Kata-kata indah itu baru bermakna bila kita menjalankan dan
merasakannya. Dulu saya tidak memahami mendalam makna kata, “Jika kamu berpikir bisa, pasti kamu bisa.” Saya paham kata-kata itu
setelah punya banyak pengalaman mewujudkan impian-impian hidup yang oleh
sebagian orang diyakini tidak mungkin.
Saya dulu juga tidak paham makna kalimat, “Di balik laki-laki yang sukses terdapat wanita yang
hebat, yaitu istrinya.” Saya
menyadari kata-kata itu setelah saya sering pergi ke berbagai tempat tanpa
istri saya. Di dalam kamar hotel sendirian, itu sangat menyiksa, sulit tidur
dan selalu terbayang wajah istri. Begitu pula, bila saya grogi dan tidak
percaya diri ketika hendak tampil memberikan seminar atau training, telpon atau
SMS dari istrilah yang membuat saya tenang.
Bagi orang jawa, istri itu “garwo”
sigare nyowo (separuh jiwa). Bagi saya istri itu bukan hanya “garwo”
tetapi lebih dari itu, ia ibarat air. Tanpa air kita tak bisa hidup, 70 persen
lebih tubuh kita terdiri dari air. Begitu susunan air ditubuh kita rusak, maka
rusak pula tubuh kita. Ia sangat penting dalam keberlangsungan hidup kita.
Istri juga partner dan mitra suami. Istri bukan staf apalagi
pembantu kita. Sungguh hinalah lelaki yang menikahi wanita karena alasan agar
ada yang mencuci atau memasak buat dirinya. Ia ada untuk menyempurnakan hidup
kita. Ia ada agar hidup kita semakin “hidup”. Ia ada untuk mendampingi
kita ke jalan yang diridhoi-Nya. Ia mitra dalam mendidik, mengarahkan dan
mendamping anak-anak agar kelak manjadi generasi yang SuksesMulia, hebat di
dunia dan selamat di akhirat.
Istri juga ibarat “pakaian” buat kita. Dialah yang
menghangatkan saat kita kedinginan. Dialah manusia yang rela menutupi
kotoran-kotoran dan kelemahan dalam hidup kita. Dialah yang “mempercanti”
penampilan kita. Tanpa pakaian, kita tak akan berani keluar rumah, tanpa istri
kitapun bukan siapa-siapa.
Istri juga pengganti ibu. Usai kita lelah mencari nafkah,
usai kita mendapat tepuk tangan dan apresiasi dari banyak orang, sesampainya di
rumah kita perlu bermanja. Saat di rumah kita ingin seperti “anak bungsu”,
dimanja, tidur di pangkuan, dibelai dan dilayani seperti anak-anak balita. Itu
semua hanya bisa dilakukan oleh istri kita.
Istri ada untuk dijaga. Istri ada untuk dimanja. Istri ada,
untuk dimuliakan. Istri ada, untuk menjadi mitra mengumpulkan bekal bertemu
dengan Sang Maha. Salam SuksesMulia!
Jamil Azzaini

Posting Komentar