merdeka, yaitu Allah SWT.
Ia akan selalu berusaha untuk mengikis habis ruang-ruang bagi berkembangnya
praktik-praktik KKN. Seorang ulama/cendikiawan yang merdeka adalah ulama yang
hanya takut kepada Allah SWT yang selalu menyuarakan kebenaran dan keberpihakan
kepada masyarakat banyak. Ia tidak akan melakukan upaya pembodohan kepada
masyarakat, apalagi dengan menggunakan dalil-dalil dan alasan-alasan yang
sengaja didistorsikan atau disalahtafsirkan.
”Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS.
Fathiir: 28).
Seorang penegak hukum (hakim, jaksa, polisi maupun pengacara) yang merdeka
adalah orang yang memiliki komitmen kuat untuk menjadikan hukum yang benar
sebagai panglima. Asas keadilan dan obyektivitas akan benar-benar dijunjungnya.
Ia tidak akan berani mempermainkan hukum hanya karena iming-iming jabatan atau
materi. Hukum ditegakkan tanpa pandang bulu.
Seorang pegawai yang merdeka adalah
orang yang berusaha mengoptimalkan potensi dirinya untuk meraih prestasi kerja
yang baik dan bermanfaat, dengan landasan ibadah kepada Allah dan mencari
rezeki yang halal. Rakyat dan bangsa yang merdeka adalah rakyat yang kritis dan
bertanggungjawab terhadap keselamatan dan kemaslahatan bangsanya, serta
menjadikan amar ma'ruf nahyi munkar sebagai bagian integral dari kehidupannya.
Rakyat yang merdeka tidak mudah diprovokasi oleh unsur-unsur yang tidak
bertanggungjawab yang bermaksud menjadikan mereka sebagai obyek perasan dan
kuda tunggangan.
Kita sadar betul bahwa kemerdekaan yang sudah berusia lebih datri setengah abad
ini belum mampu menghantarkan masyarakat dan bangsa kita kepada kemerdekaan
yang hakiki. Kita masih dihadapkan pada kenyataan adanya penjajahan dalam
berbagai bidang kehidupan, sehingga krisis demi krisis datang silih berganti
seolah tidak akan pernah berakhir. Krisis kepemimpinan, krisis politik, krisis
ekonomi, krisis sosial, krisis hukum dan krisis akhlak. Semuanya merupakan pekerjaan
rumah yang semakin kompleks dan berat.
Untuk itu, dalam momentum peringatan HUT
Kemerdekaan RI kali ini. kita semua harus melakukan langkah-langkah berikut:
Pertama, kita semua harus mawas diri (muhasabah) dan bertobat dengan
sebenar-benarnya tobat kepada Allah SWT atas segala sepakterjang kita selama
ini yang mencerminkan pengingkaran terhadap ketentuan Allah SWT. Berbagai
perilaku buruk, seperti senang mencaci maki, menfitnah, melemparkan kesalahan
kepada orang lain, melakukan kebohongan publik, harus segera kita hentikan.
Makna syukur terhadap nikmat kemerdekaan harus diluruskan kembali. Jangan
sampai orang lain, melakukan kebohongan
publik, harus segera kita hentikan. Makna syukur terhadap nikmat kemerdekaan
harus diluruskan kembali. Jangan sampai ungkapan rasa syukur justru malah
mengundang azab Allah yang lebih besar, seperti upacara seremonial (penurunan
bendera) yang dilakukan sore hari sampai meninggalkan waktu shalat maghrib, dan
mengadakan kegiatan kesenian semalam suntuk yang jauh dari nilai-nilai agama.
Kedua, mengisi kemerdekaan dengan kegiatan dakwah, yaitu mengajak diri,
keluarga dan lingkungan terdekat pada perbuatan yang ma'ruf dan menjauhkan
mereka dari perbuatan yang munkar sehingga melahirkan masyarakat yang memiliki
kekuatan akhlakul karimah.
Ketiga, berusaha menggali potensi sumber daya yang dimiliki, baik insani maupun
alam, dengan penuh kesungguhan, kekuatan dan kebersamaan dari seluruh komponen
bangsa sehingga mampu membebaskan diri dari ketergantungan terhadap kekuatan
asing.
Keempat, setiap kita harus berusaha untuk menjadi contoh dan figur manusia yang
merdeka.
Dikutip oleh M. Syafi'i dari khutbah jumat
Posting Komentar