5. Berapapun nilai harta yang
disedekahkan, kita harus menganggapnya sedikit, karena kalau sampai kita
menganggapnya banyak, maka kita akan ta'ajub dengan pemberian itu. Sementara
ujub ini dapat menyebabkan kita takabur yang pada akhirnya dapat menghilangkan
pahala dari shodaqah itu sendiri. Sebagian ulama menyatakan : Perbuatan baik
tidak akan sempurna kecuali dengan tiga hal, yaitu ; menganggapnya ringan,
menyegerakan dan menyembunyikannya.
6. Menyeleksi orang yang akan menerima
zakat atau sedekah dan tidak hanya terpancang oleh delapan asnaf yang berhak
menerima zakat. Hal ini lebih ditujukan agar muzakki tidak hanya mendapat
pahala sedekah atau zakat saja. Orang-orang yang seharusnya diutamakan terlebih
dahulu adalah:
Orang-orang yang lebih bertakwa.
Mereka ini dipilih karena sesungguhnya menolong dengan harta untuk dipergunakan
dijalan ketakwaan adalah termasuk berserikat dalam ketakwaan pula.
Orang-orang cerdik pandai. Karena
menolong mereka ini sama saja ikut serta mengembangkan ilmu pengetahuan.
Imam
Syafii pernah menyatakan : Al Ilmu Asyrofu al Ibadat mahma shohhat fihi al
Niyyat. Ilmu itu lebih mulia dibanding ibadah apabila dilakukan dengan niatan
yang baik.
Ibnu Mubarok salah seorang ulama sufi, setiap bersedekah,
dikhususkannya sedekahnya untuk ahli ilmu. Ketika ditanya mengapa dia melakukan
hal ini ?, Ibnu Mubarok menjawab : "Sesungguhnya aku tidak mengetahui ada
derajat yang lebih utama dari derajatnya ahli ilmu setelah derajat para Nabi.
Ketika seseorang yang bergelut dengan keilmuan itu bekerja untuk memenuhi
hajatnya sehari-hari, maka potensi ilmu pengetahuan yang dia miliki tidak bisa
dikembangkan dan dia tidak dapat mengajarkan ilmunya. Untuk itu, pilihan cerdik
cendekia untuk lebih menggeluti pengembangan keilmuan ini lebih utama.
Orang yang akan menerima zakat/sedekah
diketahui dan diyakini ketakwaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan rasa syukur
yang ditunjukkan-nya ketika menerima zakat/sedekah dan selalu memandang segala
nikmat yang dia terima hanya dari Allah semata.
Orang yang akan menerima zakat
adalah orang yang selalu menyembunyikan kebutuhannya dan tidak mau menampakkan
kemelaratannya. Dengan kata lain orang ini adalah seorang yang memiliki sifat
muru'ah. Ketika nikmat yang dia dapat hilang dari sisinya, dia tetap tidak
menampakkan kesedihan sama sekali.
Hal ini sebagaimana ditunjukkan para sahabat
Nabi dan dibukukan dalam firman Allah : Yahsabuhum al Jahilu aghniya'a min al
ta'afufi ta'rifuhum bisimahum laa yas'aluuna al naasa ilhaafaa. Orang-orang
yang tidak tahu menyangka para sahabat itu adalah orang kaya karena selalu
menjaga kehormatannya. Engkau dapat mengetahui para sahabat dari tanda-tandanya
yang tidak meminta kepada manusia dengan memaksa. Mereka tidak meminta dengan
memaksa karena mereka kaya dengan keyakinannya yang mulia dan kesabarannya.
Untuk itu, kalau perlu orang yang akan bershodaqah mencari orang-orang yang
seperti ini, karena bersedekah kepada orang-orang yang seperti ini pahalanya
lebih berlipat dibanding orang-orang yang ketika meminta selalu memaksa.
Orang yang akan menerima zakat
memang sedang dalam kesulitan yang berat karena sakit atau karena sebab yang
lain hingga tidak dapat mela-kukan ibadah ataupun berjuang dijalan Allah.
Berdasar ini pulalah Khalifah Umar bin Khottob pernah memberi Ahl Bait dengan
segerombol kambing yang jumlahnya lebih dari sepuluh. Perilaku seperti ini
merupa-kan perwujudan dari sunnah Nabi yang selalu memberi orang sesuai dengan
kadar kebutuhannya dan tingkat kemiskinannya.
Orang yang akan diberi shodaqah,
diutamakan orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan. Dengan bershodaqah
muzakki sekaligus menyambung persaudaraan/ silturrahim. Silaturrahim itu
sendiri memiliki kandungan pahala yang tak terhitung banyaknya. Saudara maupun
teman dekat juga diutamakan untuk didahulukan.
Keenam kelompok ini, memiliki
tingkatan derajat masing-masing. Untuk itu kita dianjurkan untuk memilih atau
mencari orang yang derajatnya lebih tinggi. Dengan begitu kita dapat
mengumpulkan pahala yang banyak dengan bershodaqah. Bahkan kalau bisa kita
mendapatkan orang yang mengumpulkan keenam sifat ini.
Setelah shodaqah dapat kita
keluarkan, maka kita perlu mensyukurinya. Karena meski secara dhohir harta kita
berkurang, namun hakekatnya harta yang harus dikeluarkan itu merupakan kotoran
yang harus dibersihkan.
Ust. Ahmad Masduqi

Posting Komentar