Ada sebuah kabar, kebanyakan lelaki lebih suka pada perempuan dengan paras
yang begitu ayu. Itu sah-sah saja. Tetapi kita mesti sadar bahwa keayuan paras
saja bukanlah sebab yang kelak akan mendatangkan barakah dalam pernikahan.
Demikian halnya dengan keturunan dan kekayaan. Ada yang lebih sempurna dari itu
semua, yakni akhlak mulia dalam diri perempuan. Ada agama dalam hidupnya.
Dalam banyak riwayat, Nabi senantiasa meminta para sahabat untuk melihat
dulu Muslimah yang hendak dipinangnya. Tujuannya, agar para sahabat itu
menemukan “sesuatu” yang membuatnya tertarik dan bisa melanggengkan
pernikahannya. Dalam pemahaman inilah kita perlu meletakkan keayuan paras,
keturunan dan kekayaan. Sungguh, Nabi kita yang agung telah berwasiat bahwa
fitnah terbesar bagi lelaki adalah kaum wanita. Semoga kita tidak jatuh pada
perempuan macam begitu.
Maka, paras ayu, keningratan, dan anak orang kaya bukan menjadi sebab utama.
Seandainya kita tidak menemukan akhlak mulia dalam dirinya, sebaiknya pilihan
tidak dijatuhkan.
Ada kiasan menarik dari Al-Quran tentang pasangan Suami-Istri. Masing-masing
merupakan pakaian bagi yang lain. Sebagaimana layaknya pakaian, ada banyak
macam pakaian yang sudah genap syarat-syaratnya buat menutup aurat sesuai
tuntunan agama, tetapi untuk menjatuhkan pilihan pada sebuah pakaian, kita perlu
menimbang dengan rasa dan hati kita.
Sebaliknya, ada banyak juga pakaian yang menarik hati, tapi kalau dengan
memakainya aurat menjadi tak tertutupi, apalah guna punya pakaian yang menarik
hati.
Demikian pulalah memilih pasangan. Kalau hanya menimbang wajah yang ayu,
pernikahan hanya akan menerbitkan kehinaan. Sebagaimana kecantikan yang akan
cepat sirna, pernikahan yang demikian akan cepat layu. Tapi, kalau hanya
memilih yang baik beragama saja, takut juga bila mata dan hati menjadi kurang
terjaga. Demikianlah saya memahami anjuran Nabi untuk melihat dulu muslimah
yang hendak dipinang. Bukankah sudah termaktub dalam Kitab suci, “Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum
[30] : 21)
Kalau saya tak salah ingat, Bunda Khadijah ra juga merupakan perempuan suci
yang menawan yang banyak dilirik para pembesar Quraisy. Bunda Aisyah ra
merupakan gadis muda yang jelita. Bunda Zainab binti Jahsy ra juga memiliki
wajah yang rupawan. Demikian juga Bunda Maria al Qibthiyah ra yang berkulit
putih bersih yang kecantikannya sempat membuat Aisyah ra cemburu. Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui hikmah dibalik paras wajah para Ummul Mukminin
kita.
Maka, tentu saja, pakaian yang baik adalah yang memenuhi aturan agama dan
sesuai dengan selera hati. Sesuai anjuran Nabi, memiliki agama yang bagus dan
ada “sesuatu” yang insya Allah akan melanggengkan pernikahan. Saya rasa,
pasangan yang demikian sudah cukup sempurna bagi kita. Semoga “sesuatu” itu
membawa keberkahan yang berujung sampainya istri shalihah kepada kita. Kata
Nabi, inilah sebaik-baik perhiasan dunia dan harta yang paling berharga.
Tatkala kita sudah yakin, semoga keyakinan yang kita genggam seturut dengan
jalan Nabi dan mendapat taburan ridha Allah Yang Mahasuci. Maka, tak ada lagi yang menghalangi kita untuk bersegera meminangnya dengan
segenap puja-puji bagi Allah Yang Mahatinggi.
Pada saat kita menimbang untuk memilihnya, kita sadar ini bukanlah untuk
hidup diri kita semata, melainkan juga untuk kedua ibu bapak, keluarga dan
anak-anak kita kelak.
Kata Nabi, Istri shalihah adalah perhiasan paling indah. Saban hari, Istri
shalihah akan menjadi puisi yang senantiasa menghiasi. Puisi itu tak terumuskan
oleh bahasa dan tak terucapkan oleh kata apa saja. Yang jelas, puisi itu begitu
indah. Serasa dibuai diayun-ayun. Dan bagi anak-anak kelak, Istri yang demikian
akan menjadi madrasah utama bagi mereka. Kelembutannya akan menjernihkan hati
anak-anak. Dan bukankah jika segumpal darah (hati) itu baik maka baiklah
seluruh dirinya?
Saya sepenuhnya sadar bahwa mencari Istri yang shalihah itu seperti berburu
mutiara di dasar laut. Nun di sana, di dalam cangkang itu istri shalihah senang
berada dan menjaga diri. Dan untuk menemukannya, kita harus menyelam di
kedalaman, tapi kita akan tahu seberharga apa dia ketika kita sudah
mendapatkannya.
Rahmad

Posting Komentar